PERENCANAAN MANGROVE PARK DI KAWASAN PANTAI MOROSARI DEMAK Sebagai Sarana Edukasi dan Rekreasi

(1)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak i

PERENCANAAN MANGROVE PARK DI KAWASAN

PANTAI MOROSARI DEMAK

Sebagai Sarana Edukasi dan Rekreasi

(PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS)

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ARSITEKTUR

TUGAS AKHIR

SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENCAPAI

GELAR SARJANA TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

DISUSUN OLEH :

IDHAM KHOLID MUCHIBI

5112411036

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 27 November 2015

Idham Kholid Muchibi NIM. 5112411036


(5)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Tugas Akhir Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Demak ini dengan baik dan lancar tanpa terjadi suatu halangan apapun yang mungkin dapat mengganggu proses penyusunan LP3A Mangrove Park ini.

LP3A Mangrove Park ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan akademik di Universitas Negeri Semarang serta landasan dasar untuk merencanakan desain Mangrove Park nantinya. Judul Tugas Akhir yang penulis pilih adalah ” Perencanaan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Demak sebagai Sarana Edukasi dan Rekreasi”.

Dalam penulisan LP3A Mangrove Park ini tidak lupa penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing serta mengarahkan sehingga penulisan LP3A Mangrove Park ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih saya tujukan kepada : 1. Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, serta

kekekuatan sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik

2. Bapak Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

3. Bapak Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

4. Bapak Drs. Sucipto, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang

5. Bapak Ir. Bambang Bambang Setyohadi K.P, M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik Arsitektur S1 Universitas Negeri Semarang yang memberikan masukan, arahan dan ide-ide nya selama di perkuliahan

6. Bapak Teguh Prihanto, S.T., M.T., selaku pembimbing yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan LP3A Mangrove Park ini dengan penuh keikihlasan dan ketabahan dalam membantu memperlancar Tugas Akhir

7. Bapak Andi Purnomo, S.T., M.A., yang juga selaku pembimbing yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan LP3A Mangrove Park ini


(6)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak vi 8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan

arahan dalam penyusunan LP3A Mangrove Park ini

9. Kedua orang tua, kerabat dan saudara-saudara saya, Terimakasih untuk semua perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis selama pengerjaan LP3A Mangrove Park ini

10. Semua keluargaku, teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2015 yang telah memberikan dukungan

Ucapan terimakasih ini penulis haturkan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan dan motivasi. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, maka segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya penulisan LP3A Mangrove Park ini. Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan pada umumnya.

Semarang, 27 November 2015 Penulis


(7)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak vii

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir LP3A Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Demak ini penulis persembahkan kepada :

 Ketua Jurusan Teknik Sipil, Drs. Sucipto, M.T. yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir Mangrove Park

 Kaprodi S1 Arsitektur Ir. Bambang Bambang Setyohadi K.P, M.T. yang memberikan arahan dalam program Tugas Akhir ini sehingga memperlancar proses penulisan LP3A Mangrove Park ini

 Pembimbing Tugas Akhir Teguh Prihanto, S.T., M.T., dan Andi Purnomo S.T., M.A., yang memberikan arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan Tugas akhir Mangrove Park ini dengan penuh keikihlasan dalam membantu memperlancar jalannya proses Tugas Akhir  Seluruh Bapak/Ibu Dosen Arsitektur UNNES yang memberikan bantuan

arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini

 Kedua orang tua, dan saudara-saudara saya, Terimakasih untuk semua perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis selama pengerjaan Tugas Akhir ini

 Seseorang yang spesial buat saya yang selalu memberikan motovasi dan dukungan secara psikis.

 Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir Periode 3 terimakasih atas bantuan dan kerja samanya selama Tugas Akhir ini.

Abah Kyai Subkhi Pondok Pesantren “Miftakhurrahmatillah” yang telah memberikan wejangan-wejangan, nasehat serta amalan-amalan yang telah membantu juga dalam penulisan Tugas Akhir ini secara ruhanniyah.

 Kang-kang Pondok yang juga telah menemani saya selama pengerjaan Tugas Akhir ini dan memberi motivasi-motivasi berharga wabil khusus kang Riyan yang telah banyak membantu

 Teman-teman Rebana yang telah menyemangati serta memberikan hiburan saat pengerjaan Tugas Akhir ini

 Adek angkatan arsitektur yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusinya dalam membantu Tugas Akhir.  Semua teman-teman Arsitektur UNNES 2010-2015 yang telah memberikan


(8)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak viii

ABSTRAK

Idham Kholid Muchhibi 2015

“Perencanaan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Demak sebagai Sarana Edukasi dan Rekreasi”

Dosen Pembimbing :

Teguh Prihanto,S.T, M.T, Andi Purnomo, S.T, M.T Teknik Arsitektur S1

Kabupaten Demak memiliki berbagai obyek wisata, baik wisata religi, budaya maupun pesisir. Semua objek wisata tersebut memiliki potensi masing -masing untuk dikembangkan buat komoditas di Kabupaten Demak. Salah satu objek wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan dan sudah dimiliki oleh Kabupaten Demak adalah Wisata Alam Pantai Morosari.Seiring berkembangnya waktu Wisata Alam Pantai Morosari, kurang mendapatkan sorotan yang lebih dari pihak Pemerintah. Hal ini dapat kita lihat dengan kurangnya ketersediaan fasilitas-fasilitas di Pantai Morosari, akses menuju lokasi yang masih buruk, manajemen pariwisatanya kurang maksimal, pantainya kotor, signase dari pusat kota masih minim dan sering terjadi bahaya abrasi, rob serta penurunan tanah. Hal-hal tersebut menyebabkan pantai ini selalu sepi pengunjung. Akan tetapi di area kawasan Pantai Morosari terdapat hamparan hutan Mangrove yang indah, yang sampai saat ini di gunakan sebagai kawasan konservasi. Melihat akan hal itu, saya mempunyai ide untuk membuat sebuah kawasan wisata edukasi dan rekreasi di kawasan Mangrove. Selain untuk meningkatkan kawasan wisata bahari di Kabupaten Demak, juga untuk melestarikan alam sekitar.

Pemilihan lokasi tapak perencanaan diperlukan sebuah lokasi yang tepat dari segi peruntukan lahan, lahan yang tepat adalah lahan yang memiliki area Mangrove yang masih rimbun, alami (belum diolah) dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata, aksebilitas yang mudah dijangkau, jaringan infrastruktur juga sangat diperlukan dalam pemilihan lokasi guna untuk mendukung sarana yang ada dalam bangunan. Selain itu juga view kedalam maupun keluar tapak yang akan menjadi ketertarikan suatu tempat wisata. Dari beberapa kriteria di atas dipilihlah satu site rencana yang berada di Desa Bedono, Kec. Sayung Kab. Demak dengan luas 4,41 Ha. Pendekatan perencanaan Mangrove Park ini meliputi pendekatan site, pendekatan pelaku dan aktivitas, pendekatan studi besaran ruang, pendekatan arsitektural (klimatologi, aksesbiitas, view, topografi, kebisingan), pendekatan struktur, pendekatan utilitas, serta pendekatan penekanan desain Arsitektur Ekologis.

Dari beberapa pendekatan perencanaan dan perancangan di dapatkan Konsep Perencanaan dan Perancangan yang nantinya akan mendasari desain Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Demak ini. Konsep Perencanaan dan Perancangan Mangrove Park di dasarkan pada kearifan budaya masyarakat sekitar site, keadaan alam sekitar serta destinasi dari fungsi bangunan itu sendiri. Harapannya Mangrove Park ini dapat menjadi sebuah wadah edukasi wisata untuk semua kalangan, agar lebih mengetahui tentang alam sekitar kita dan berbagai manfaat yang terkandung dalam Mangrove. Selain itu juga dapat menjadi area rekreatif untuk keluarga dan juga peningkatan kawasan wisata bahari di Kabupaten Demak.


(9)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK... ... viii

DAFTAR ISI... ... ix

DAFTAR TABEL... ... xiv

DAFTAR GAMBAR... ... xv

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 2

1.2.1. Permasalahan Umum... 2

1.2.2. Permasalahan Khusus ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan ... 2

1.3.1. Maksud ... 2

1.3.2. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat... ... 3

1.5. Lingkup Pembahasan ... 3

1.5.1. Lingkup Substansial ... 3

1.5.2. Lingkup Spasial ... 4

1.6. Metode Pembahasan... 4

1.7. Sistematika Penyusunan Laporan ... 7

1.8. Alur Pikir ... 9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI KASUS ... 10

2.1. Tinjauan Pantai... 10


(10)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak x

2.1.2. Tipe-tipe Pantai ... 11

2.1.3. Sistem Bangunan Pantai ... 13

2.1.4. Garis Sempadan Pantai ... 15

2.2. Tinjauan Mangrove ... 17

2.2.1. Pengertian Mangrove ... ... 17

2.2.2. Fungsi dan Manfaat Mangrove ... 18

2.2.3. Jenis-jenis Vegetasi di Kawasan Mangrove ... 21

2.2.4. Pembagian Zonasi Kawasan Mangrove ... 22

2.2.5. Peranan Fauna dalam Kawasan Mangrove ... 23

2.2.6. Potensi Ekosistem Mangrove sebagai tempat wisata ... 24

2.3. Tinjauan Taman (Park) ... 26

2.3.1. Pengertian Taman (Park) ... 26

2.3.2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ... 27

2.3.3. Bentuk Ruang Terbuka Hijau ... 28

2.3.4. Fungsi Ruang Terbuka Hijau ... 29

2.4. Tinjauan Kawasan Wisata ... 30

2.4.1. Pengertian Kawasan Wisata ... 30

2.4.2. Persyaratan Kawasan Wisata ... 31

2.4.3. Ekspresi Ruang dan Visual Kawasan ... 31

2.4.4. Lansekap ... 32

2.5. Tinjauan Rekreasi Pantai ... 37

2.5.1. Pengertian Rekreasi Pantai... 37

2.5.2. Jenis Rekreasi Pantai ... 37

2.5.3. Standard Area Rekreasi ... 38

2.5.4. Dasar-dasar Perencanaan Rekreasi Pantai ... 39

2.5.5. Persyaratan Umum Taman Rekreasi Pantai ... 40

2.5.6. Standard Sarana dan Prasarana Rekreasi Pantai ... 40

2.5.7. Jenis Aktivitas Rekreasi Pantai ... 43

2.5.8. Pelaku Rekreasi Pantai ... 43

2.6. Tinjauan Arsitektur Ekologis ... 45

2.6.1. Pengertian Arsitektur Ekologis ... 45

2.6.2. Prinsip Bangunan ekologis ... 45

2.6.3. Dasar-dasar Arsitektur Ekologis ... 46

2.6.4. Unsur-unsur Pokok Arsitektur Ekologis ... 48


(11)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xi

2.7. Studi Kasus ... 50

2.7.1. Pekalongan Mangrove Park (PMP) ... 50

2.7.2. Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 55

2.7.3. Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta ... 62

BAB IIITINJAUAN LOKASI... 68

3.1. Tinjauan Kabupaten Demak ... 68

3.1.1. Letak Geografis ... 68

3.1.2. Kondisi Fisik Kabupaten Demak ... 68

3.2. Rencana Arahan Penggunaan Lahan ... 70

3.2.1. Pola Penggunaan Lahan ... 70

3.2.2. Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Demak ... 71

3.2.3. Potensi Pengembangan Wilayah ... 71

3.2.4. Rencana Pembagian SWP ... 76

3.2.5. Peraturan Bangunan Setempat ... 78

3.2.6. Garis Sempadan Bangunan ... 80

3.3. Pendekatan Pemilihan Lokasi ... 81

3.3.1. Tinjauan Pemilihan Lokasi ... 81

3.3.2. Potensi Kawasan Pantai Morosari ... 82

3.3.3. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 83

3.3.4. Pemilihan Lokasi ... 84

BAB IV PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 92

4.1. Aspek Kontekstual ... 92

4.1.1. Pendekatan Site Terpilih ... 92

4.1.2. Eksisting Site ... 93

4.1.3. Pencapaian menuju Site ... 93

4.2. Analisis Fungsional ... 95

4.2.1. Pendekatan Pelaku & Aktivitas Kegiatan ... 95

a. Pendekatan Pelaku Kegiatan ... 95

b. Pendekatan Aktivitas ... 96

c. Analisis Pelaku, Aktivitas dan Fasilitas ... 100

4.2.2. Pendekatan Ruang ... 103

a. Analisis Persyaratan Ruang & Hubungan Ruang ... 103


(12)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xii

4.3. Analisis Arsitektural ... 115

4.3.1. Analisis Pendekatan Bentuk ... 115

a. Analisis Klimatologi ... 115

b. Analisis Kebisingan ... 116

c. Analisis View ... 117

d. Analisis Topografi ... 118

e. Analisis Aksesibilitas ... 119

f. Zoning Akhir ... 119

4.3.2. Analisis Pendekatan Arsitektur Ekologis ... 120

4.3.3. Analisis Pendekatan Interior Ruang Khusus ... 125

4.3.4. Analisis Pendekatan Sistem Modul dan Sitem Struktur ... 132

4.3.5. Analisis Sirkulasi ... 135

4.4. Analisis Kinerja / Utilitas ... 136

4.4.1. Sistem Penghawaan ... 136

4.4.2. Sistem Pencahayaan ... 139

4.4.3. Sistem Elektrikal ... 141

4.4.4. Sistem Audio-Video... 142

4.4.5. Sistem Penyediaan Air Bersih ... 142

4.4.6. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Limbah ... 143

4.4.7. Sistem Penangkal Petir ... 144

4.4.8. Sistem Pemadam Kebakaran ... 146

4.4.9. Sistem Security/Keamanan ... 148

4.4.10. Sistem Komunikasi... 148

4.4.11. Sistem Pengolahan Sampah ... 149

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 150

5.1. Konsep Kontekstual ... 150

5.1.1. Site Terpilih ... 150

5.1.2. Konsep Penzoningan ... 151

5.2. Konsep Fungsional ... 152

5.2.1. Konsep Sirkulasi ke Bangunan ... 152

5.2.2. Konsep Program Ruang ... 152

5.2.3. Konsep Organisasi Ruang ... 158


(13)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xiii

5.3.1. Konsep Bentuk Bangunan ... 159

5.3.2. Konsep Sistem Modul dan Struktur Bangunan ... 162

5.4. Konsep Utilitas... 163

5.4.1. Sistem Penghawaan ... 163

5.4.2. Sistem Pencahayaan ... 164

5.4.3. Sistem Elektrikal ... 165

5.4.4. Sistem Audio-Video ... 166

5.4.5. Sistem Penyediaan Air Bersih ... 166

5.4.6. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Limbah ... 167

5.4.7. Sistem Penangkal Petir ... 168

5.4.8. Sistem Perlindungan Bahaya Kebakaran ... 169

5.4.9. Sistem Security/pengamanan ... 170

5.4.9. Sistem Komunikasi ... 170


(14)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Manfaat Pohon Mangrove sebagai Produksi Vegetasi ... 19

Tabel 2.2 Manfaat Pohon Mangrove sebagai Produksi Hewani ... 21

Tabel 2.3 Pembagian Jenis Rekreasi ... 39

Tabel 2.4 Penggolongan Bahan Bangunan ... 49

Tabel 3.1 Luas Lahan Kabupaten Demak Tahun 2010 ... 70

Tabel 3.2 Rencana Pengaturan Bangunan... 79

Tabel 3.3 Penilaian Alternatif Site 1 ... 86

Tabel 3.4 Penilaian Alternatif Site 2 ... 88

Tabel 3.5 Penilaian Alternatif Site 3 ... 90

Tabel 3.6 Pembobotan Alternatif Site ... 91

Tabel 4.1 Presentase dan Distribusi Tenaga Kerja ... 95

Tabel 4.5 Aktivitas yang ada di Mangrove Park ... 99

Tabel 4.6 Analisis Aktivitas yang ada di Mangrove Park ... 100

Tabel 4.7 Macam Ruang Mangrove Park ... 103

Tabel 4.8 Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Edukasi Mangrove Park ... 108

Tabel 4.9 Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Rekreasi Mangrove Park ... 109

Tabel 4.10 Besaran Ruang Pengelola Mangrove Center... 110

Tabel 4.11 Besaran Ruang Pengelola Restaurant ... 111

Tabel 4.12 Besaran Ruang Pengelola Resort ... 111

Tabel 4.13 Besaran Ruang Pengelola SPA ... 112

Tabel 4.14 Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis ... 113

Tabel 4.15 Pendekatan Penekanan Arsitektur Ekologis ... 120

Tabel 5.1 Besaran Ruang Kegiatan Edukasi ... 152

Tabel 5.2 Besaran Ruang Kegiatan Rekreasi ... 153


(15)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xv

Tabel 5.4 Besaran Ruang Pengelola Resort ... 154

Tabel 5.5 Besaran Ruang Pengelola SPA ... 155

Tabel 5.6 Besaran Ruang Pengelola Restaurant ... 155

Tabel 5.7 Besaran Ruang Kegiatan Service ... 156

Tabel 5.8 Besaran Ruang Luar ... 157

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Definisi Daerah Pantai ... 10

Gambar 2.2 Rumah Terapung Suku Bajo ... 13

Gambar 2.3 Contoh Konstruksi Terapung ... 14

Gambar 2.4 Pembagian Daerah Pantai ... 16

Gambar 2.5 Salah Satu Jenis Mangrove ... 17

Gambar 2.6 Zonasi Mangrove di Cilacap ... 23

Gambar 2.7 Zonasi Penyebaran Jenis Pohon Mangrove ... 24

Gambar 2.8 Akar Tunjang Rhizopora sp. ... 25

Gambar 2.9 Akar Lutut Bruguiera sp.. ... 25

Gambar 2.10 Akar Pasak.. ... 25

Gambar 2.11 Akar Papan.. ... 26

Gambar 2.12 Buah Pohonn Mangrove.. ... 26

Gambar 2.13 Hubungan Jalan Menembus Ruang.. ... 32

Gambar 2.14 Hubungan Jalan Melewati Ruang.. ... 32

Gambar 2.15 Hubungan Jalan Berakhir Ruang.. ... 32

Gambar 2.16 Elemen Dinding Vegetasi sebagai Pengarah Ruang.. ... 34

Gambar 2.17 Batasan Ruang.. ... 34

Gambar 2.18 Vegetasi sebagai Peneduh.. ... 35

Gambar 2.19 Prinsip-prinsip Arsitektur Ekologis ... 47

Gambar 2.20 Unsur-unsur Pokok Arsitektur Ekologis ... 48


(16)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xvi

Gambar 2.22 Pembibitan dan Persemaian Mangrove ... 51

Gambar 2.23 Gazebo dan Shelter ... 51

Gambar 2.24 Pusat Informasi Mangrove (PIM) ... 52

Gambar 2.25 Board Walker ... 52

Gambar 2.26 Gardu Pandang Mangrove Park ... 53

Gambar 2.27 Siteplan Kawasan PMP ... 53

Gambar 2.28 Suasana Menelusuri Kawasan Mangrove ... 54

Gambar 2.29 Maket Perencanaan Pekalongan Mangrove Park ... 54

Gambar 2.30 Lokasi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 55

Gambar 2.31 Pusat Informasi Mangrove (PIM) ... 55

Gambar 2.32 Tracking Museum ... 56

Gambar 2.33 Area Pembibitan Mangrove ... 56

Gambar 2.34 Sentra Makanan & Minuman ... 57

Gambar 2.35 Pasar Apung ... 57

Gambar 2.36 Restoran dan Gazebo Apung ... 58

Gambar 2.37 Berbagai Variant Perahu dan Kapal ... 58

Gambar 2.38 Sentra Batik Mangrove ... 59

Gambar 2.39 Gazebo dan Menara Pantau ... 59

Gambar 2.40 Dermaga ... 59

Gambar 2.41 Mushola dan Toilet ... 60

Gambar 2.42 Play Ground ... 60

Gambar 2.43 Jogging Track ... 60

Gambar 2.44 Area Parkir ... 61

Gambar 2.45 Tempat Istirahat ... 61

Gambar 2.46 Lokasi Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta... 62

Gambar 2.47 Resort Mangrove di Taman Wisata Alam Angke Kapuk ... 63

Gambar 2.48 Kamar Camping Ground ... 63


(17)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xvii

Gambar 2.50 Penginapan untuk Keluarga ... 64

Gambar 2.51 Tempat Tidur Villa ... 64

Gambar 2.52 Ruang Makan Villa ... 64

Gambar 2.53 Restaurant ... 65

Gambar 2.54 Ruang Komunal ... 65

Gambar 2.55 Menara Pandang ... 66

Gambar 2.56 Fasilitas Wisata Air ... 66

Gambar 2.57 Panggung Pertunjukkan ... 67

Gambar 2.58 Balai Ajar ... 67

Gambar 2.59 Area Konservasi ... 67

Gambar 3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Demak 2011-2031 ... 77

Gambar 3.2 Lokasi Kawasan Pantai Morosari ... 81

Gambar 3.3 Lokasi Pantai Mmorosari ... 82

Gambar 3.4 Mangrove dan Burung di Kawasan Pantai Morosari ... 82

Gambar 3.5 Lokasi Alternatif Site ... 84

Gambar 3.6 Kondisi Eksisting Site 1 ... 85

Gambar 3.7 Kondisi Eksisting Site 2 ... 87

Gambar 3.8 Kondisi Eksisting Site 3 ... 89

Gambar 3.9 Site Terpilih ... 91

Gambar 4.1 Site Terpilih ... 92

Gambar 4.2 Eksisting Site ... 93

Gambar 4.3 Pencapaian Menuju Site ... 94

Gambar 4.4 Zoom Pencapaian Menuju Site ... 94

Gambar 4.5 Alur Aktivitas Pengunjung Menginap ... 96

Gambar 4.6 Alur Aktivitas Pengunjung Tidak Menginap ... 98

Gambar 4.7 Alur Aktivitas Pengelola ... 99

Gambar 4.8 Diagram Hubungan Kelompok Ruang ... 107


(18)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xviii

Gambar 4.10 Analisis Kebisingan ... 116

Gambar 4.11 Analisis View ... 117

Gambar 4.12 Analisis Topografi ... 118

Gambar 4.13 Analisis Aksesibilitas ... 119

Gambar 4.14 Zoning Akhir ... 119

Gambar 4.15 Bentuk Sirkulasi ... 123

Gambar 4.16 Peran Vegetasi ... 125

Gambar 4.17 Pemasangan Vitrin ... 127

Gambar 4.18 Sudut Pandang Nyaman Manusia dalam Ruangan ... 128

Gambar 4.19 Sudut Pandangan Nyaman Manusia terhadap Obyek ... 128

Gambar 4.20 Perletakan Pajangan yang sesuai ... 128

Gambar 4.21 Standar Sirkulasi Ruang Baca ... 129

Gambar 4.22 Standar Meja Ruang Baca ... 129

Gambar 4.23 Sirkulasi Rak Buku ... 129

Gambar 4.24 Sirkulasi Meja Makan ... 130

Gambar 4.25 Kemiringan Ram Maksimal ... 130

Gambar 4.26 Sirkulasi Toilet untuk Difable ... 130

Gambar 4.27 Sirkulasi Parkir untuk Difable... 130

Gambar 4.28 Grid Struktur Suatu Bangunan ... 132

Gambar 4.29 Potongan Bangunan Panggung ... 133

Gambar 4.30 Penghawaan Alami ... 137

Gambar 4.31 Diagram Sistem AC Split ... 137

Gambar 4.32 Diagram Sistem AC Central... 138

Gambar 4.33 Macam Pencahayaan Alami ... 139

Gambar 4.34 Pencahayaan Langsung ... 140

Gambar 4.35 Pencahayaan Tidak Langsung ... 141

Gambar 4.36 Tampak Mesin Genset ... 141


(19)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xix

Gambar 4.38 Sistem Instalansi Air Bersih ... 143

Gambar 4.39 Sistem IPAL ... 144

Gambar 4.40 Penangkal Petir Franklin Rod ... 144

Gambar 4.41 Penangkal Petir faraday Cage ... 145

Gambar 4.42 Penangkal Petir Radioaktif ... 146

Gambar 4.43 Instalansi Pemadam Kebakaran ... 146

Gambar 4.44 Sistem CCTV ... 148

Gambar 4.45 Skema Sistem Komunikasi ... 149

Gambar 4.46 Skema Sistem Pengolahan Sampah ... 149

Gambar 5.1 Site Mangrove Park Demak ... 150

Gambar 5.2 Zoning Kawasan Mangrove Park ... 151

Gambar 5.3 Sirkulasi Ruang Luar ... 152

Gambar 5.4 Organisasi Ruang Mangrove Park Demak ... 158

Gambar 5.5 Konsep Bangunan Mangrove Center ... 159

Gambar 5.6 Konsep Bangunan Resort ... 160

Gambar 5.7 Konsep Bangunan SPA ... 160

Gambar 5.8 Konsep Bangunan Restaurant ... 161

Gambar 5.9 Konsep Bangunan Cottage ... 161

Gambar 5.10 Konsep Gazebo ... 162

Gambar 5.11 Struktur Panggung ... 163

Gambar 5.12 Pondasi Tiang Pancang ... 163

Gambar 5.13 Penghawaan dengan Sistim Ventilasi Silang ... 163

Gambar 5.14 Sistim Penghawaan Buatan (AC Split) ... 164

Gambar 5.15 Pencahayaan Alami ... 165

Gambar 5.16 Pencahayaan Buatan ... 165

Gambar 5.17 Sistim Distribusi Elektrikal ... 165

Gambar 5.18 Sistim Elektrikal Panel Surya ... 166


(20)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak xx

Gambar 5.20 Sistim Distribusi Air Bersih ... 166

Gambar 5.21 Sistim Distribusi Air Kotor dari Kamar Mandi ... 167

Gambar 5.22 Sistim Distribusi Air Kotor dari WC ... 167

Gambar 5.23 Sistim Distribusi Air Kotor dari Dapur ... 167

Gambar 5.24 Sistim Distribusi Air Hujan ... 168

Gambar 5.25 Sistim Penangkal Petir ... 168

Gambar 5.26 Sistim Penangkal Petir Kawasan (Faraday Cage) ... 169

Gambar 5.27 Sistim Pemadam Kebakaran ... 169

Gambar 5.28 Sistim Pengamanan/CCTV ... 170

Gambar 5.29 Sistim Komunikasi ... 170


(21)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam pengembangan suatu kawasan atau daerah. Pengembangan pariwisata ini tidak terlepas dari keberadaan sumber daya alam maupun sumber daya buatan sebagai potensi daerah yang dimiliki suatu daerah atau kawasan. Potensi daerah tersebut merupakan salah satu sumber aset wisata yang diunggulkan baik berupa keindahan alam, peninggalan budaya masa lampau (wisata budaya) maupun dari komoditas unggulan yang khas daerahnya.

Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat lokal sekaligus melindungi dan meningkatkan kesempatan untuk generasi masa depan. Pengelolaan seluruh sumber daya dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika dapat terpenuhi dengan tetap menjaga integritas budaya, proses ekologi, keanekaragaman hayati, dan sistem pendukung kehidupan.

Kabupaten Demak merupakan wilayah yang merupakan bagian prioritas pengembangan pariwisata Jawa Tengah. Kabupaten Demak memiliki berbagai obyek wisata, baik wisata religi, budaya maupun pesisir. Semua objek wisata tersebut memiliki potensi masing-masing untuk dikembangkan buat komoditas di Kabupaten Demak. Salah satu objek wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan dan sudah dimiliki oleh Kabupaten Demak adalah Wisata Alam Pantai Morosari. Pantai Morosari merupakan salah satu wisata pesisir yang perlu dilestarikan dan dikembangkan agar dapat menjadi wisata pesisir yang berkelanjutan atau Sustainable Coastal Tourism (SCT). Hal ini dapat dilihat dari karakteristik Pantai Morosari sendiri jika dihubungkan dengan konsep SCT nya, yakni potensi pariwisata di Pantai Morosari cukup tinggi yaitu terdapat hutan mangrove, bangunan wisata, spot untuk melihat sunset, dan terdapat pula jenis flora dan fauna pesisir pantai. Akan tetapi potensi-potensi tersebut belum dioptimalkan dengan baik.


(22)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 11 Pantai Morosari merupakan arahan pengembangan wisata pesisir menurut RTRW Kabupaten Demak yang berpotensi untuk meningkatkan perekonomian, di Pantai Morosari sering terjadi abrasi dan rob dan menurunnya jumlah hutan bakau di sekitar wilayah Pantai Morosari. Selain itu, akses dan ketersediaan fasilitas-fasilitas di Pantai Morosari tersebut juga kurang dikembangkan, seperti akses menuju lokasi yang masih buruk, manajemen pariwisatanya kurang maksimal, pantainya kotor, sering terjadi bahaya abrasi, rob serta penurunan tanah. Hal-hal tersebut menyebabkan pantai ini selalu sepi pengunjung.

Dari isu inilah muncul ide untuk perancangan Mangrove Park yang merupakan taman hutan mangrove yang menyuguhkan berbagai fasilitas dengan pemanfaatan alam sekitar dengan penekanan desain Arsitektur Ekologis. Mangrove Park adalah salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan sekitar serta sebagai kawasan edukasi pembelajaran kepada pengunjung bagaimana melestarikan lingkungan dengan menggunakan pohon mangrove.

Dengan adanya Mangrove Park dengan penekanan desain Asitektur Ekologis ini akan bisa menjawab sebuah kebutuhan akan tempat wisata yang tetap melestarikan alam sekitar dan sebagai pusat pembelajaran yang ada di dalamnya. Dan di masa yang akan datang dapat menghilangkan ketakutan akan abrasi laut dan banjir.

1.2. PERMASALAHAN

1.2.1. Permasalahan Umum

Bagaimana merancang sebuah Mangrove Park agar menjadi kawasan wisata dengan tujuan edukasi serta rekreasi agar pula dapat menjaga keseimbangan lingkungan alam sekitar.

1.2.2. Permasalahan Khusus

Permasalahan yang ada pada Mangrove Park yaitu berkaitan dengan bagaimana merancang sebuah kawasan wisata di atas permukaan air laut dengan berbagai macam fasilitas penunjang.


(23)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 12

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

1.3.1. Maksud

Meningkatkan daya tarik kawasan bahari di Kabupaten Demak, dengan optimalisasi potensi ekowisata

1.3.2. Tujuan

a. Agar menjadi tempat edukasi bagi semua kalangan untuk senantiasa menjaga ekologi sekaligus tempat wisata yang nyaman

b. Menciptakan sebuah kawasan wisata bahari dengan multifungsi dan bisa mermanfaat bagi semua kalangan.

c. Ikut serta menjaga ekosistem laut yang ada di kawasan Pantai Morosari Kabupaten Demak. Serta meningkatkan dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.

1.4. MANFAAT

Pembangunan Mangrove Park yang berada di kawasan Pantai Morosari Kabupaten Demak diharapkan dapat menampung wisatawan yang datang dengan fasilitas yang memadai serta dapat pula melestarikan lingkungan alam sekitar, sehingga Kabupaten Demak menjadi kawasan wisata bahari yang menarik dan ekologis.

1.5. LINGKUP PEMBAHASAN

1.5.1. LINGKUP SUBSTANSIAL

Secara substansial, lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan lansekap Mangrove Park yang merupakan kawasan dengan bangunan dengan massa banyak dengan hamparan pohon-pohon mangrove yang menjadi daya tarik tersendiri dengan di hubungkan titik-titik beberapa bangunan. Dengan menitik berat pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar ilmu arsitektur yang mempengaruhi, melatarbelakangi dan mendasari faktor-faktor perencanaan akan dibatasi, dipertimbangkan atau diasumsikan tanpa dibahas secara mendalam.


(24)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 13

1.5.2. LINGKUP SPASIAL

Secara spasial, Mangrove Park ini terletak di kawasan Pantai Morosari Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Dengan Batas wilayah :

a. Utara : Desa Timbulsloko b. Barat : Desa Gemulak c. Selatan : Desa Sriwulan d. Timur : Laut Jawa

1.6. METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program dasar perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Demak sebagai sarana rekreatif dan penanganan banjir ini adalah metode deskriptif.

Metode ini memaparkan, menguraikan dan menjelaskan mengenai design requirement (persyaratan design) dan design determinant (ketentuan design) terhadap perencanaan dan perancangan Mangrove Park.

Berdasarkan design requirement dan design determinant inilah nantinya akan ditelususuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan dianalisis lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari hasil penganalisisan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan batasan dan juga anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari, Kabupaten Demak.

Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari, Kabupaten Demak sebagai landasan dalam Desain Grafis Arsitektur.

Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

a. Data primer

1) Observasi lapangan

Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi dan tapak perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari, Kabupaten Demak dan studi banding.


(25)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 14 2) Wawancara

wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola sertai berbagai pihak-pihak yang terkait dalam perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Kabupaten Demak, baik pihak pemerintah Kabupaten Demak, ahli budaya setempat, warga, instansi, atau dinas terkait.

b. Data Sekunder

Studi literature melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai perencanaan dan perancangan Mangrove Park, serta peraturan -peraturan yang berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari, Kabupaten Demak .

Berikut ini akan dibahas design requirement dan design determinant yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Mangrove Park.

1) Pemilihan Lokasi dan Tapak

Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak, dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penentuan suatu lokasi dan tapak yang layak sebagai perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Kabupaten Demak, adapun data yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

(a) Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kabupaten Demak

(b) Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan bangunan yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan juga terhadap lingkungan sekitarnya yang menunjang terhadap perencanaan dan perancangan sebuah Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Kabupaten Demak.

Setelah memperoleh data dari beberapa alternative tapak, kemudian dianalisis dengan menggunakan nilai bobot terhadap kriteria lokasi dan tapak yang telah ditentukan untuk kemudian


(26)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 15 memberi scoring terhadap kriteria x nilai bobot, dan tapak yang terpilih diambil dari nilai yang terbesar.

2) Program Ruang

Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Kabupaten Demak, yaitu dilakukan dengan pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu sendiri beserta kegiatannya, dilakukan dengan observasi lapangan baik studi kasus maupun dengan studi banding, serta dengan standar atau literatur perencanaan dan perancangan Mangrove Park.

Persyaratan ruang yang didapat melalui studi banding dengan standar perencanaan dan perancangan Mangrove Park, sehingga dari hasil analisis terhadap kebutuhan dan persyaratan ruang akan diperoleh program ruang yang akan digunakan pada perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari, Kabupaten Demak.

3) Penekanan Desain Arsitektur

Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur dilakukan dengan observasi lapangan melalui studi banding pada Mangrove Park lain serta dengan standar literatur yang mengenai perencanaan dan perancangan Mangrove Park Kaitannya dengan persyaratan bangunan tersebut.

Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut :

(a) Aspek kontekstual pada lokasi dan tapak terpilih dengan pertimbangan keberadaan bangunan disekitarnya.

(b) Literatur atau standar perencanaan dan perancangan Mangrove Park.

Setelah memperoleh data tersebut, kemudian menganalisis antara data yang diperoleh dari studi banding dengan standar perencanaan dan perancangan Mangrove Park dengan pendekatan Arsitektur Ekologis, sehingga diperoleh pendekatan arsitektural yang


(27)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 16 digunakan pada perencanaan dan perancangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari, Kabupaten Demak.

1.7. SISTEMATIKA DAN PEMBAHSAN

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, serta sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI KASUS

Berisi tentang uraian umum mengenai Mangrove Park, kaitannya dengan pengertian, peraturan perundangan, klasifikasi, sistem pengelolaan dan persyaratan teknis. Selain itu, juga mengenai tinjauan Arsitektur Ekologis, Ekowisata, Rekreasi pantai dan studi banding Mangrove Park yang sudah ada.

BAB III TINJAUAN LOKASI

Berisi tentang uraian tentang Kabupaten Demak dan uraian -uraian lain tentang site berupa fisik dan non fisik, potesi dan kebijakan tata ruang Kabupaten Demak, gambaran khusus berupa data tentang batas wilayah, karakteriskrik, serta gambaran umum perkembangan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari Kabupaten Demak dan tapak terpilih.

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Berisi paparan mengenai essensi Mangrove Park, analisis pelaku, kegiatan, dan ruang, analisis pemilihan lokasi bangunan, analisis transformasi karakter Mangrove Park serta analisis struktur dan konstruksi, utilitas, dan analisis perancangan yang terkait dengan pendekatan desain yang digunakan.


(28)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 17

BAB V LANDASAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN MANGROVE PARK DI KAWASAN PANTAI MOROSARI DEMAK

Berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan Mangrove Park yang ditarik berdasarkan analisis yang telah dilakukan dari BAB IV.

BAB VI PENUTUP


(29)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 18

1.8. ALUR PIKIR

ANALISIS

Bagaimana menciptakan sebuah kawasan di atas permukaan air laut dengan berbagai macam fasilitas penunjang yang hampir menjadikan sebuah kawasan terapung.

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan teori Standar Perencanaan & Perancangan

STUDI LAPANGAN Tinjauan Kelurahan Tambak sari Tinjuauan Kawasan Pantai Morosari Tinjauan Kabupaten demak

PENEKANAN DESAIN Arsitektur Ekologis Penekanan desain yang tanggap terhadap kondisi lingkungan

STUDI BANDING Mangrove Park Wonorejo Surabaya Mangrove Park Pekalongan

PERENCANAAN  Pengguna, Aktivitas,

 Kebutuhan Ruang, Standar,

 Kapasitas, Program Ruang

PERANCANGAN Penekanan Desain

Efisien Lahan, Struktur Bangunan

Utilitas Bangunan, Filosofi

Data Tapak

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) MANGROVE

PARK DI KAWASAN PANTAI MOROSARI KAB. DEMAK

LATAR BELAKANG

 Masyarakat Kabupaten Demak sekitar kawasan Pantai Morosari bermata pencaharian nelayan, tambak udang dll yang senantiasa berusaha mengeksploitasi ekosistem yang ada.

 Sudah ada wahana wisata bahari Pantai Morosari akan tetapi belum optimal dalam pengelolaan

 Sudah tersedia pohon-pohon mangrove akan tetapi belum optimalkan sebagai daya dukung wisata.

 Kabupaten Demak rawan banjir dengan geografis daerahnya yang tidak stabil. URGENSI

Penanggulangan banjir di daerah Demak harus segera di atasi, banyaknya pohon mangrove menjadi salah satu alternatif solusi penangannya. Serta penambahan pemasukan daerah wisata di Kabupaten Demak akan pula bisa menjadikan Kabupaten ini lebih maju dan berkembang.

ORIGINALITAS

Perencanaan Mangrove Park di Kawasan Pantai Morosari, Kabupaten Demak dengan fasilitas penunjang yang representative yang ditekankan untuk kepentingan kebutuhan rekreatif, kenyamana pengunjung, dan pusat edukasi ekosistem pantai.

F E E D B A C K C O N T R O L RUMUSAN MASALAH

Bagaimana menciptakan sebuah kawasan pantai dengan berbagai macam fasilitas penunjang yang hampir menjadikan sebuah kawasan terapung.


(30)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI KASUS

1.9. TINJAUAN PANTAI

2.1.1. Pengertian Pantai

Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat (Triatmodjo, 1999:1). Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1 Definisi daerah pantai Sumber : Triatmojo, 1999 : 2

a. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.

b. Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang tertinggi.

c. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat bergerak sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.

d. Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan dan pelestarian pantai.

e. Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan. f. HHWL (highest high water level) adalah muka air tinggi tertinggi atau air

tertinggi pada saat bulan purnama atau bulan mati.

g. LLWL (lowest low water level) adalah muka air rendah terendah atau air terendah pada saat bulan purnama atau bulan mati.


(31)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 20

2.1.2. Tipe-tipe Pantai

Secara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu menjadi:

a. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.

b. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan menjadi:

c. Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.

d. Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.

e. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah Mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.

Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:

a. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky shore).

b. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely beach.

c. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai Mangrove.

Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:

a. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.


(32)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 21 b. Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai.

Pantai berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.

Kemudian, berdasarkan pada tipe sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Pantai gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel (diameter butir > 2 mm).

b. Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir (0,5 – 2 mm).

c. Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material berukuran lempung sampai lanau, diameter < 0,5 mm).

Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan pada sedimen penyusunnya itu juga mencerminkan tingkat energi (gelombang dan atau arus) yang ada di lingkungan pantai tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi tinggi, sedang pantai lumpur mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan kondisi energi menengah. Di Pulau Jawa, pantai berenergi tinggi umumnya diojumpai di kawasan pantai selatan yang menghadap ke Samudera Hindia, sedang pantai bernergi rendah umumnya di kawasan pantai utara yang menghadap ke Laut Jawa.

Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Beach (daerah pantai)

Yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang turun.

b. Shore line (garis pantai)

Jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa dicapai.

c. Coast (pantai)

Daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat pengaruh air laut.


(33)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 22

2.1.3.

Sistem Bangunan Pantai

Secara garis besar bangunan pantai terdiri dari 2 macam, bangunan yang di bangun di area darat dan bangunan yang di bangun di area laut atau mengapung. Sejak zaman dahulu sistem rumah yang di terapkan di masing-masing daerah berbeda-beda yang tergantung pada keadaan alamnya. Secara tradisional, metode dan arsitektur dari rumah-rumah terapung di seluruh dunia bergantung pada kondisi perbedaan iklim, budaya dan bahan baku, yang tersedia di tempat-tempat lokal yang berbeda (Giebler, 2007). Di Indonesia, kita mengenalnya terutama pada Rumah Terapung (Panggung) Suku Bajo di Sulawesi dan Rumah Lanting di Kalimantan.

Gambar 2.2 Rumah Terapung Suku Bajo Sumber : Giebler, 2007

Keberlanjutan dari Arsitektur Terapung (Floating Architecture) dapat diketahui sebagai pendekatan energi dan ekologis pada bangunan dengan sistem terapung tanpa alat gravitasi. Karakteristik berkelanjutan dari arsitektur terapung sebagai berikut (Moon, 2011):

a. Penggunaannya bisa didaur ulang dan bisa direlokasi b. Pengadopsian teknik energi terbarukan

c. Penginstalasian pembangkit mandiri

d. Penerapan sistem modular dan lainnya, seperti materi baru & tata letak terbuka

Teknologi dalam mewujudkan kota terapung dikenal dengan sebutan Very Large Floating Structures (VLFSs). Pada dasarnya ada dua jenis VLFSs yang dikembangkan saat ini, yaitu jenis semi-submersibledan


(34)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 23 jenis ponton. Secara umum sistem mega apung terdiri dari (Watanabe et al, 2004):

a. Struktur ponton terapung yang sangat besar;

b. Fasilitas Mooring (penambat) untuk menjaga struktur mengapung di tempat;

c. Akses jembatan atau jalan terapung; dan

d. Breakwater untuk mengurangi pasukan gelombang yang mempengaruhi struktur terapung

Gambar 2.3 Contoh Konstruksi Terapung Sumber : Watanabe et al, 2004

Dalam desain VLFSs, berbagai beban harus diperhatikan, terutama air pasang, tsunami, badai dangempa bumi. Bahan yang digunakan untuk permukaan terapung adalah baja, atau komposit beton atau baja beton dan spesifikasi relevan lainnya yang harus diikuti (Watanabe et al, 2004). Tapi beberapa penelitian lebih lanjut telah mencoba untuk menemukan bahan-bahan lainnya yang lebih murah danramah lingkungan, seperti kayu komposit dan fiberglass, busa dan bahan daur ulang (Nguyen, 2009).

Pada tahun 1998, Richie Sowa telah membuat sebuah pulau buatan di Meksiko yang mengapung di atas 250.000 botol plastik daur ulang, yang disebut “Spiral Island”. Botol-botol plastik dibundel bersama-sama dalam tas dan digunakan sebagai dasar terapung pada bambu dan kayu lapis


(35)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 24 yang mendukung seluruh wilayah berpasir lebih dari lima puluh meter pada diameternya.

Dengan konsep materi yang sama, WHIM Architecture mencoba untuk menggali potensi daur ulang polusi plastik di sungai Maas di Rotterdam ke lanskap terapung baru. Lanskap terapung ini tahan iklim dan banjir (Recycledisland.com, 2013).

Pendekatan hijau lainnya adalah Mangrove RhizophoraChitecture (MRaC), yang telah dikembangkan oleh para peneliti dari Institut Teknologi Surabaya (ITS), Indonesia. MRaC adalah arsitektur alternatif yang memanfaatkan Rhizophora spp., Sebagai biomaterial sebagai struktur utama bangunan, yang mengacu pada konsep lingkungan. Hasil akhirnya adalah sebuah arsitektur yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem yang ada (Prawiro et al, 2009).

Pendekatan lain adalah “Ice Platform”. Ia menggunakan platform terapung yang murah yang diambil daribidang es di Kutub Utara dan di Laut Selatan Antartika. Platform ini dilindungi oleh “air-film” dan penutup isolasi konvensional, serta memiliki sistem pendingin untuk menangani kebocoran yang dapat mempertahankan platform untuk waktu yang tak terbatas. Mereka dapat mengapung di lautan hangat (Bolonkin, 2010).

2.1.4. Garis Semapadan Pantai

Menurut Undang-Undang No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari pasang tertinggi ke arah darat. Sempadan pantai ini berfungsi sebagai pengatur iklim, sumber plasma nutfah, dan benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut.

Menurut Kepmen Kelautan dan perikanan No.10 Tahun 2002 tentang Pengelolaan, sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan dan pelestarian pantai. Kawasan sempadan pantai berfungsi untuk mencegah terjadinya abrasi pantai dan melindungi pantai dari kegiatan yang dapat menggangu/merusak fungsi dan kelestarian kawasan pantai. Daerah sempadan pantai hanya diperbolehkan untuk tanaman yang berfungsi sebagai pelindung dan pengaman pantai, penggunaan fasilitas umum yang tidak merubah fungsi


(36)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 25 lahan sebagai pengaman dan pelestarian pantai. Berdasarkan Kepres No.32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung telah ditentukan bahwa :

a. Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai (pasal 13)

b. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat (pasal 14).

Secara Yuridis, kawasan sempadan pantai merupakan kawasan yang dikuasai oleh Negara yang dilindungi keberadaannya karena berfungsi sebagai pelindung kelestarian lingkungan pantai. Dengan demikian kawasan sempadan pantai menjadi ruang publik dengan akses terbuka bagi siapapun (public domain).

Gambar 2.4 Pembagian Daerah Pantai Sumber : triadmojo, 1999

Dengan adanya UU No.22 tahun 1999, maka tiap daerah tingakt II memiliki wewenang untuk mengelola wilayah laut selebar 1/3 mil dari lebar laut yang menjadi wewenang provinsi. Wewenang tersebut termasuk membuat peraturan tentang penentuan kawasan sempadan pantai, yang lebarnya ditetapkan sesuai dengan kondisi fisik pantai masing-masing daerah.


(37)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 26

1.10. TINJAUAN

MANGROVE

2.2.1. Pengertian

Mangrove

Kata Mangrove berasal dari kata Mangue (bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan dan grove (bahasa inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil. Menurut Mac Nae (1968), kata Mangrove digunakan untuk menyebut jenis pohon-pohon atau semak-semak yang tumbuh di antara batas air tertinggi saat air pasang dan batas air terendah sampai di atas rata-rata permukaan air laut. Berdasarkan SK Dirjen Kehutanan No. 60/Kpts/Dj/I/1978, hutan Mangrove dikatakan sebagai hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, yakni tergenang pada waktu pasang dan bebas genangan pada waktu surut.

Gambar 2.5 Salah satu jenis Mangrove Sumber : Mengenal Mangrove

Bebagai pengertian Mangrove yang di kemukakan para ahli memanglah berbeda-beda, namun sebenarnya mempunyai arti yang sama, yaitu formasi hutan khas daerah tropika dan sedikit subtropika, terdapat di pandah dan tenang, berlumpu, sedikit berpasir, serta mendapat pengaruh pasang surut air laut. Mangrove juga merupakan mata rantai penting dalam pemeliharaan keseimbangan siklus hidrologi di suatu perairan.

Dalam upaya pelaksanaan konservasi kawasan hutan Mangrove, pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang


(38)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 27 Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Yang terdiri dari 3 aspek penting, di antara sebagai berikut :

a. Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan dengan menjamin terpeliharanya proses ekologi bagi kelangsungan hidup biota dan keberadaan ekosistemnya.

b. Pengawetan sumber plasma nutfah, yaitu menjamin terpeliharanya sumber genetik dan ekosistemnya, yang sesuai bagai kepentingan kehidupan umat manusia.

c. Pemenfaatan secara lestari atau berkelanjutan, baik berupa produksi dan jasa.

2.2.2. Fungsi dan Manfaat

Mangrove

a. Fungsi

Mangrove

Menurut Arief (2003:14), secara garis besar, penjelasan bahwa Mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan kesehatan serta lingkungan dibedakan menjadi 5 (lima), yaitu fungsi fisik, fungsi kimia, fungsi biologi, fungsi ekonomi, dan fungsi lain (wanawisata).

Fungsi fisik kawasan Mangrove adalah sebagai berikut : 1) Menjaga garis pantai agar tetap stabil

2) Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi, serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat.

3) Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru. 4) Sebagai kawasan penyangga prosesintrusi atau rembesan air laut

ke darat, atau sebagai filter air asin menjadi tawar.

Fungsi kimia kawasan Mangrove adalah sebagai berikut : 1) Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan

oksigen

2) Sebagai penyerap karbondioksida

3) Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal-kapal di lautan


(39)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 28 1) Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber

makanan penting bagi invertebrate kecil pemakan bahan pelapukan (detritus), yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bago hewan yang lebih besar

2) Sebagai kawasan pemijah atau asuhan (nursey ground) bagi udang, ikan, kepiting, kerang, dan sebagainya, yang setelah dewasa akan kembali ke lepas pantai

3) Sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang, serta berkembang biak bagi burung dan satwa lain

4) Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika

5) Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya

b. Manfaat Mangrove

Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan Mangrove untuk berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan Mangrove bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak merugikan dirasakan diberbagai tempat akibat hilangnya Mangrove. Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk dari Mangrove dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung, (Tjandra, Ellen & Ronaldo, Yosua. 2011) diantaranya:

1) Produk Vegetasi

Tabel 2.1 Manfaat Pohon Mangrove sabagai produk vegetasi

KATEGORI TIPE PEMANFAATAN CONTOH JENIS YANG

DIMANFAATKAN Bahan Bakar kayu bakar sebagian besar jenis pohon

arang Kayu sebagian besar jenis pohon

Alkohol Nypa fruticans

Bahan Bangunan kayu, kayu tiang Bruguiera, Rhizophora spp.

Konstruksi. Bruguiera, Rhizophora spp.

bantalan rel KA Rhizophora, Ceriops spp.

pembuatan perahu Livistona saribus, Lumnitzera

alas dok Lumnitzera spp.

tiang bangunan Rhizophora, Bruguiera spp.

Lantai Oncosperma tigillaria


(40)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 29

KATEGORI TIPE PEMANFAATAN CONTOH JENIS YANG

DIMANFAATKAN speciosum

alas lantai Cyperus malaccensis, Eleocharis

dulcis

pagar, pipa Scolopia macrophylla

Papan terutama Rhizophoraceae

Lem Cycas rumphii

Perikanan tiang pancing Ceriops spp.

Pelampung Dolichandrone spathacea, S.

racun ikan Derris trifoliata, Cerbera floribunda

perekat jala Rhizophoraceae

Tali Stenochlaena palustris, H. Tiliaceus

Jangkar Pemphis acidula, Rhizophora apiculat

penahan perahu Atuna racemosa, Osbornia octodonta

Tekstil Kulit fiber sintetis (mis.

Rayon) terutama Rhizophoraceae

pewarna kain E. Indica, Peltophorum pterocarpum

pengawetan kulit terutama Rhizophora, Lumnitzera

spp.

pembuatan kain Eleocharis dulcis

Pertanian Pupuk Paspalum vaginatum, Colocasia

esculenta

Produk Kertas berbagai jenis kertas Avicennia marina, Camptostemon schiltzii Keperluan Rumah

Tangga Mebel banyak jenis tumbuhan berkayu

Hiasan X. Granatum, Scaevola taccada,

Nypa fruticans

minyak rambut Xylocarpus mekongensis

Parfum Phymatodes scolopendria

Peralatan Dolichandrone spathacea, X.

Granatum

isi bantal Typa angustifolia

Keranjang Cyperus malaccensis, Scirpus

grossus

Mainan Dolicandrone spathacea

Racun Cerbera manghas (insektisida)

tanaman hias Cryptocoryne ciliata, Crinum

asiaticum, Tristellateia australasiae

Lilin Horsfieldia irya

obat-obatan Drymoglossum piloselloides, Drynaria

rigidula

anti nyamuk Osbornia octodonta, Quassia indica

Makanan,

Minuman, dan Obat Gula Nypa fruticans

Alkohol Nypa fruticans


(41)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 30

KATEGORI TIPE PEMANFAATAN CONTOH JENIS YANG

DIMANFAATKAN

minuman fermentasi Rhizophora stylosa

daging manis (dari

propagula) Bruguiera cylindrica, B. Gymnorrhiza

sayuran (dari propagula, buah atau daun)

daun Stenochlaena palustris, Avicennia, buah Inocarpus fagifer

kertas rokok epidermis daun Nypa

pengganti tembakau Loxogramma involuta

Sumber : Arifin Arief, 2003 2) Produk Hewani

Tabel 2.2 Manfaat Pohon Mangrove sebagai Produk Hewani

KATEGORI TIPE PEMANFAATAN CONTOH JENIS YANG

DIMANFAATKAN

Lain-lain Ikan Lates calcarifer, Chanos chanos

Krustasea Penaeus spp., Scylla serrata

Kerang kerang-kerangan

Madu dan lilin Apis dorsata

Burung terutama burung air

Mamalia terutama Sus scrofa

Reptilia

Varanus salvator, Crocodylus porosus

Sumber : Arifin Arief, 2003

2.2.3.

Jenis

-jenis Vegetasi di Kawasan Mangrove

Mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar. (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).

a. Mangrove terbuka

Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada substratnya. S. albacenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasi daerah yang lebih berlumpur. Meskipun demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya akan bahan organik (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).


(42)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 31 b. Mangrove tengah

Mangrove di zona ini terletak dibelakang Mangrove zona terbuka. Di zona ini biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. c. Mangrove payau

Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar.

d. Mangrove daratan

Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur hijau Mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanussp. dan Xylocarpus moluccensis (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993). Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya.

Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam vegetasi Mangrove, namun kenyataan di lapangan tidaklah sesederhana itu. Banyak formasi serta zona vegetasi yang tumpang tindih dan bercampur serta seringkali struktur dan korelasi yang nampak di suatu daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah yang lain.

2.2.4. Pembagian Zonasi Kawasan Mangrove

Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan Mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan Mangrove di Indonesia :

a. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.

b. Lebih ke arah darat, hutan Mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.


(43)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 32 d. Zona transisi antara hutan Mangrove dengan hutan dataran

rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

Gambar 2.6 Zonasi Mangrove di Cilacap Sumber : Arifin Arief, 2003

2.2.5. Peranan Fauna dalam Kawasan Mangrove

Irwanto (2006) mengemukakan bahwa Mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar seperti primata, reptilia dan burung. Selain sebagai tempat berlindung dan mencari makan, Mangrove juga merupakan tempat berkembang biak bagi burung air. Bagi berbagai jenis ikan dan udang, perairan Mangrove merupakan tempat ideal sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan dan tempat pembesaran anak. Moluska sangat banyak ditemukan pada areal Mangrove di Indonesia. Kepiting juga umum ditemukan di daerah Mangrove.

Dari setiap meter persegi dapat ditemukan 10 - 70 ekor kepiting. Jenis-jenis burung yang hidup di daerah Mangrove tidak terlalu berbeda dengan jenis-jenis yang hidup di daerah hutan sekitarnya. Mereka menggunakan Mangrove sebagai habitat untuk


(44)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 33 mencari makan, berbiak atau sekedar beristirahat. Bagi beberapa jenis burung air, seperti :

a. Kuntul (Egretta spp),

b. Bangau (Ciconiidae) atau Pecuk (Phalacrocoracidae), c. Burung Raja Udang (Alcedinidae)

d. Burung migran (khususnya Charadriidae dan Scolopacidae) Mamalia yang umum ditemukan pada habitat Mangrove diantaranya adalah:

a. kelelawar (Pteropus spp.)

b. berang-berang (Lutraperspicillatadan Amblyonyxcinerea) c. lutung (Trachypithecus aurata)

d. Bekantan (Nasalis larvatus; endemik Kalimantan).

2.2.6. Potensi Ekosistem Mangrove sebagai Tempat Wisata

Selain menikmati alam Mangrove yang merupakan salah satu tujuan rekreasi, mendapatkan pendidikan berupa pemahaman tanaman Mangrove, hasil olahan dari pohon Mangrove dan upaya-upaya konservasi seperti penanaman pohon Mangrove merupakan potensi area Mangrove yang dikembangkan mengjadi ekowisata Mangrove.

Potensi rekreasi dalam ekosistem Mangrove antara lain (Bahar, 2004):

a. Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman (transisi zonasi). Sehingga dapat diolah menjadi area-area tertentu sebagai pendukung tempat wisata.

Gambar 2.7 Zonasi penyebaran jenis pohon Mangrove Sumber : Irwanto, 2006


(45)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 34 b. Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada

beberapa jenis vegetasi Mangrove dan buahnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna kain dan minuman: 1) Akar Tunjang (Rhizophora sp.)

Yaitu akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah dan seolah-olah menunjang batang ini jangan sampai rebah. Sama seperti akar nafas, bagian akar yang terdapat di atas permukaan tanah pada akar ini banyak ditemukan lubang atau celah untuk kepentingan pernafasan.

2) Akar Lutut (Bruguiera sp.)

Yaitu bagian akar yang tumbuh ke atas lalu membengkok lagi masuk kedalam tanah. Akar ini

berfungsi seperti halnya dengan akar nafas yang terdapat pada tumbuhan di tepi pantai yang rendah berlumpur.

3) Akar Pasak (Sonneratia sp., Avicenia sp.)

Akar yang tumbuh berpencar dengan anak akar muncul dipermukaan air seperti tombak yang diberdirikan yang mencuat dari bawah ke atas. disebut juga sebagai snorkel roots karena bentuknya yang seperti pipa snorkel.

Gambar 2.8 Akar Tunjang Rhizopora sp. Sumber: widyastuti, 2012

Gambar 2.9 Akar Lutut Bruguiera sp. Sumber: widyastuti, 2012

Gambar 2.10 Akar Pasak


(46)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 35 4) Akar Papan (Heritiera sp.)

Yaitu akar yang tebal, posisinya tegak atau pipih (buttress roots).

5) Buah yang bersifat viviparious (buah berkecambah semasa masih menempel pada pohon) yang terlihat oleh beberapa jenis vegetasi Mangrove seperti Rhizophora sp. dan Ceriops sp.

6) Berbagai jenis fauna yang ada di ekosistem Mangrove seperti beraneka ragam jenis burung, serangga dan primata yang hidup di tajuk pohon serta berbagai jenis fauna yang hidup di dasar Mangrove seperti biawak, ular, udang, ikan, kerang-kerangan, keong, kepiting dan sebagainya.

7) Atraksi adat istiadat masyarakat setempat yang berkaitan dengan sumberdaya Mangrove, potensi ini dapat dikembangkan untuk kegiatan lintas alam, memancing, berlayar, berenang, pengamatan jenis burung dan atraksi satwa liar, fotografi, pendidikan, piknik dan berkemah, serta adat istiadat penduduk lokal yang hidupnya bergantung pada keberadaan hutan Mangrove.

1.11. TINJAUAN TAMAN (PARK)

1.2.3. Pengertian Taman (Park)

Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, Gan berarti melindungi atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar, Oden berarti kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan Secara lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan Gambar 2.12 Buah Pohon Mangrove

Sumber : widyastuti, 2012 Gambar 2.11 Akar Papan


(47)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 36 (Laurie, 1986 : 9). Dari batasan dapat diambil pengertian sebagai berikut :

Taman merupakan wajah dan karakter bahan atau tapak, berarti bahwa menikmati taman mencakup dua hal, yaitu penampakan visual, dalam arti yang bisa dilihat dan penampakan karakter dalam arti apa yang tersirat dari taman tersebut. Mungkin dari ceritanya, gambar yang teraplikasi, nilai-nilai yang terkandung dari taman tersebut.

Taman mencakup semua elemen yang ada, baik elemen alami (natural), elemen buatan manusia (artificial), bahkan makhluk hidup yang ada didalamnya, terutama manusia. Secara umum akhirnya diambil pengertian pembeda antara taman sebagai landscape dan taman sebagai garden, yaitu bahwa taman (landscape) elemen tamannya lebih banyak didominasi oleh elemen alami, sedangkan (garden) elemennya lebih didominasi oleh elemen buatan manusia (artificial) dan dalam luas yang lebih terbatas (Suharto, 1994 : 5).

1.2.4. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 1).

Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung miliknya (Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 2).


(48)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 37 Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang disediakan oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat (Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 3).

1.2.5. Bentuk Ruang Terbuka Hijau

Bentuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan ada berbagai macam versi bergantung pada sumber peraturan yang berlaku. Diantaranya menurut dokumen yang berjudul “Ruang Terbuka Hijau sebagai Unsur Pembentuk Kota Taman”, Tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Dirjen Penataan Ruang menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau terdiri dari:

a. Ruang Terbuka privat; halaman rumah, halaman kantor, halaman sekolah, halaman tempat ibadah, halaman rumah sakit, halaman hotel, kawasan industri, stasiun, bandara, dan pertanian kota.

b. Ruang Terbuka publik; taman rekeasi, taman/lapangan olahraga, taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau (sempadan jalan, sungai, rel KA, SUTET), dan hutan kota (HK konservasi, HK wisata, HK industri).

Sedangkan menurut Undang-Undang Penataan Ruang no 26 Tahun 2007 pasal 29 menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau dibagi menjadi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.

Yang termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara lain, adalah kebun atau halaman rumah/ gedung milik masyarakat / swasta yang ditanami tumbuhan.


(49)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 38 Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri no 1 Tahun 2007 pasal 6 mengenai Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan menyebutkan, yang termasuk kedalam ruang terbuka hijau antara lain:

a. Taman kota;

b. Taman wisata alam; c. Taman rekreasi; d. Taman lingkungan

perumahan dan permukiman;

e. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial; f. Taman hutan raya; g. Hutan kota;

h. Hutan lindung; i. Bentang alam

seperti gunung, bukit, lereng dan lembah;

j. Cagar alam; k. Kebun raya;

l. Kebun binatang; m. Pemakaman umum; n. Lapangan olah raga; o. Lapangan upacara; p. Parkir terbuka;

q. Lahan pertanian perkotaan; r. Jalur dibawah tegangan tinggi

(SUTT dan SUTET);

s. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa;

t. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;

u. Kawasan dan jalur hijau;

v. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara;

w. Taman atap (roof garden).

Berikut adalah penjabaran dari beberapa bentuk ruang terbuka hijau : a. Taman Wisata Alam

Taman Wisata Alam (TWA) adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Pengelolaan taman wisata alam berada di bawah kewenangan BKSDA (Balai Konservasi Sumberdaya Alam) bersama dengan pengelolaan ruang terbuka hijau lainnya seperti taman nasional berukuran kecil, kawasan suaka alam, taman hutan raya dan taman buru (SNI 01-5009.5-2001 tentang istilah dan definisi berkaitan dengan pengusahaan pariwisata alam berasaskan konservasi hayati).


(50)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 39 b. Taman Rekreasi

Rekreasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi aktif adalah bentuk pengisian waktu senggang yang didominasi kegiatan fisik dan partisipasi langsung dalam kegiatan tersebut, seperti olah raga dan bentuk-bentuk permainan lain yang banyak memerlukan pergerakan fisik. Sedangkan rekreasi pasif adalah bentuk kegiatan waktu senggang yang lebih kepada hal-hal yang bersifat tenang dan relaksasi untuk stimulasi mental dan emosional, tidak didominasi pergerakan fisik atau partisipasi langsung pada bentuk-bentuk permainan atau olah raga. Sehingga taman rekreasi merupakan suatu tempat/areal yang dapat menampung kebutuhan dalam berekreasi (Permendagri No 1 Tahun 2007, pasal 1).

c. Taman Lingkungan

Pada dasarnya tanah milik hak milik perorangan maupun badan hukum memiliki fungsi sebagai ruang publik (UUPA No 5 Tahun 1960), maka sudah selayaknya setiap lahan pekarangannnya digunakan baik ruang terbuka hijau taman untuk kepentingan pribadi maupun umum. Setiap bangunan yang berada di atas ruang tanah perlu difungsikan untuk taman pekarangan, untuk keperluan keluarga, untuk tanaman obat, rempah-rempah kebutuhan sehari-hari, sirkulasi udara, penyinaran matahari yang cukup, mencegah kebakaran, dan sebagai ruang terbuka hijau pekarangan. Bangunan swasta seperti hotel, industri, pertokoan, melalui rencana detail disediakan hijauan berupa rumput, bunga, tanaman pot, taman hias, kolam, dan sebagainya. Bila aktivitas memanfaatkan lahan pekarangan ini sudah melembaga di kalangan rumah tangga dan swasta, maka ruang terbuka hijau pekarangan berskala kecil secara merata akan memberikan dampak kumulatif yang besar terhadap ruang terbuka hijau kota secara keseluruhan.

1.2.6.

Fungsi

Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka tidak dapat dipisahkan dari manusia baik secara psikologis, emosional, ataupun dimensional. Manusia berada didalam ruang, bergerak, menghayati, dan berpikir, juga membuat ruang untuk menciptakan dunianya (Djoko Sujarto, 11986:91). Ruang terbuka sebenarnya merupakan wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu


(51)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 40 dari masyarakat di wilayah tersebut. karena itu, ruang terbuka mempunyai kontribusi yang akan diberikan kepada manusia berupa dampak yang positif. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Sosial

1) Tempat bermain, berolah raga 2) Tempat bersantai

3) Tempat komunikasi sosial

4) Tempat peralihan atau tempat menunggu

5) Memberikan cadangan ruang kota untuk keperluan darurat

6) Sebagai sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat yang lain

7) Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan

b. Fungsi Ekologis

1) Penyegaran udara 2) Penyerap air hujan

3) Pengontrol radiasi matahari 4) Pengendalian banjir

5) Memelihara ekosistem tertentu 6) Pelembut arsitektur bangunan 7) Meredam kebisingan

8) Menyerap debu

1.12. TINJAUAN KAWASAN WISATA 2.4.1. Pengertian Kawasan Wisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1989 : 398), pengertian kawasan adalah :

a. Merupakan wilayah dalam batas yang ditetapkan berdasarkan fungsi tertentu (P. Hadisansa, 1992)

b. Merupakan daerah tertentu yang antara bagian-bagiannya terdapat hubungan tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 398)

Bedasarkan UU No: 9 Tahun 1990, kawasan wisata adalah suatu kawasan dengan luasan tertentu yang dibangun/disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Kawasan ini dibagi dalam beberapa zone:


(1)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 171

pencairan radioaktif. Pencairan ini terdiri atas partikel berupa

ion-ion yang akan menghantarkan arus listrik ke dalam tanah. Alat ini

cara kerjanya hampir sama dengan sistim franklin hanya radiasinya

lebih luas.

Gambar 5.25 : Sistim Penangkal Petir Sumber :Analisis, 2015

Gambar 5.26 : Sistim Penangkal Petir Kawasan (Faraday Cage) Sumber : Analisis, 2015

5.4.8. Sistim Perlindungan Bahaya Kebakaran

Untuk pendeteksian terhadap api menggunakan

heat + smoke

detector.

Untuk pemadaman terhadap api menggunakan sistim

Sprinkler, Hydrant Box, Hydrant Pillar dan Fire Extinguisher.

Penangkap petir

Kawat


(2)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 172

Gambar 5.27 : Sistim Pemadam Kebakaran Sumber :Analisis, 2015

Selain itu juga adanya penempatan penyelamatan di

masing-masing bangunan yaitu menggunakan tangga dan pintu darurat.

5.4.9. Sistim Security/Pengamanan

Sistim keamanan menggunakan CCTV yang dipantau pos

keamanan untuk mengawasi keadaan dan ruangan-ruangan di

Mangrove Park Demak.

Gambar 5.28 : Sistim Pengamanan/CCTV Sumber :Analisis, 2015

Api detectorHeat Asap Smoke detector

Alat pemadam kebakaran

manual Sistim

alarm

Tabung pemadam Hidrant

Sistim start

Alat pemadam kebakaran otomatis aktif


(3)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 173

5.4.10.

Sistim Komunikasi

Gambar 5.28 : Sistim Komunikasi Sumber :Analisis, 2015

Sistim telekomunikasi dalam bangunan menggunakan:

a. Telepon, penggunaan keluar area resort.

b. Internal telepon, penggunaan antar ruangan.

c. Bel, dipenggunakan saat darurat.

d. Radio, sebagai back up.

5.4.11.

Sistem Pengolahan Sampah

Sistem pengolahan sampah :

Gambar 5.29 : Sistim Pengolahan Sampah Sumber :Analisis, 2015


(4)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 174

DAFTAR PUSTAKA

Alvian. 2014. Mangrove Park Pekalongan Destinasi Wisata di Pekalongan. Di akses melalui laman http://www.travelmatekamu.com

Anonim. 1978. Pedoman Sistem Silvikultur Hutan Payau. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan. No 60/Kpts/DJ/I/1978. Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian.

Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove Fungsi & Manfaatnya. Kanisius : Yogyakarta. Arifin, H. S. dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Baehaqie, A., dan Indrawan. 1993. Hutan Mangrove, Lahan Basah yang Kaya Raya. Dalam warta Konservasi Lahana Basah. 2 (1) : 5-7.

Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem

Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian

Bogor.

Ching, Francis D.K. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Erlangga, Jakarta, 1994.

Dirjen Penataan Ruang. 2005. Ruang Terbuka Hijau sebagai Unsur Pembentuk Kota Taman.

Fandeli, C, et al. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

FAO. 1990 dan Ditjen Intag, Dephut. 1993.

Frick, Heinz. 1998. Dasar-dasar Eko-Arsitektur, Konsep Arsitektur Berwawasan

Lingkungan serta Kualitas Konstruksi dan Bahan Bangunan untuk Rumah Sehat dan Dampaknya Atas Kesehatan Manusia.


(5)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 175 Giebler, S. 2007. Schwimmende Architektur: Bauweisen und Entwicklung. Master

Thesis,Brandenburgische Technische Universitaet, Germany.

Hakim, Rustam. 1987. Unsur Perancangan Alam Arsitektur Lansekap. PT Bina Aksara, Jakarta.

https://younggeomorphologys.wordpress.com/

-

tipe

-

pantai/

di akses tanggal 3 Mei 2015.

Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove. Yogyakarta. Isnanto. 2008. Instalasi Plumbing Sistem Penyediaan Air Bersih. Di akses melalui

laman http://masisnanto.blogdetik.com

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 1989. Pengertian Kawasan.

KLH (Kementrian Lingkungan Hidup). 2008. Status Lingkungan Hidup Indonesia

2007. Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI.

Laksana, M.B.D. 2006. Penataan PKL Alun-alun Sidoarjo. Institut 11 Nopember (ITS): Surabaya.

Lubis, H. S. 2006. Perencanaan Pengembangan Ekowista Berbasis Komunitas di

Kawasan Wisata tangkahan Kabupaten langkat Sumatera Utara.Sekolah

Pasca Sarjana USU.

Macnae, W., 1968. A General Account of the Fauna of the Mangrove Swamps of

Inhaca Island, Mozambique. J. Ecol. 50: 93-128.

Moon, Changho. 2011. Sustainable Characteristics of Floating Architecture.

Proceedings, IAPSInternational Network Symposium .

Nature Foundation St. Maarten. 2009. Mangroves. Di akses melalui laman

http://www.naturefoundationsxm.org/education/mangroves

Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga : Jakarta

Nillesen, A. L., & Singelenberg, J. 2011. Amphibious Housing in the Netherlands :


(6)

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | MangrovePark Demak 176 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No: KM.67/UM.001/MKP/2004 tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-pulau Kecil Qomariah, L. 2009. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman

Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN 1 Sarongan).

Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Demak Tahun 2011-2031 RUTRK Kabupaten Demak 2004-2013

Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.

Snedaker, S.C. 1978. Mangroves: their values and perpetuation. Nature and

Resources 14:6-13.

Steenis, C . 1978. Flora . Paradnya Paramita , Jakarata.

SNI 01-5009.5-2001 tentang istilah dan definisi berkaitan dengan pengusahaan pariwisata alam berasaskan konservasi hayati.

Sujarto, Djoko. 1986. Perencanaan Kota Baru. Bandung, Penerbit ITB.

Tjandra, Ellen dan Ronaldo, Yosua. 2011. Mengenal Hutan Mangrove. Pakar Media:Jakarta.

Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (Uupa).

Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati

dan Ekosistemnya, Jakarta.

Undang-Undang RI No 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.