Tipe-tipe Pantai TINJAUAN PANTAI 2.1.1. Pengertian Pantai

Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak 20

2.1.2. Tipe-tipe Pantai

Secara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu menjadi: a. Pantai Batu rocky shore, yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras. b. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan menjadi: c. Sandy beach pantai pasir, yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir. d. Gravely beach pantai gravel, pantai berbatu, yaitu bila pantai tersusun oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal. e. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah Mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove. Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi: a. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu rocky shore. b. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely beach. c. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai Mangrove. Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi: a. Pantai bertebing cliffed coast, yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir. Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak 21 b. Pantai berlereng non-cliffed coast, yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir. Kemudian, berdasarkan pada tipe sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan menjadi: a. Pantai gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel diameter butir 2 mm. b. Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir 0,5 – 2 mm. c. Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur material berukuran lempung sampai lanau, diameter 0,5 mm. Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan pada sedimen penyusunnya itu juga mencerminkan tingkat energi gelombang dan atau arus yang ada di lingkungan pantai tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi tinggi, sedang pantai lumpur mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan kondisi energi menengah. Di Pulau Jawa, pantai berenergi tinggi umumnya diojumpai di kawasan pantai selatan yang menghadap ke Samudera Hindia, sedang pantai bernergi rendah umumnya di kawasan pantai utara yang menghadap ke Laut Jawa. Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : a. Beach daerah pantai Yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang turun. b. Shore line garis pantai Jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa dicapai. c. Coast pantai Daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat pengaruh air laut. Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak 22 2.1.3. Sistem Bangunan Pantai Secara garis besar bangunan pantai terdiri dari 2 macam, bangunan yang di bangun di area darat dan bangunan yang di bangun di area laut atau mengapung. Sejak zaman dahulu sistem rumah yang di terapkan di masing-masing daerah berbeda-beda yang tergantung pada keadaan alamnya. Secara tradisional, metode dan arsitektur dari rumah-rumah terapung di seluruh dunia bergantung pada kondisi perbedaan iklim, budaya dan bahan baku, yang tersedia di tempat-tempat lokal yang berbeda Giebler, 2007. Di Indonesia, kita mengenalnya terutama pada Rumah Terapung Panggung Suku Bajo di Sulawesi dan Rumah Lanting di Kalimantan. Gambar 2.2 Rumah Terapung Suku Bajo Sumber : Giebler, 2007 Keberlanjutan dari Arsitektur Terapung Floating Architecture dapat diketahui sebagai pendekatan energi dan ekologis pada bangunan dengan sistem terapung tanpa alat gravitasi. Karakteristik berkelanjutan dari arsitektur terapung sebagai berikut Moon, 2011: a. Penggunaannya bisa didaur ulang dan bisa direlokasi b. Pengadopsian teknik energi terbarukan c. Penginstalasian pembangkit mandiri d. Penerapan sistem modular dan lainnya, seperti materi baru tata letak terbuka Teknologi dalam mewujudkan kota terapung dikenal dengan sebutan Very Large Floating Structures VLFSs. Pada dasarnya ada dua jenis VLFSs yang dikembangkan saat ini, yaitu jenis semi-submersibledan Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak 23 jenis ponton. Secara umum sistem mega apung terdiri dari Watanabe et al, 2004: a. Struktur ponton terapung yang sangat besar; b. Fasilitas Mooring penambat untuk menjaga struktur mengapung di tempat; c. Akses jembatan atau jalan terapung; dan d. Breakwater untuk mengurangi pasukan gelombang yang mempengaruhi struktur terapung Gambar 2.3 Contoh Konstruksi Terapung Sumber : Watanabe et al, 2004 Dalam desain VLFSs, berbagai beban harus diperhatikan, terutama air pasang, tsunami, badai dangempa bumi. Bahan yang digunakan untuk permukaan terapung adalah baja, atau komposit beton atau baja beton dan spesifikasi relevan lainnya yang harus diikuti Watanabe et al, 2004. Tapi beberapa penelitian lebih lanjut telah mencoba untuk menemukan bahan- bahan lainnya yang lebih murah danramah lingkungan, seperti kayu komposit dan fiberglass, busa dan bahan daur ulang Nguyen, 2009. Pada tahun 1998, Richie Sowa telah membuat sebuah pulau buatan di Meksiko yang mengapung di atas 250.000 botol plastik daur ulang, yang disebut “Spiral Island”. Botol-botol plastik dibundel bersama-sama dalam tas dan digunakan sebagai dasar terapung pada bambu dan kayu lapis Idham Kholid Muchibi | 5112411036 | Mangrove Park Demak 24 yang mendukung seluruh wilayah berpasir lebih dari lima puluh meter pada diameternya. Dengan konsep materi yang sama, WHIM Architecture mencoba untuk menggali potensi daur ulang polusi plastik di sungai Maas di Rotterdam ke lanskap terapung baru. Lanskap terapung ini tahan iklim dan banjir Recycledisland.com, 2013. Pendekatan hijau lainnya adalah Mangrove RhizophoraChitecture MRaC, yang telah dikembangkan oleh para peneliti dari Institut Teknologi Surabaya ITS, Indonesia. MRaC adalah arsitektur alternatif yang memanfaatkan Rhizophora spp., Sebagai biomaterial sebagai struktur utama bangunan, yang mengacu pada konsep lingkungan. Hasil akhirnya adalah sebuah arsitektur yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem yang ada Prawiro et al, 2009. Pendekatan lain adalah “Ice Platform”. Ia menggunakan platform terapung yang murah yang diambil daribidang es di Kutub Utara dan di Laut Selatan Antartika. Platform ini dilindungi oleh “air-film” dan penutup isolasi konvensional, serta memiliki sistem pendingin untuk menangani kebocoran yang dapat mempertahankan platform untuk waktu yang tak terbatas. Mereka dapat mengapung di lautan hangat Bolonkin, 2010.

2.1.4. Garis Semapadan Pantai