Pengertian Morfologi Proses Morfemis Bahasa Jepang

BAB II GAMBARAN UMUM MORFOLOGI, MORFEM, AFIKSASI, PROSES

MORFEMIS, VERBA, NOMINA DAN ADJEKTIVA BAHASA JEPANG

2.1 Pengertian Morfologi

Morfologi adalah cabang dari dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya Sutedi, 2004:42. Morfologi ini dalam bahasa jepang diistilahkan dengan kata 形 態 論 keitairon. Koizumi 1993:89 mendefenisikan kaitairon sebagai :意味を担う最初の言語形式を「形態素」と 呼ぶが、形態論はこの形態素を扱う部門である。 “imi wo ninau saisho no gengokeishiki wo [keitaisou] to yobu ga, keitairon wa kono keitaisou wo atsukau bumon de aru”. Artinya : keitairon morfologi adalah bidang ilmu yang mengkaji tentang satuan bahasa terkecil yang memiliki makna yang disebut morfem keitaisou. Sedangkan objek yang dikaji dalam morfologi ini adalah kata 語/単語 gotango sebagai satuan paling besar dan morfem keitaiso sebagai satuan terkecil. Sesuai dengan yang diungkapkan Koizumi 1993:89 形態論では語形の 分析が中心となる。 “keitairon de wa gokei no bunseki ga chuushin to naru”. Yang bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat berarti : “dalam Morfologi, yang menjadi pusat penelitiannya adalah tentang bentuk kata”. Sebelum melangkah lebih jauh tentang morfologi ini, akan lebih baik untuk mengetahui apa itu kata dan morfem sebagai objek kajian dari morfologi ini. Leonard Bloomfield dalam Parera 1998:2 menyatakan bahwa “a word is minimum free form”. Yang dimaksud free form disini adalah : sebagai suatu bentuk yang dapat diujarkan, tersendiri dan bermakna, tapi bentuk itu tidak dapat dipisahkan atas bagian-bagian yang satu diantara mungkin juga semua tidak dapat diujarkan tersendiri. Kata secara morfologis terbagi atas dua macam, yaitu : kata bermorfem tunggal dan kata bermorfem jamak. Contoh : Quick dan Quickly Quick adalah contoh kata bermorfem tunggal dalam bahasa Inggris, sedangkan kata quickly adalah contoh kata bermorfem jamak. Selanjutnya untuk morfem dan seluk-beluknya akan dibahas dalam sub-bab tersendiri. 2.2 Pengertian dan Jenis-jenis Morfem 2.2.1 Pengertian Morfem Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, morfologi hanya mengkaji kata dan morfem sebagai ruang lingkup kajiannya. Para ahli telah banyak menghasilkan berbagai defenisi tentang morfem. Bloomfield dalam Parera 1989:14 menyatakan morfem sebagai berikut : “a linguistic form which bears no partical phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or a morpheme” Artinya : satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain manapun juga, baik bunyi maupun arti adalah bentuk tunggal atau morfem. Contoh : Dancing dance + -ing Dances dance + -s Pelaut pe- + laut Lautan laut + -an Dalam contoh di atas terdapat kata dancing dan pelaut. Kata dancing terdiri dari 2 satuan, yaitu dance dan -ing. Sedangkan kata pelaut terdiri dari satuan pe- dan satuan laut. Banyak kata-kata lain yang juga terdiri dari satuan tersebut, seperti kata dances yang terdiri dari satuan dance dan satuan -s dan lautan yang terdiri dari satuan laut dan satuan -an yang telah tertulis di atas. Maka satuan satuan terkecil itulah yang disebut morfem. Dalam bahasa Jepang, morfem ini disebut dengan 形 態 素 Keitaisou. Menurut Sutedi 2003:41 morfem keitaisou adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipisahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Hal senada juga diungkapkan oleh Koizumi 1993:90 yang mengatakana bahwa 形 態 素 は 「 意 味 を 担 う 最 初 の 言 語 形 式 」 で あ る 。 “keitaisou wa [imi wo ninau saisho no gengo keishiki] de aru”. Artinya : morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna. Sedangkan satuan bahasa disini beliau melanjutkan 言語形式というのは、音素連続で示される音形 (表現)とそれに対する特定の意味(内容)とが結びついたものである。 “gengokeishiki to iu no wa, onsourenzoku de shimesareru onkei hyougen to sore ni tai suru tokutei no imi naiyou to ga musubi tsuita mono de aru” yang artinya : satuan bahasa disini adalah pelekatan makna khusus dengan ujar yang dihasilkan melalui proses morfemis. Contoh : 大学 Daigaku 大dai- + 学-gaku Secara makna,kata daigaku terdiri dari 2 satuan, yaitu 大 dai dan 学 gaku. Banyak kata-kata lain yang menggunakan kudua satuan terkecil tersebut seperti kata 大 臣 daijin yang berarti menteri, juga kata 学 校 gakkou yang berarti sekolah. Tapi kedua satuan tersebut tidak dapat dipecah lagi menjadi satuan yang lebih kecil yang mengandung makna. Satuan terkecil dai- yang secara leksikal bermakna ‘besar’ dan -gaku yang secara leksikal bermakna ‘ilmubelajar’, masing-masing merupakan satu morfem. Secara sederhana Ramlan 1987:36-43 menjelaskan morfem sebagai berikut : 1. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna kata yang sama merupakan satu morfem. 2. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik. 3. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dianggap satu morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama dan mempunyai distribusi komplementer. 4. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama itu berbeda artinya, tentu saja merupakan morfem yang berbeda. 5. Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero. 6. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.

2.2.2. Jenis-jenis Morfem

Sama dengan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan linguistik, morfem juga terbagi atas berbagai macam jenis. Secara umum, Koizumi 1993:93 membagi morfem bahasa Jepang ke dalam 2 besar, yaitu : 1 自由形 Jiyuukei morfem bebas 2 結合形 Ketsugoukei morfem terikat Selanjutnya Koizumi menjelaskan bahwa yang disebut jiyuukei adalah 単 独で発語をなす形態素。“tandoku de hatsugo wo nasu keitaisou” yang artinya : morfem bebas adalah morfem yang dapat membentuk ujaran dalam bentuk tunggal. Sedangkan yang dimaksud ketsugoukei adalah 単独で発語をなさず、 常に他の形態素と結びついて用いられる形態素。“tandoku de hatsugo wo nasazu, jou ni hoka no keitaisou to musubuitsute mochiirareru kaitaisou” yang artinya : morfem terikat adalah morfem yang digunakan untuk mengikat morfem lain dan tidak dapat menjadi ujaran dalam bentuk tunggal. Dari kedua jenis morfem di atas, kita dapat membentuk kata-kata dengan pola sebagai berikut : • 自由形 Jiyuukei Contoh : ヤマ yama ‘gunung’ • 自由形 + 結合形 Jiyuukei + ketsugoukei Contoh : シロ.イ shiro + -i ‘putih’ • 結合形 + 結合形 Ketsugoukei + ketsugoukei Contoh : カイ.テ kai + -te ‘menulis’ • 自由形 + 自由形 Jiyuukei + jiyuukei Contoh : ヤマ.ミチ yamamichi ‘jalan gunung’ Selain itu berdasarkan isinya, Koizumi 1993:95 juga membagi morfem ke dalam 2 macam, yaitu : 1 語幹 Gokan 2 接辞Setsuji Selanjutnya Koizumi menjelaskan bahwa yang dimaksud gokan disini adalah 具 体 的 で 個 別 的 な 意 味 を 持 つ 形 態 素 の 異 形 態 。 “gutaiteki de kobetsuteki na imi wo motsu keitaisou no ikeitai” yang artinya : gokan adalah morfem berubah yang memiliki satu-persatu makna secara praktis. Sedangkan setsuji adalah 文法的な関係を指す形態素の異形態。“bunpouteki na kankei wo sasu keitaisou no ikeitai” yang artinya : setsuji adalah morfem berubah yang menunjukkan hubungan gramatikal. Contoh : お金 Okane uang 書く Kaku menulis Dalam contoh diatas, o- dalam kata okane dan –u dalam kata kaku merupakan setsuji yang menunjukkan hubungan gramatikal. -o dalam kata okane menunjukkan hubungan gramatikal yang membentuk ungkapan sonkeigo. Sedangkan -u dalam kata kaku adalah setsuji yang menunjukkan hubungan gramatikal yang menunjukkan bahwa kata kaku adalah verba yang menunjukkan masa sekarang atau bentuk fuutsuukei. Sedangkan kane dan ka Ԛ- adalah gokan atau dasar kata yang memberi makna pada kata tersebut. 2.3. Afiksasi dan Jenis-jenis Afiks Bahasa Jepang 2.3.1. Pengertian Afiksasi Afiksasi adalah peleburan afiks imbuhan pada morfem dasar Verhaar, 2008:98. Sejalan dengan pendapat Verhaar, Abdul Chaer juga berpendapat bahwa afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar kata atau bentuk dasar 2007:177. Kemudian, Verhaar juga menjelaskan 2008:107 bahwa proses afiksasi ini memiliki 2 fungsi utama, yaitu : 3. Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal, yang sama. 4. Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu. Dalam bahasa Jepang, afiks disebut dengan 接 辞 setsuji. Setsuji ini menurut Koizumi 1993:95 adalah 文法的な関係を指す形態素の異形態 。 “bunpouteki na kankei wo sasu keitaisou no ikeitai” yang artinya : setsuji adalah morfem berubah yang menunjukkan hubungan gramatikal.

2.3.2. Jenis-jenis Afiks

Secara umum, Koizumi 1993:94-96 membagi setsuji atas 2 kategori, yaitu: 1 Jenis-jenis afiks setsuji berdasarkan bentuk formal 接辞の形式的分類 ‘setsuji no keishikiteki bunrui’. 2 Jenis-jenis afiks setsuji berdasarkan isi 接辞の内容的分類 ‘setsuji no naiyouteki bunrui’. Berdasarkan bentuk formal, setsuji terbagi atas : • 接 頭 辞 Settouji prefiksawalan, yaitu setsuji yang ditambahkan sebelum gokan. Disebut juga awalan. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak settouji, diantaranya yang paling banyak adalah settouji yang menyatakan rasa hormat yang dipakai dalam pola-pola 尊敬語 sonkeigo ragam bahasa hormat. Contoh : 真- settouji + 心 gokan → 真心 • 接 中 辞 Setsuchuuji infikssisipan, yaitu setsuji yang disisipkan ditengah gokan. Pada umumnya, setsuchuuji ini terdapat pada bentuk 自 動詞 jidoushi intransitive dan 他動詞 tadoushi transitif dalam verba bahasa Jepang. Tapi secara keseluruhan, setsuchuuji ini jumlahnya yang paling sedikit bila dibandingkan dengan settouji ataupun setsubiji. Contoh : 見る tadoushi + -え- setsuchuuji → 見える jidoushi • 接尾辞 Setsubiji sufiksakhiran, yaitu setsuji yang ditambahkan setelah gokan. Sama halnya dengan settouji, dalam bahasa Jepang juga terdapat cukup banyak setsubiji. Dan ada kalanya terdapat banyak setsubiji dalam sebuah kata. Contoh : 立たされた → gokan + shieki setsubiji + ukemi setsubiji + kako setsubiji Sedangkan berdasarkan berdasarkan isi, Koizumi 1993:94-96 membaginya atas : • 派生接辞 hasei setsuji yaitu setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan dalam kelas kata yang sama dapat memberi sifat khusus. Terbagi atas setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan setsuji yang memberi sifat khusus dalam kelas kata yang sama. Contoh : 3. Setsuji yang dapat mengganti kelas kata derivasi 「女」 (名詞) → 「女らしい」(形容詞の「らしい」) 「広い」(形容詞) → 「広さ」(名詞化する「さ」) 「広い」(形容詞) → 「広まる」(動詞化する「まる」) 4. Setsuji yang memberi sifat khusus dalam kelas kata yang sama infleksi 「読む」 → 読ませるyom-ase-ruの使役接辞ase 「読む」 → 読まれるyom-are-ruの受身接辞are • 屈折接辞 kussetsu setsuji, yaitu setsuji yang memberikan perubahan sistematis pada kata dalam kelas kata yang sama berdasarkan kategori gramatikal. Contoh : Boy  Boys penjamakan kata

2.4. Proses Morfemis Bahasa Jepang

Menurut Parera 1994:18 proses morfemis merupakan proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. Sedangkan menurut ahli linguistik bahasa Jepang, proses morfemis adalah apabila 2 buah morfem disatukan, mengakibatkan terjadinya penyesuaian diantara kedua morfem tersebut. Proses tersebut terjadi dengan cara 付 加 fukapenambahan, 消 除 sukujopenghapusan, 重 複 jufukupengulangan dan ゼ ロ 接 辞 zero setsujiimbuhan kosong Situmorang, 2007:11. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa proses morfemis ini dapat terjadi dengan cara 付加 fukapenambahan, 消除 sukujopenghapusan, 重複 jufukupengulangan dan ゼ ロ 接 辞 zero setsujiimbuhan kosong. Tapi, Koizumi 1993:105-109 berpendapat bahwa proses morfemis dapat terjadi melalui 6 cara, yaitu : 1 付加 fukapenambahan Fuka adalah proses morfemis yang menambahkan morfem pada kata dasar untuk kemudian membentuk kata baru. Sebagai contoh, dapat dilihat dari pembentukan 他動詞 tadoushi dari 自動詞 jidoushi dalam bahasa Jepang berikut ini : Contoh : 自 付く tsuk-u  他 付ける tsuke-ru Jika akhir gokan dari kata jidoushi tersebut kita anggap sebagai C, maka setelah terjadi proses morfemis fuka menjadi Ce. Secara umum dapat diambil rumus C 自 Ce 他. 2 消除 sukujopenghapusan Sukujo adalah proses morfemis yang menghilangkan morfem dalam membentuk kata baru. Secara praktis, sukujo adalah kebalikan dari fuka. Contoh : 自 裂ける sake-ru  他 裂く sak-u Jika akhir gokan dari jidoushi tersebut adalah Ce, setelah terjadi proses morfemis sukujo menjadi C. Maka dapat diambil rumus Ce 自  C 他. 3 置換 chikanpergantian Chikan adalah Contoh : proses morfemis yang mengganti morfem dalam membentuk kata baru. 自 集まる atsumar-u  他 集める atsume-ru Jika akhir gokan dari jidoushi tersebut adalah Car dan setelah terjadi proses morfemis chikan menjadi Ce, maka dapat diambil rumus Car  Ce. 4 ゼロ接辞 zero setsujiimbuhan kosong Zero setsuji adalah morfem khusus yang ditambahkan dalam proses morfemis. Disebut morfem zero karena tidak terlihat. Contoh ; 自 吹く fuk-u  他 吹く fuk-u Jika akhir gokan dari jidoushi tersebut adalah C, maka akhir gokan dari tadoushi tersebut setelah proses morfemis zero setsuji adalah Cø. Sehingga dapat ditarik rumus C  Cø 5 重複 jufukupengulangan Jufuku adalah proses morfemis yang mengulang morfemnya dalam membentuk kata baru. Dalam bahasa Jepang biasanya terdapat pada 擬音 語 giongo dan 擬 態 語 gitaigo. Giongo adalah kata-kata yang menunjukkan bunyi dan suara binatang dan benda. Gitaigo adalah kata- kata yang menunjukkan bentuk dan keadaan suatu benda. Contoh : Giongo  オイオイ oioi dan シクシク shikushiku Gitaigo  バラバラ barabara dan デブデブ debudebu Selain itu, secara umum proses morfemis jufuku terbagi atas dua bagian, yaitu: - 語幹の重複 Gokan no jufuku, yaitu pengulangan langsung dari gokan. Contoh : 人々hitobito dan 神々kamigami - 語 幹 と 接 辞 Gokan to setsuji, yaitu pengulangan gokan yang ditambahkan dengan penambahan setsuji morfem. Contoh : 若々しい wakawakashii 6 融合 Yuugoupenyatuan Yuugou adalah proses morfemis yang menggabungkan atau menyatukan morfem-morfem dalam pembentukan kata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari contoh berikut : Contoh : それはウソだ → それはウソではない → それはウソ Sore wa uso じゃあな い da  Sore wa uso dewanai  Sore wa uso Jyaa adalah bentuk biasa dari dewa dalam percakapan bahasa Jepang. Sedangkan dewa adalah bentuk gabungan antara jodoushi “da” dengan partikel “wa”. Sama halnya dengan bentuk そりゃあ soryaa yang merupakan bentuk gabungan dari それ sore dengan partikel は wa. jyaanai

2.5. Pembentukan Kata Bahasa Jepang

Dokumen yang terkait

Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

10 65 68

Analisis Makna Verba Hatten Suru, Hattatsu Suru, Dan Shinpo Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang

2 90 84

Analisis Fungsi Dan Makna Verba Bentuk 「–Te Iku 」Dan 「–Te Kuru 」Dalam Novel ‘Piitaa Pan To Wendi’ [Piitaa Pan To Wendi] No Shousetsu No 「-Te Iku」 To 「-Te Kuru」 To Iu Doushi No Kinou To Imi No Bunseki

8 80 96

Analisis Morfologis Verba Bahasa Jepang Nihongo No Doushi No Keitairontekina Bunseki

21 147 70

Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru (Hataraku, Tsutomeru, Shigoto Suru) No Tsukaikata No Bunseki

5 125 67

SISTEM VERBA BAHASA SASAK DIALEK BAYAN DARI DASAR VERBA DAN NOMINA

2 37 148

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

1 24 55

Pembentukan Verba Dari Dasar Verba Dan Nomina Bahasa Jawa Dialek Banyumas 00003

0 0 1

Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

0 0 13

MORFOLOCI NOMINA DAN ADJEKTIVA BAHASA TOTOLI

0 9 113