Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja

Hasil uji statistik secara multivariat dengan regresi logistik berganda lama kerja berhubungan signifikan dengan kinerja p=0,006p=0,05; nilai ExpB= 4.827; CI For Exp B 1,555-14,979. Hal ini memberikan makna bahwa responden yang lama kerjanya 5 tahun mempunyai peluang 4-5 kali kinerjanya lebih baik dalam melengkapi pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis dibandingkan dengan responden yang memiliki lama kerja ≤ 5 tahun Tabel 4.27. Salah satu upaya mengatasi masalah tersebut perlu diadakan pelatihan, pembimbingan dan evaluasi dari manajemen rumah sakit mengenai kelengkapan pengisian data asuhan keperawatan pada rekam medis dan formulir pendukungnya. Hasil ini juga sesuai penelitian Anggriani 2007, yang menyimpulkan bahwa faktor lama kerja berhubungan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan rekam medis dalam pengisian rekam medis, di mana sebagian besar tenaga kesehatan sebenarnya mengetahui ada peraturan perundang-undangan rekam medis namun isinya belum begitu dipahami sehingga kinerjanya belum optimal dalam pendokumentasian asuhan keperawtan.

5.1.2 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja

Hasil penelitian tentang pengetahuan ditemukan sebanyak 53,2 tidak baik tentang pengertian, tujuan, termasuk didalamnya manfaat, dan syarat-syarat pendokumentasian yang baik Tabel 4.3. Hasil uji secara bivariat diperoleh nilai x 2 =19,571; p=0,001p=0,05 Tabel 4.19, artinya ada kecenderungan responden Universitas Sumatera Utara yang memiliki pengetahuan tidak baik kinerjanya lebih banyak tidak lengkap dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis demikian juga sebaliknya. Hasil uji statistik secara multivariat dengan regresi logistik berganda pengetahuan berhubungan signifikan dengan kinerja p=0,001p=0,05; nilai Exp B= 13,474; CI For Exp B 3,599-50,443. Hal ini memberikan makna bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik mempunyai peluang 13-14 kali kinerjanya lebih baik dalam melengkapi pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tidak baik Tabel 4.27. Secara teoritis tingkat pengetahuan berhubungan dengan kinerja seseorang dalam bekerja. Menurut pendapat Notoatmodjo 2005, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan, bila perilaku tidak didasari dengan pengetahuan maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama. Setiap perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan memiliki tingkatan pengetahuan yang berbeda dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis. Tingkatan paling rendah adalah mulai dari mengetahui, selanjutnya tingkat pengetahuan mampu memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis ataupun mengevaluasi. Setiap tingkatan pengetahuan yang dimiliki perawat sangat menentukan kinerjanya dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis. Mutu asuhan keperawatan yang kurang baik akan berdampak pada tidak lengkapnya pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis, maka Universitas Sumatera Utara secara keseluruhan akan menyebabkan mutu rekam medis akan kurang baik, dan diikuti dengan mutu rumah sakit yang kurang baik. Karena dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis mencerminkan ringkasan segala informasi yang penting, menyangkut pasien dan bisa dijadikan sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang lebih lanjut. Hasil wawancara dengan perawat diketahui bahwa mereka menyadari ketidaklengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis bukan hal yang di sengaja. Tetapi karena kesibukan sehari-hari dalam hal mengurus rumah tangga dan pasien dirumah sakit, begitu juga dengan atasan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga kinerjanya belum optimal dalam pendokumetasian asuhan keperawatan pada rekam medis. Hal ini terkait dengan perawat sebanyak 63,5 sudah berumah tangga Tabel 4.1. Perawat juga belum seluruhnya mengetahui bahwa maksimal pengembalian berkas rekam medis 2x24 jam beserta resume medis di dalamnya. Sesuai dengan pedoman penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit SK Dirjen Yanmed. 1996. Salah satu upaya mengatasi masalah tersebut perlu diberikan kesempatan kepada perawat untuk mengikuti pelatihan atau seminar dan memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini terkait dengan perawat yang tidak pernah mengikuti pelatihan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan pada rekam medis sebanyak 74,4 Tabel 4.1. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Nelfiyanti 2009, di Rumah Sakit Haji Medan, menyimpulkan bahwa sebanyak 60,9 pengisian Universitas Sumatera Utara dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis tidak lengkap dan faktor pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis. Demikian juga hasil penelitian Nasution 2009, menyimpulkan bahwa variabel pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis. Hasil penelitian Pribadi 2009, di RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah yang menyimpulkan bahwa faktor pengetahuan perawat berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan serta perawat yang memiliki pengetahuan tidak baik memiliki risiko untuk melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan tidak baik 6,280 kali lebih besar dibanding yang memiliki pengetahuan baik. Namun hasil penelitian ini bebrbeda dengan hasil penelitian Pratiwi 2009 di Rumah Sakit Ibu Anak Budi Kemuliaan menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan yang cukup mengenai resume medis tidak menjamin seseorang untuk berprilaku patuh dan lengkap dalam pengisian resume medis.

5.1.3 Hubungan Sikap dengan Kinerja