AIR KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGAN

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 24 apabila pada lokasi tersebut ada aktifitas pertambangan terbuka, seperti Galian C dan lainnya. Tidak semua sungai dilakukan pemantauan secara berkala. Hanya beberapa sungai yang dapat dijadikan tolak ukur pencemaran sungai di Provinsi Aceh dengan melakukan pengukuran dan dianalisis dengan fokus lokasi berikut ini. a. Sungai-sungai yang melintasi daerah perkotaan; b. Sungai yang dilintasi oleh aktivitas pertambangan; dan c. Sungai lainnya di Provinsi Aceh. Uraian ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi Sungai di Provinsi Aceh secara utuh. Analisis dilakukan berdasarkan Kelas II Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian Pencemaran Air. C.1.1.1. Sungai yang Melintasi Daerah Perkotaan Ada beberapa sungai yang melewati daerah perkotaan di Provinsi Aceh yang menampung limbah perkotaan dari berbagai jenis kegiatan seperti rumah sakit, hotel, industri, PLTD, limbah pasar, dan limbah rumah tangga. Sungai tersebut adalah Sungai Krueng Aceh, Krueng Daroy, Krueng Doy, dan Krueng Tamiang. Masih terdapat beberapa sungai lain yang melintasi perkotaan, namun keempat sungai ini merupakan sungai yang melewati perkotaan dengan kepadatan penduduknya tinggi. Sungai-sungai ini dapat dijadikan indikator kualitas air sungai perkotaan di Provinsi Aceh. 1. Sungai Krueng Aceh , sungai ini merupakan sungai besar yang membelah dua Kota Banda Aceh. Sungai ini memiliki panjang 113 km, lebar 60 m bagian hulu, 57 m bagian tengah, dan 51 m bagian hilir dengan debit rata-rata 19,1 m 3 detik 85,2 m 3 detik maksimum dan 10,38 m 3 detik minimum. Sungai ini berfungsi sebagai sumber utama air bersih masyarakat Kota Banda Aceh bermuara ke Samudera Hindia. Di sepanjang sungai ini banyak terdapat aktivitas masyarakat seperti doorsmeer, industri PLTD dan pupuk NPK, hotel, SPBU, dan water intake PDAM. Sebagian hasil buangan limbah Kota Banda Aceh dialirkan melalui sungai ini pada bagian hilirnya. Sungai Krueng Aceh menjadi sangat penting mengingat di bagian hulu sungai ini terdapat water intake PDAM Tirta Daroy dan sungai ini saat ini sedang dikembangkan wisata sungai. Ke depannya kawasan ini akan terus dikembangkan. Pengembangan kawasan ini akan sangat terkait dengan kualitas air dan nilai estetika dari sungai Krueng Aceh serta nilai jual dari kawasan wisata sungai ini. Kualitas air DAS Kreung Aceh, dipantau secara reguler setiap triwulan. Pemantauan ini dilakukan pada 6 lokasi dengan mempertimbangkan lokasi kepadatan dengan aktifitas masyarakat, terletak di persimpangan aliran buangan limbah domestik rumah tangga, dan dapat terwakili aliran sungai baik hulu, tengah maupun hilir sungai. Lokasi yang terpilih tersebut dibagi ke dalam beberapa segmen Gambar II.7 antara lain: 1. Segmen Jembatan Lambaro, Bagian Hulu N = 05 3033,0 E = 095 21 33,9; Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 25 2. Segmen Jembatan Pango N = 05 3206,1 E = 095 20 52,1; 3. Segmen Jembatan Surabaya N = 05 3313,2 E = 095 19 50,7; 4. Segmen Jembatan Pante Pirak N = 05 3315,1 E = 095 19 13,9; 5. Segmen Jembatan Peunayong N = 05 3338,2 E = 095 19 05,2; dan Segmen Gampong Jawa Hilir N = 05 3444,5 E = 095 19 07,1 Parameter kualitas air Krueng Aceh yang dipantau antara lain : pH, DO, Biological Oxygen Demand BOD, Chemical Oxygen Demand COD, Total Phosfat PO 4 , Nitrat NO 3 -N, Nitrit NO 2 -N, Amonia NH 3 -N, Kesadahan CaCO 3 , Klorida Cl 2 , Florida F, Sulfat SO 4 , Chlorida Bebas Cl 2 , Belerang H 2 S, Timbal Pb, Besi Fe, Tembaga Cu, Cadmium Cd, Seng Zn, Kromium Cr, Detergent MBAS, Minyak dan Lemak, Total Coliform, dan Fecal Coliform E-coli. Pemantauan dilakukan sejak Agustus - Oktober 2014 dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar II.8 hingga II.18. Berdasarkan hasil perhitungan status mutu air Sungai Kr. Aceh dengan metode STORET yang membandingkan data kualitas air yang diambil 01 73 14 04 06 11 72 71 08 09 02 05 07 12 03 15 16 74 10 13 17 ST-01 S.05 S.04 S.03 S.02 S.01 Gambar II.7. Lokasi Stasiun Pemantauan di Sungai Krueng Aceh Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 26 secara series dan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001, maka diperoleh nilai untuk masing-masing lokasi Segmen adalah sebagai berikut: 1. Segmen Jembatan Lambaro nilai -17 Cemar Sedang; 2. Segmen Jembatan Pango nilai -17 Cemar Sedang; 3. Segmen Jembatan Surabaya nilai -43 Cemar Berat; 4. Segmen Jembatan Pante Pirak nilai -30 Cemar Sedang; 5. Segmen Jembatan Peunayong nilai -42 Cemar Berat; dan 6. Segmen Gampong Jawa nilai -36 Cemar Berat. Profil Temperatur dan pH Air Sungai Kr. Aceh , Temperatur dan pH mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air dan dapat mempengaruhi reaksi kimia dalam pengelolaannya. Banyak tumbuhan dan hewan air yang sensitif terhadap pH yang bervariasi. Gambar II.8 memperlihatkan profil temperatur air Sungai Kr. Aceh. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa temperatur air Kr. Aceh tidak jauh berbeda dan nilainya 25,6 – 31,5 o C dan masih dalam katagori normal untuk air permukaan. Profil pH air Sungai Kr. Aceh diperlihatkan pada Gambar II.8 yang menunjukkan bahwa pH dalam katagori netral dengan kisaran 7,23 – 8,01. Secara umum, pH masih berada dalam keadaan normal sehingga tidak memberikan dampak yang berarti terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Aceh. Profil TDS dan TSS air Sungai Kr. Aceh, Pengukuran padatan tersuspensi TSS dilakukan untuk mengetahui besarnya material sediment ringan yang tersuspensi akibat pencucian tanah. Sedangkan muatan terendapkan adalah material sedimen yang lebih berat yang mengendap di sepanjang dasar aliran sungai. Kedua parameter secara keseluruhan dihitung Gambar II.8 Profil Temperatur dan pH Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 27 sebagai total sedimen. Sementara padatan terlarut TDS merupakan ukuran dari jumlah material yang larut dalam air yang mewakili jumlah ion di dalam air. Air dengan TDS tinggi seringkali memiliki rasa yang buruk dan atau kesadahan air tinggi, dan dapat mengakibatkan efek pencahayaan. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena densitas air menentukan aliran air masuk dan keluar dari sel-sel organisme. Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau terlalu rendah, pertumbuhan kehidupan banyak air dapat dibatasi, dan kematian dapat terjadi. TDS dan TSS dalam konsentrasi tinggi juga dapat mengurangi kejernihan air,memberikan kontribusi pada penurunan fotosintesis, gabungkan dengan senyawa beracun dan logam berat, dan menyebabkan peningkatan suhu air. Profil BOD dan COD dalam Air Sungai Kr. Aceh, BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan- bahan buangan dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi Fardiaz, 1992. Sementara COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hasil analisa air Gambar II.10 menunjukkan bahwa di semua lokasi Sungai Kr. Aceh, nilai BOD pada air masih rendah dengan kisaran antara 1,03 – 2,67 mgL dengan nilai rata-rata 1,61 mgL. Gambar II.9 Profil TDS dan TSS Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 28 Profil DO dan Total Phosphat dalam Air Sungai Kr. Aceh, Oksigen terlarut adalah suatu hal yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup dalam air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atsmosfer udara yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan. Hasil pengukuran Gambar II.11, diperoleh bahwa DO air sungai Kr. Aceh tinggi dan berada dalam kondisi normal perairan. Fosfat tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Namun demikuan, keberadaan fosfat yang berlebihan pada badan air menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi pengkayaan nutrien. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah dimana danau mengalami penuaan Gambar II.10 Profil BOD dan COD Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Gambar II.11 Profil DO dan Total Phosphat Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 29 secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus TP dalam air berada dalam rentang 35-100 µgL. Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Tanaman dapat menghabiskan oksigen dalam sungai pada malam hari ini, bila tanaman tersebut mati dan dalam keadaan sedang mencerna digest pada siang hari pancaran sinar matahari kedalam air akan berkurang, sehingga proses fotosintesis yang dapat menghasilkan oksigen juga berkurang. Makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria blue-green algae diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Alga bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata. Total Phospat pada air Kr. Aceh di semua segmen pengukuran ditemukan rendah yang berkisar antara 0,31 – 4,10 mgL dengan nilai rata-rata 1,46 mgL. Konsentrasi ini pada bulan Agustus dan September masih berada di bawah baku mutu, namun pada bulan Oktober, nilai phosphat berada di atas baku mutu pada semua segmen. Kondisi ini rentang terjadinya eutrofik. Profil Nitrat NO 3 - N dan nitrit NO 2 - N dalam Air Sungai Kr. Aceh, Nitrat dan Nitrit merupakan bagian dari siklus nitrogen berupa ion-ion anorganik alami. Aktifitas mikroba dalam air dapat menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat dan senyawa ini adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan dan manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Hasil pengukuran Gambar II.12, diperoleh bahwa nitrat air sungai Kr. Aceh kecil dan nilainya di bawah baku mutu lingkungan, sementara nitrit nilainya tinggi dengan kecendrungan meningkat dan nilainya berada di atas baku mutu lingkungan. Berdasarkan hasil ini diperoleh gambaran bahwa air sungai Kr. Aceh telah tercemar dengan ditemukan tingginya nilai nitrit. Konsentrasi Nitrat pada air Kr. Aceh di semua segmen pengukuran ditemukan rendah yang berkisar antara 0,80 – 1,80 mgL dengan nilai rata-rata 1,11 mgL. Konsentrasi ini masih berada di Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 30 bawah baku mutu. Sementara itu, Konsentrasi Nitrit pada air Kr. Aceh di semua segmen pengukuran ditemukan rendah yang berkisar antara 0,014 – 0,91 mgL dengan nilai rata-rata 0,13 mgL. Konsentrasi Nitrit ditemukan tinggi pada Segmen Jembatan Pango, Jembatan Surabaya, Jembatan Pate Pirak, Jembatan Peunayong dan Segmen Gampong Jawa. Profil Khlorida dan Sulfat dalam Air Kr. Aceh, Khlorida adalah suatu mayor anion anorganik yang terdapat diperairan alam. Pada umunya khlorida mudah larut di dalam air dan menimbulkan rasa asin. Sumber khlorida di dalam air juga dapat berasal dari pelapukan batuan dan pencucian tanah, limbah industri dan limbah domestik. Hasil pengukuran Gambar II.13, diperoleh bahwa khlorida dalam air sungai Kr. Aceh berkisar antara 1,3 – 3.300 mgL dengan nilai rata-rata 443,13 mgL. Sulfat SO 4 = merupakan suatu bentuk oksidasi belerang yang mempunyai sifat stabil. Senyawa tersebut dapat dihasilkan dari proses oksidasi senyawa sulfur yang tereduksi oleh bakteri. Ion sulfat sangat mudah larut dalam air. Sulfat dapat bersumber dari pencucian batuan yang mengandung sulfat seperti gibsum CaSO 4 . 2H 2 O, hasil oksidasi zat organik, limbah industri dan air hujan yang berasal dari udara yang tercemar oleh hasil pembakaran bahan bakar fossil. Hasil pengukuran Gambar ii.13, diperoleh bahwa Sulfat dalam air sungai Kr. Aceh berkisar antara 0 – 0,0246 mgL dengan nilai rata-rata 0,003 mgL. Gambar II.12 Profil Nitrat dan Nitrit Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 31 Profil DHL dan H 2 S dalam Air Kr. Aceh, Daya Hantar Listrik DHL merupakan parameter yang menunjukkan kandungan ion dalam air sehingga suatu larutan mudah atau sukar dalam menghantarkan listrik. DHL bukan merupakan parameter yang relevan untuk mengukur polusi, akan tetapi dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat keragaman dalam air Indriatmoko dan Myra, 2005. Daya Hantar Listrik adalah sifat menghatanrkan listrik dari air. Air yang banyak mengandung garam akan mempunyai DHL tinggi. Hasil pengukuran Gambar II.14, diperoleh bahwa DHL dalam air sungai Kr. Aceh berkisar antara 93,4 – 35.600 µmhoscm dengan nilai rata-rata 9.946 µmhoscm. Gas H 2 S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri. Keberadaan bakteri Coliform di dalam air diasosiasikan dengan organisme penghasil hidrogen sulfideH 2 S. Nilai kandungan H 2 S air sungai Kr. Aceh berkisar antara 0 – 0,0246 mgL dengan nilai rata-rata 0,003 mgL dan rata- rata berada di atas baku mutu yang ditetapkan pada bulan Agustus di setiap Segmen Gambar ii.14. Nilai parameter H 2 S dijumpai tertinggi pada Segmen Jembatan Pante Pirak 0,006 mgL, kemudian nilai ini menurun hingga tidak terdeteksi adanya gas H 2 S di setiap segmen pada bulan September dan Oktober. Gambar II.13 Profil Khlorida dan Sulfat Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Gambar II.14 Profil DHL dan H 2 S Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 32 Profil Ion Pb dan Ion Fe dalam Air Kr. Aceh, Unsur besi di dalam air terdapat 2 dua bentuk yaitu Fe 2+ dan Fe 3+ . Besi juga merupakan unsur yang banyak terdapat di perairan. Pada kondisi tereduksi di dalam air, maka Fe 2+ banyak didapat, tetapi pada kondisi teroksidasi maka Fe 3+ akan mengendap. Warna endapan Fe 3- adalah merah coklat dan hal ini dapat dilihat pada penampungan air atau pipa-pipa penyalur. Kelarutan besi akan meningkat sehubungan dengan menurunnya pH. Pelapukan beberapa jenis batuan antara lain pyrite FeS 2 dan hematite Fe 2 O 3 merupakan sumber unsur di perairan. Sumber besi yang lain pada suatu perairan berasal dari limbah industri dan pembakaran batubara. Hasil pengukuran Gambar II.15, diperoleh bahwa nilai kandungan ion Fe di air sungai Kr. Aceh berkisar antara 0,0114 – 0,5556 mgL dengan nilai rata-rata 0,27 mgL, sementara ion Pb ditemui dalam air sungai Kr. Aceh berkisar antara 0,00 – 0,0325 mgL dengan nilai rata- rata 0,003 mgL. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan ke dua ion logam ini berada di bawah baku mutu di setiap Segmen. Profil Ion Cd dan Ion Mn dalam Air Kr. Aceh, Logam Cd bersifat racun dan merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga berbahaya untuk manusia. Kelarutan ion Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong udang- udangan crustacea akan mengalami kematian dalam selang waktu 24 - 504 jam bila terlarut logam atau persenyawaan Cd sebesar 0.005-0.15 ppm. Untuk biota-biota yang tergolong ke dalam serangga insecta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-672 jam bila terlarut logam Cd atau persenyawaan Cd sebesar 0.003-18.0 ppm. Sedangkan untuk biota- biota perairan yang tergolong ke dalam oligochaeta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-96 jam bila terlarut logam Cd atau persenyawaannya sebesar 0.0028-4.6 ppm Palar, 1994. Berdasarkan hasil pemantauan Gambar II.16, ditemukan kandungan ion Cd pada Sungai Kr. Aceh sekitar 0,00 – 0,1158 mgL dengan nilai rata-rata 0,0454 mgL. Kandungan ion Cd pada air Sungai Kr. Aceh berada di atas baku mutu, terutama pada Segmen Jembatan Surabaya, Pantepirak, Peunayong, dan Gampong Jawa. Gambar II.15 Profil Ion Pb dan Ion Fe Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 33 Mangan Mn adalah logam berwarna abu – abu keperakan yang merupakan unsur pertama logam golongan VIIB, dengan berat atom 54.94 gmol, nomor atom 25, berat jenis 7.43 gcm 3 , dan mempunyai valensi 2, 4, dan 7 selain 1, 3, 5, dan 6. Mangan digunakan dalam campuran baja, industri pigmen, las, pupuk, pestisida, keramik, elektronik, dan alloy campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon, industri baterai, cat, dan zat tambahan pada makanan. Di alam jarang sekali berada dalam keadaan unsur. Umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan berbagai macam valensi. Di dalam hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi 2, valensi 4, dan valensi 6. Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi berubah-ubah tergantung derajat keasaman pH air. Perubahan senyawa besi dan mangan di alam berdasarkan kondisi pH secara garis besar dapat ditunjukan sesuai gambar 1 yang memperlihatkan bahwa di dalam sistem air alami pada kondisi reduksi, mangan dan juga besi pada umumnya mempunyai valensi dua yang larut dalam air. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi valensi dua tersebut dengan berbagai cara dioksidasi menjadi senyawa yang memiliki valensi yang lebih tinggi yang tidak larut dalam air sehingga dapat dengan mudah dipisahkan secara fisik. Mangan di dalam senyawa MnCO 3 , MnOH 2 mempunyai valensi dua, zat tersebut relatif sulit larut dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam MnCl 2 , MnSO 4 , MnNO 3 2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air. Berdasarkan hasil pemantauan Gambar II.16, ditemukan kandungan ion Mn pada Sungai Kr. Aceh sekitar 0,00 – 0,083 mgL dengan nilai rata-rata 0,01 mgL. Kandungan ion Mn pada air Sungai Kr. Aceh berada di bawah baku mutu untuk semua segmen. Profil Deterjen dan MinyakLemak dalam Air Kr. Aceh, Minyak lemak dapat ditemukan mengapung di atas permukaan air meskipun sebagian terdapat di bawah permukaan air. Minyak lemak merupakan senyawa ester dari turunan alkohol yang tersusun dari unsur Gambar II.16 Profil Ion Mn dan ion Cd pada Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 34 karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak sukar diuraikan oleh bakteri, namun dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut. Keberadaan minyak lemak di atas permukaan air dapat merintangi proses biologi dalam air sehingga tidak terjadi fotosintesa. Berdasarkan hasil pemantauan Gambar II.17, kandungan minyak lemak pada Sungai Kr. Aceh tidak dijumpai. Profil Kandungan Total Coliform dan e-coli pada Air Kr. Aceh, Hampir di setiap badan air terdapat bakteri, ada yang bersifat bermanfaat dan ada yang berbahaya bagi manusia pathogen. Apabila tinja seseorang yang sakit mengandung bakteri pathogen dan masuk ke dalam badan air, maka bakteri tersebut akan hidup selama beberapa hari di dalam air sebelum mati. Apabila air tersebut diminum, maka bakteri pathogen yang masih hidup akan masuk ke tubuh manusia, berkembang biak, dan menyebabkan timbulnya penyakit. Hasil pengukuran Gambar II.18, diperoleh bahwa e-Coli pada air sungai Kr. Aceh berada di bawah baku mutu dan ditemukan rata-rata 60,61 Jumlah100 mL dengan nilai antara 4 – 240 Jumlah100 mL. Sementara itu, jumlah Total coli Gambar II.18 yang ditemukan pada air sungai Kr. Aceh antara 7 – 2400 Jumlah100 mL dengan rata-rata 249,83 Jumlah100 mL. Gambar II.17 Profil Deterjen dan MinyakLemak pada Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Gambar II.18 Profil Kandungan E-coli dan Total Coliform pada Air Sungai Kr. Aceh Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 35 2. Kualitas Air DAS Krueng Daroy , Sungai Kr. Daroy merupakan sungai yang mengalir di sepanjang Kota Banda Aceh memiliki potensi tinggi tercemar limbah domestik karena sungai ini melintasi wilayah pasar dan pemukiman padat penduduk. Sungai Kr. Daroy memiliki panjang sungai 6,91 kilometer dengan luas 2.471 ha yang berhulu di Gunung Mata Ie, Kabupaten Aceh Besar dan mengalir ke bagian hilirnya bertemu Sungai Kr. Aceh. Permasalahan sumberdaya air Sungai Kr. Daroy telah terjadi mulai dari hulu, tengah sampai hilir antara lain tingginya tingkat sedimentasi sebagai akibat erosi tanah, rendahnya kualitas air sungai akibat tingginya kandungan polutan dalam air, dan pembuangan limbah padat dan cair domestik oleh masyarakatPemantauan ini dilakukan pada 8 Stasiun Pemantau di lokasi-lokasi yang terpilih tersebut adalah Jembatan Keutapang, Jembatan Fatahillah, Jembatan Geuceu Komplek, Jembatan Lamlagang, Jembatan Putro Phang, Jembatan Pendopo Jembatan Peuniti, dan Jembatan POM. Penentuan status mutu air Kr. Aceh dilakukan dengan metode STORET dimana prinsip dari metode ini adalah membandingkan antara data kualitas air yang diambil secara series dan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya, guna menentukan status mutu air. Setelah ditentukan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari hasil analisis fisika-kimia-biologi air terhadap sampel air di 6 lokasi, kemudian dibandingkan dengan nilai persyaratan air pada Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, maka diperoleh nilai untuk masing-masing lokasi Segmen dengan hasil sebagai berikut : a. Segmen Jembatan Lambaro nilai -17 Cemar Sedang; b. Segmen Jembatan Pango nilai -17 Cemar Sedang; c. Segmen Jembatan Surabaya nilai -43 Cemar Berat; d. Segmen Jembatan Pante Pirak nilai -30 Cemar Sedang; e. Segmen Jembatan Peunayong nilai -42 Cemar Berat; dan f. Segmen Gampong Jawa nilai -36 Cemar Berat. Profil Temperatur dan pH pada Air Sungai Kr. Daroy, Temperatur dan pH mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air dan dapat mempengaruhi reaksi kimia dalam pengelolaannya. Banyak tumbuhan dan hewan air yang sensitif terhadap pH yang bervariasi. Gambar ii.19 memperlihatkan profil temperatur air Sungai Kr. Daroy. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa temperatur air Kr. Daroy tidak jauh berbeda dan nilainya 25,1 – 30,0 o C dan masih dalam katagori normal untuk air permukaan. Profil pH air Sungai Kr. Daroy diperlihatkan pada Gambar ii.19 menunjukkan bahwa pH dalam katagori netral dengan kisaran 6,99 – 7,75. Secara umum, pH masih berada dalam keadaan normal dan tidak akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Daroy. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 36 Profil TDS dan TSS pada Air Sungai Kr. Daroy, Pengukuran padatan tersuspensi TSS dilakukan untuk mengetahui besarnya material sediment ringan yang tersuspensi akibat pencucian tanah. Sedangkan muatan terendapkan adalah material sedimen yang lebih berat yang mengendap di sepanjang dasar aliran sungai. Kedua parameter secara keseluruhan dihitung sebagai total sedimen. Sementara padatan terlarut TDS merupakan ukuran dari jumlah material yang larut dalam air yang mewakili jumlah ion di dalam air. Air dengan TDS tinggi seringkali memiliki rasa yang buruk dan atau kesadahan air tinggi, dan dapat mengakibatkan efek pencahayaan. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena densitas air menentukan aliran air masuk dan keluar dari sel-sel organisme. Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau terlalu rendah, pertumbuhan kehidupan banyak air dapat dibatasi, dan kematian dapat terjadi. TDS dan TSS dalam konsentrasi tinggi juga dapat mengurangi kejernihan air, memberikan kontribusi pada penurunan fotosintesis, gabungkan dengan senyawa beracun dan logam berat, dan menyebabkan peningkatan suhu air. Profil TDS air Sungai Kr. Daroy diperlihatkan pada Gambar II.20 menunjukkan bahwa TDS dengan kisaran 125,9 – 13.400 mgL. Secara umum, TDS berada di atas baku mutu baku mutu 1000 mgL dan akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan air di Kr. Daroy, kecuali di Segmen Keutapang, Fatahillah, dan Geuceu Kompleks pada bulan Agustus dan September yang nilainya di bawah baku mutu lingkungan. Jumlah TSS padatan tersuspensi pada air Kr. Daroy di semua segmen pengukuran ditemukan rendah yang berkisar antara 3,5 – 79,3 mgL dengan nilai rata-rata 27,47 mgL. Konsentrasi ini masih di bawah baku mutu baku mutu 400 mgL. Gambar II.19 Profil Temperatur dan pH pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 37 Profil BOD dan COD pada Air Sungai Kr. Daroy, BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan- bahan buangan dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi Fardiaz, 1992. Sementara COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hasil analisa COD dan BOD diperlihatkan pada Gambar II.21. Hasil analisa air Gambar II.21 menunjukkan bahwa di semua lokasi Sungai Kr. Daroy, nilai BOD pada air masih rendah dengan kisaran antara 0,41 – 5,84 mgL dengan nilai rata-rata 1,76 mgL. Nilai BOD ditemukan berada di baku baku mutu pada semua Segmen, sedangkan COD nilainya berkisar 3,60 – 24,20 mgL dengan nilai rata-rata 11,51 mgL yang konsentrasinya ditemukan tinggi berada di bawah baku mutu pada setiap Segmen. Gambar II.20 Profil TDS dan TSS pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Gambar II.21 Profil BOD dan COD pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 38 Profil DO dan Total Phosphat pada Air Sungai Kr. Daroy, Oksigen terlarut adalah suatu hal yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup dalam air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atsmosfer udara yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan. Hasil pengukuran Gambar II.22, diperoleh bahwa DO air sungai Kr. Daroy rendah pada bulan September dan pada Oktober nilainya tinggi berada dalam kondisi normal perairan. Fosfat tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Namun demikian, keberadaan fosfat yang berlebihan pada badan air menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi pengkayaan nutrien. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah dimana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus TP dalam air berada dalam rentang 35-100 µgL. Kondisi eutrofik sangat kemungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Tanaman dapat menghabiskan oksigen dalam sungai pada malam hari ini, bila tanaman tersebut mati dan dalam keadaan sedang mencerna digest pada siang hari pancaran sinar matahari kedalam air akan berkurang, sehingga proses fotosintesis yang dapat menghasilkan oksigen juga berkurang. Makhluk hidup air seperti ikan Gambar II.22 Profil DO dan Total Phospat pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 39 dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria blue-green algae diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Alga bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata. Total Phospat pada air Kr. Daroy di semua segmen pengukuran ditemukan rendah yang berkisar antara 0,31 – 4,60 mgL dengan nilai rata-rata 1,06 mgL. Konsentrasi ini pada bulan Agustus dan September masih berada di bawah baku mutu, namun pada bulan Oktober, nilai phosphat berada di atas baku mutu pada semua segmen. Kondisi ini rentang terjadinya eutrofik. Nitrit merupakan bagian dari siklus nitrogen berupa ion-ion anorganik alami. Aktifitas mikroba dalam air dapat menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat dan senyawa ini adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan dan manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Hasil pengukuran Gambar II.23, diperoleh bahwa nitrat air sungai Kr. Daroy kecil dan nilainya di bawah baku mutu lingkungan, sementara nitrit nilainya tinggi dengan kecendrungan meningkat dan nilainya berada di atas baku mutu lingkungan. Berdasarkan hasil ini diperoleh gambaran bahwa air sungai Kr. Daroy telah tercemar dengan ditemukan tingginya nilai nitrit. Konsentrasi Nitrat pada air Kr. Daroy di semua segmen pengukuran ditemukan rendah yang berkisar antara 0,30 – 1,90 mgL dengan nilai rata-rata 1,03 mgL. Konsentrasi ini masih berada di bawah baku mutu. Sementara itu, Konsentrasi Nitrit pada air Kr. Daroy di semua segmen pengukuran ditemukan rendah yang berkisar antara 0,018 – 0,209 mgL dengan nilai rata-rata 0,097 mgL. Konsentrasi Nitrit ditemukan tinggi semua pada Segmen kecuali Segmen Jembatan Peuniti. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 40 Profil Khlorida dan Sulfat pada Air Sungai Kr. Daroy, Khlorida adalah suatu mayor anion anorganik yang terdapat diperairan alam. Pada umunya khlorida mudah larut di dalam air dan menimbulkan rasa asin. Sumber khlorida di dalam air juga dapat berasal dari pelapukan batuan dan pencucian tanah, limbah industri dan limbah domestik. Hasil pengukuran Gambar II.24, diperoleh bahwa khlorida dalam air sungai Kr. Daroy berkisar antara 9,28 – 8.698 mgL dengan nilai rata-rata 1.202 mgL. Sulfat SO 4 = merupakan suatu bentuk oksidasi belerang yang mempunyai sifat stabil. Senyawa tersebut dapat dihasilkan dari proses oksidasi senyawa sulfur yang tereduksi oleh bakteri. Ion sulfat sangat mudah larut dalam air. Sulfat dapat bersumber dari pencucian batuan yang mengandung sulfat seperti gibsum CaSO 4 . 2H 2 O, hasil oksidasi zat organik, limbah industri dan air hujan yang berasal dari udara yang tercemar oleh hasil pembakaran bahan bakar fossil. Hasil pengukuran Gambar II.24, diperoleh bahwa Sulfat dalam air sungai Kr. Daroy berkisar antara 0 – 400 mgL dengan nilai rata-rata 37,96 mgL. Gambar II.23 Profil Nitrat NO 3 - N dan Nitrit NO 2 - N pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Gambar II.24 Profil Khlorida dan Sulfat pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 41 Profil DHL dan H 2 S pada Air Sungai Kr. Daroy, Daya Hantar Listrik DHL merupakan parameter yang menunjukkan kandungan ion dalam air sehingga suatu larutan mudah atau sukar dalam menghantarkan listrik. DHL bukan merupakan parameter yang relevan untuk mengukur polusi, akan tetapi dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat keragaman dalam air Indriatmoko dan Myra, 2005. Daya Hantar Listrik adalah sifat menghatanrkan listrik dari air. Air yang banyak mengandung garam akan mempunyai DHL tinggi. Hasil pengukuran Gambar II.25, diperoleh bahwa DHL dalam air sungai Kr. Daroy berkisar antara 46,7 – 21.400 µmhoscm dengan nilai rata-rata 2.971 µmhoscm. Gas H 2 S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri. Keberadaan bakteri Coliform di dalam air diasosiasikan dengan organisme penghasil hidrogen sulfideH 2 S. Nilai kandungan H 2 S air sungai Kr. Daroy berkisar antara 0 – 0,482 mgL dengan nilai rata-rata 0,02 mgL dan rata-rata berada di atas baku mutu yang ditetapkan pada bulan Agustus di setiap Segmen Gambar II.25. Nilai parameter H 2 S dijumpai tertinggi pada Segmen Jembatan Geuceu Kompleks 0,482 mgL, kemudian nilai ini menurun hingga tidak terdeteksi adanya gas H 2 S di setiap segmen pada bulan September dan Oktober. Profil Ion Pb dan Ion Fe pada Air Sungai Kr. Daroy, Unsur besi di dalam air terdapat 2 dua bentuk yaitu Fe 2+ dan Fe 3+ . Besi juga merupakan unsur yang banyak terdapat di perairan. Pada kondisi tereduksi di dalam air, maka Fe 2+ banyak didapat, tetapi pada kondisi teroksidasi maka Fe 3+ akan mengendap. Warna endapan Fe 3- adalah merah coklat dan hal ini dapat dilihat pada penampungan air atau pipa-pipa penyalur. Kelarutan besi akan meningkat sehubungan dengan menurunnya pH. Pelapukan beberapa jenis batuan antara lain pyrite FeS 2 dan hematite Fe 2 O 3 merupakan sumber unsur di perairan. Sumber besi yang lain pada suatu perairan berasal dari limbah industri dan pembakaran batubara. Gambar II.25 Profil DHL dan H 2 S pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 42 Hasil pengukuran Gambar II.26, diperoleh bahwa nilai kandungan ion Fe di air sungai Kr. Daroy berkisar antara 0,00 – 0,506 mgL dengan nilai rata-rata 0,21 mgL, sementara ion Pb ditemui dalam air sungai Kr. Daroy berkisar antara 0,00 – 0,433 mgL dengan nilai rata-rata 0,06 mgL. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan ke dua ion logam ini berada di bawah baku mutu di setiap Segmen. Profil Ion Cd dan Ion Mn pada Air Sungai Kr. Daroy, Logam Cd bersifat racun dan merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga berbahaya untuk manusia. Kelarutan ion Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong udang-udangan crustacea akan mengalami kematian dalam selang waktu 24 - 504 jam bila terlarut logam atau persenyawaan Cd sebesar 0.005-0.15 ppm. Untuk biota- biota yang tergolong ke dalam serangga insecta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-672 jam bila terlarut logam Cd atau persenyawaan Cd sebesar 0.003-18.0 ppm. Sedangkan untuk biota-biota perairan yang tergolong ke dalam oligochaeta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-96 jam bila terlarut logam Cd atau persenyawaannya sebesar 0.0028-4.6 ppm Palar, 1994. Berdasarkan hasil pemantauan Gambar II.27, ditemukan kandungan ion Cd pada Sungai Kr. Daroy sekitar 0,00 – 0,354 mgL dengan nilai rata-rata 0,0199 mgL. Kandungan ion Cd pada air Sungai Kr. Daroy berada di atas baku mutu, terutama pada bulan September dan Oktober pada Segmen Jembatan Putro Phang, Pendopo, Peuniti, dan POM. Mangan Mn adalah logam berwarna abu – abu keperakan yang merupakan unsur pertama logam golongan VIIB, dengan berat atom 54.94 gmol, nomor atom 25, berat jenis 7.43 gcm 3 , dan mempunyai valensi 2, 4, dan 7 selain 1, 3, 5, dan 6. Mangan digunakan dalam campuran baja, industri pigmen, las, pupuk, pestisida, keramik, elektronik, dan alloy campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon, industri baterai, Gambar II.26 Profil Ion Pb dan Ion Fe pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 43 cat, dan zat tambahan pada makanan. Di alam jarang sekali berada dalam keadaan unsur. Umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan berbagai macam valensi. Di dalam hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi 2, valensi 4, dan valensi 6. Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi berubah-ubah tergantung derajat keasaman pH air. Perubahan senyawa besi dan mangan di alam berdasarkan kondisi pH secara garis besar dapat ditunjukan sesuai gambar 1 yang memperlihatkan bahwa di dalam sistem air alami pada kondisi reduksi, mangan dan juga besi pada umumnya mempunyai valensi dua yang larut dalam air. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi valensi dua tersebut dengan berbagai cara dioksidasi menjadi senyawa yang memiliki valensi yang lebih tinggi yang tidak larut dalam air sehingga dapat dengan mudah dipisahkan secara fisik. Mangan di dalam senyawa MnCO 3 , MnOH 2 mempunyai valensi dua, zat tersebut relatif sulit larut dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam MnCl 2 , MnSO 4 , MnNO 3 2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air. Berdasarkan hasil pemantauan Gambar II.27, ditemukan kandungan ion Mn pada Sungai Kr. Daroy sekitar 0,00 – 0,0346 mgL dengan nilai rata-rata 0,01 mgL. Kandungan ion Mn pada air Sungai Kr. Daroy berada di bawah baku mutu untuk semua segmen. sebagian terdapat di bawah permukaan air. Minyak lemak merupakan senyawa ester dari turunan alkohol yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak sukar diuraikan oleh bakteri, namun dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut. Keberadaan minyak lemak di atas permukaan air dapat merintangi proses biologi dalam air sehingga tidak terjadi fotosintesa. Berdasarkan hasil pemantauan Gambar II.28, kandungan minyak lemak pada air Sungai Kr. Daroy tidak dijumpai. Gambar II.27 Profil Ion Cd dan Ion Mn pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 44 . Profil Kandungan Total Coliform dan e-coli pada Air Sungai Kr. Daroy, Hampir di setiap badan air terdapat bakteri, ada yang bersifat bermanfaat dan ada yang berbahaya bagi manusia pathogen. Apabila tinja seseorang yang sakit mengandung bakteri pathogen dan masuk ke dalam badan air, maka bakteri tersebut akan hidup selama beberapa hari di dalam air sebelum mati. Apabila air tersebut diminum, maka bakteri pathogen yang masih hidup akan masuk ke tubuh manusia, berkembang biak, dan menyebabkan timbulnya penyakit. Hasil pengukuran Gambar II.29, diperoleh bahwa e-Coli pada air sungai Kr. Daroy berada di bawah baku mutu dan ditemukan rata-rata 256 Jumlah100 mL dengan nilai antara 4 – 1.100 Jumlah100 mL. Sementara itu, jumlah Total coli Gambar II.29 yang ditemukan pada air sungai Kr. Daroy antara 4 – 2400 Jumlah100 mL dengan rata-rata 814,25 Jumlah100 mL. Gambar II.28 Profil Deterjen dan MinyakLemak pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Gambar II.29 Profil Kandungan Total Coliform dan E-coli pada Air Sungai Kr. Daroy Agustus - Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 45 3. Kualitas Air DAS Krueng Tamiang , Sungai Kr. Daroy merupakan sungai yang mengalir di sepanjang Kota Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang memiliki potensi tinggi tercemar limbah domestik karena sungai ini melintasi wilayah, kebun, industri, pasar dan pemukiman padat penduduk. Sungai Kr. Tamiang memiliki panjang sungai 208 kilometer dengan luas daerah tangkapan air 798.895 ha dengan debit rata-rata 124.5 m 3 detik maksimum 150 m 3 detik dan minimum 138 m 3 detik. Permasalahan sumberdaya air Sungai Kr. Tamiang telah terjadi mulai dari hulu, tengah sampai hilir antara lain rendahnya kualitas air sungai akibat tingginya kandungan polutan dalam air, dan pembuangan limbah cair domestik oleh masyarakat. Pemantauan secara reguler dilakukan pada 6 Stasiun Pemantau antara lain Desa Kalloy HULU, Semadam, Kebun Tengah, Bandar Mahligai, Kuta Lintang, Alur Manis, dan Peukan Seruwey HILIR. Penentuan status mutu air Kr. Tamiang dilakukan dengan metode STORET dimana prinsip dari metode ini adalah membandingkan antara data kualitas air yang diambil secara series dan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya, guna menentukan status mutu air. Setelah ditentukan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari hasil analisis fisika-kimia-biologi air terhadap sampel air di 6 lokasi, kemudian dibandingkan dengan nilai persyaratan air pada Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, maka diperoleh nilai untuk masing-masing lokasi Segmen dengan hasil sebagai berikut : a. Desa Kaloy Kec. Tamiang Hulu : nilai -17 Cemar Sedang; b. Semadam Kec. Kejuruan Muda : nilai -36 Cemar Berat; c. Kebun Tengah Kec. Kejuruan Muda : nilai -40 Cemar Berat; d. Desa Bandar Mahligai, Sekerak : -42 Cemar Berat; e. Kota Lintang Kec. Kuala Simpang : nilai -30 Cemar Sedang; f. Alur Manis Kec. Rantau : nilai -30 Cemar Sedang; dan g. Pekan Seureway Kec. Seureway : nilai -32 Cemar Sedang. Profil Temperatur dan pH pada Air Sungai Kr. Tamiang, Gambar II.30 memperlihatkan profil temperatur air Sungai Kr. Tamiang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa temperatur air Kr. Tamiang tidak jauh berbeda dan nilainya 26,1 – 33,2 o C dan masih dalam katagori normal untuk air permukaan. Profil pH air Sungai Kr. Tamiang diperlihatkan pada Gambar 1.25 menunjukkan bahwa pH dalam katagori netral dengan kisaran 3,7 – 8,3. Secara umum, pH rata-rata 7,21 masih berada dalam keadaan normal dan tidak akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Tamiang. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 46 Profil TDS dan TSS pada Air Sungai Kr. Tamiang, Gambar II.31 memperlihatkan profil TDS dan TSS air Sungai Kr. Tamiang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa TDS air Kr. Tamiang nilainya 40 – 165 mgL dan masih di bawah baku mutu dengan katagori normal. Profil TSS air Sungai Kr. Tamiang diperlihatkan pada Gambar II.31 menunjukkan bahwa TSS dalam katagori baik dengan kisaran 6 – 171 mgL. Secara umum, TSS rata-rata 44,5 masih berada dalam keadaan normal dan tidak akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Tamiang. Profil BOD dan COD pada Air Sungai Kr. Tamiang, Gambar II.32 memperlihatkan profil BOD dan COD air Sungai Kr. Tamiang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa BOD air Kr. Tamiang nilainya 0,22 – 2,42 mgL dan masih di bawah baku mutu dengan katagori normal. Profil COD air Sungai Kr. Tamiang diperlihatkan pada Gambar II.32 menunjukkan bahwa COD dalam katagori baik dengan kisaran 19,6 – 39,4 mgL. Secara umum, TSS rata- rata 27,5 masih berada dalam keadaan normal dan tidak akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Tamiang. Gambar II.30 Profil Temperatur dan pH pada Air Sungai Kr. Tamiang April – Oktober 2014 Gambar II.31 Profil Kandungan TDS dan TSS pada Air Sungai Kr. Tamiang April – Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 47 Profil DO dan Phosphat pada Air Sungai Kr. Tamiang, Gambar II.33 memperlihatkan profil DO dan Phosphat air Sungai Kr. Tamiang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa DO air Kr. Tamiang nilainya 5,05 – 7,95 mgL dan masih di bawah baku mutu dengan katagori normal. Profil Phosphat air Sungai Kr. Tamiang diperlihatkan pada Gambar II.33 menunjukkan bahwa Phosphat dalam katagori baik dengan kisaran 0,086 – 0,367 mgL. Secara umum, TSS rata-rata 0,237 mgLmasih berada dalam keadaan normal dan tidak akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Tamiang. Profil Nitrat dan Nitrit pada Air Sungai Kr. Tamiang, Gambar II.34 memperlihatkan profil Nitrat dan Nitrit air Sungai Kr. Tamiang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa Nitrat air Kr. Tamiang nilainya 0,029 - 0,461 mgL dan masih di bawah baku mutu dengan katagori normal. Profil Nitrit air Sungai Kr. Tamiang diperlihatkan pada Gambar II.34 menunjukkan bahwa Nitrit dalam katagori baik dengan kisaran 0,003 – 0,031 mgL. Secara Gambar II.32 Profil Kandungan BOD dan COD pada Air Sungai Kr. Tamiang April – Oktober 2014 Gambar II.33 Profil Kandungan DO dan Phosphat pada Air Sungai Kr. Tamiang April – Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 48 umum, nitrit rata-rata 0,012 mgLmasih berada dalam keadaan normal dan tidak akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Tamiang. Profil Khlorin dan Phenol pada Air Sungai Kr. Tamiang, Gambar II.35 memperlihatkan profil Khlorin dan Phenol air Sungai Kr. Tamiang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa Khlorin air Kr. Tamiang nilainya 0,03 - 0,5 mgL dan berada di atas baku mutu dengan katagori tercemar. Profil Phenol air Sungai Kr. Tamiang diperlihatkan pada Gambar II.35 menunjukkan bahwa Phenol dalam katagori tercemar dengan kisaran 0,8 – 1,3 mgL. Secara umum, Phenol rata-rata 0,96 mgL berada dalam keadaan tercemar dan akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Tamiang. Gambar II.34 Profil Kandungan Nitrat dan Nitrit pada Air Sungai Kr. Tamiang April – Oktober 2014 Gambar II.35 Profil Kandungan Khlorin dan Phenol pada Air Sungai Kr. Tamiang April – Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 49 Profil MinyakLemak dan Detergen pada Air Sungai Kr. Tamiang, Gambar II.36 memperlihatkan profil MinyakLemak dan Detergen air Sungai Kr. Tamiang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa MinyakLemak air Kr. Tamiang nilainya 400 - 2400 mgL dan sebagian lokasi berada di atas baku mutu dengan katagori tercemar. Profil Detergen air Sungai Kr. Tamiang diperlihatkan pada Gambar II.36 menunjukkan bahwa Detergen dalam katagori normal dengan kisaran 34,63 – 104,9 mgL. Secara umum, Detergen rata-rata 61,7 mgL berada di bawah baku mutu dan dalam keadaan normal serta tidak akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Tamiang. Profil E-coli dan Total Coliform pada Air Sungai Kr. Tamiang, Gambar II.37 memperlihatkan profil e-coli dan Total Coliform air Sungai Kr. Tamiang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa e-coli air Kr. Tamiang nilainya 21 - 2100 mgL dan berada di bawah baku mutu dengan katagori normalr. Profil Total Coliform air Sungai Kr. Tamiang diperlihatkan pada Gambar II.37 menunjukkan bahwa Total Coliform dalam katagori normal dengan kisaran 120 – 2800 mgL. Secara umum, Total Coliform rata-rata 1022 mgL berada di bawah baku mutu dan dalam keadaan normal serta tidak akan memberikan dampak terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Tamiang. Gambar II.36 Profil Kandungan MinyakLemak dan Detergen pada Air Sungai Kr. Tamiang April – Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 50 4. Krueng Peusangan DAS Krueng Peusangan memiliki hulu di Danau Lut Tawar yang terletak di Kabupaten Aceh Tengah dan mengalir lebih kurang 88 km melintasi Kabupaten Bener Meriah sebelum akhirnya bermuara di Kabupaten Bireuen. Secara geografis DAS Krueng Peusangan berada pada posisi Bujur Timur BT 96°27’12” - 97°02’40” dan Lintang Utara LU 4°30’38” - 5°16’34”. Adapun secara hidrologis, DAS Krueng Peusangan memiliki batas –batas sebagai berikut : - Utara : Selat Malaka - Timur : DAS Mane dan Jambo Aye - Selatan : DAS Meurebo dan Jambo Aye - Barat : DAS Woyla dan Peudada DAS Krueng Peusangan memiliki 12 Sub DAS yang sebahagian besar wilayahnya terletak dalam wilayah administrasi Kabupaten Aceh Tengah pada bagian hulu, Kabupaten Bener Meriah pada bagian tengah dan Kabupaten Bireuen pada bagian hilir. Sebagian wilayah DAS Krueng Peusangan lainnya berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara, Pidie, Nagan Raya dan Aceh Berat. DAS Krueng Peusangan merupakan DAS utama di Provinsi Aceh dengan luas 238,550 Ha yang melintasi empat kabupaten, daerah hulu di Aceh Tengah, daerah tengah di Bener Meriah dan daerah hilir di Bireuen dan Aceh Utara. Degradasi hutan yang terjadi di DAS Krueng Peusangan sebagian besar disebabkan oleh aktivitas penebangan kayu dan kebakaran hutan. Setelah bencana Tsunami melanda Provinsi Aceh di akhir 2004, aktivitas penebangan kayu meningkat secara drastis. Kebakaran hutan sering terjadi selama musim kemarau terutama hutan pinus yang mudah terbakar terletak di sepanjang Danau Laut Tawar. Banjir, abrasi tepian sungai yang terjadi selama Gambar II.37 Profil Kandungan E-coli dan Total Coliform dan Detergen pada Air Sungai Kr. Tamiang April – Oktober 2014 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 51 musim hujan, turunnya debit sungai selama musim kering dan turunnya volume danau merupakan permasalahan yang muncul akibat degradasi hutan. Pada tahun 2014 telah dilakukan pemantauan kualitas air sungai Peusangan 2 dua kali yaitu musim hujan dan musim kemarau di 7 tujuh titik sampling. Data hasil pemantauan air sungai Peusangan tahun 2014 disajikan pada Buku II SD 14. Berdasarkan hasil analisis data pemantauan kualitas air sungai Peusangan dengan menggunakan metode STORET, menunjukkan bahwa status mutu air termasuk dalam kategori cemar sedang. Parameter utama yang memberi kontribusi yang tinggi terhadap pencemaran dan penurunan status mutu air Krueng Peusangan adalah parameter biologikimia yaitu COD, Deterjen, Phospat, Minyak dan lemak. Sedangkan parameter pH, Temperatur, TDS, DHL, Salinitas, DO, BOD, TSS, Amonia, Nitrat, Timbal, Sulfat, Seng, Besi, Mercury, Tembaga, E-Coli, dan Total Coliform masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. 5. Krueng Sabee Luas hutan DAS Krueng Sabee mencapai 500 kilometer persegi yang merupakan rumah bagi kawanan gajah, harimau, beruang madu, monyet ekor panjang, lutung, siamang, dan berbagai jenis burung. Tahun 1980-an, ketika banyak hutan Aceh menjadi hak pengusahaan hutan HPH, hutan Krueng Sabee menjadi konsesi perusahaan kayu yang kemudian bekas HPH tersebut dijadikan HGU perkebunan sawit sehingga masyarakat sekitarnya menjadi petani dan pembalak liar. Permasalahan bertambah ketika Aceh memasuki masa rekontruksi untuk membangun kembali semua infrastruktur hancur akibat Tsunami dimana penebangan pohon-pohon besar dilakukan di hutan lindung. Untuk mengetahui kualitas air sungai tersebut maka pemantauan kualitas air sungai Krueng Sabee dilakukan 2 dua kali pada tahun 2014 yaitu musim hujan dan musim kemarau. Lokasi sampling untuk pemantauan Krueng Sabee yang dimulai dari hulu Krueng Sabee di Desa Geunie Kecamatan Krueng Sabee hingga ke hilir di Desa Keude Krueng Sabee Kecamatan Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh. Sampling dilakukan di 5 lima titik sampling. Data hasil pemantauan kualitas air sungai Kr. Sabee seperti disajikan pada Buku II tabel SD 15. Berdasarkan data hasil pemantauan tersebut menunjukkan bahwa kualitas air Krueng Sabee telah tercemar sedang dan tidak memenuhi KMA PP 822001. Berdasarkan KMA kelas II PP 822001 maka status mutu air Krueng Sabee dari hulu hingga hilir termasuk dalam kategori tercemar sedang. Parameter utama yang memberi kontribusi yang tinggi terhadap pencemaran dan penurunan status mutu air Krueng Sabee adalah parameter biologikimia yaitu Minyak Lemak, Deterjen, COD dan Phosphat, sedangkan parameter pH, Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 52 BOD, Sulfat,Nitrat, Temperatur, DHL, Salinitas, DO, TDS, Ammonia, Besi, Seng, Timbal, Chlorida, Mangan, Mercury,E-Coli dan total coliform masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. 6. Krueng Meurebo Krueng Meurebo berada di sebelah barat Pantai Aceh, dengan panjang 188 km dan luas Daerah Aliran Sungai DAS adalah 1,632 km 2 . Kemiringan dasar sungai curam di bagian tengah dan hulu namun di bagian hilir sangat datar. Kondisi sungai di wilayah ini didominasi sungai dengan lebar rata-rata 150 m dan kedalaman bekisar 5-6 m. Pengaliran Sungai Meurebo dari hulu hingga ke muara memiliki beberapa tipe aliran yang berbeda dengan karakteristiknya masing-masing Pemantauan ini dilaksanakan sebanyak 2 dua tahap di 5 lima titik pantau. Pemantauan dilakukan dari hulu sampai hilir. Parameter kualitas air yang dipantau mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Metode sampling yang digunakan pada pemantauan kualitas air Krueng Meureubo adalah Metode Grab, sedangkan metode analisis sampel air sungai menggunakan Standar Nasional Indonesia dan Standar Method sesuai dengan PP 82 Tahun 2001. Data hasil pemantauan kualitas air sungai Kr. Meurebo seperti disajikan pada Buku II tabel SD 14. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa Kualitas air Krueng Meureubo telah tercemar sedang dan tidak memenuhi KMA PP 822001. Berdasarkan KMA kelas II PP 822001 maka status mutu air Krueng Meureubo dari hulu hingga hilir termasuk dalam kategori tercemar sedang. Parameter utama yang memberi kontribusi yang tinggi terhadap pencemaran dan penurunan status mutu air Krueng Meureubo adalah parameter biologikimia yaitu COD, Deterjen, Minyak dan lemak. Sedangkan parameter pH, Temperatur, TDS, DHL, Salinitas, DO, BOD, TSS, Amonia, Nitrat, Timbal, Phosphat, Sulfat, Seng, Besi, Mercury, Tembaga, E- Coli, danTotal Coliform masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. C.2. Air Sumur Masyarakat Aceh masih banyak yang memanfaatkan air sumur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan Data BPS Aceh Tahun 2013, persentase rumah tangga di Aceh yang memanfaatkan air sumur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masih sangat tinggi dengan persentase tertinggi terdapat di Kabupaten Nagan Raya dan terendah di Kota Banda Aceh. Sesuai dengan Permenkes No. 9072002 air yang digunakan harush memenuhi syarat kesehatan yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya dan tidak mengandung logam berat. Untuk mengetahui kualitas air sumur tersebut maka perlu dilakukan uji kualitas air sumur. Akan tetapi pada Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 53 tahun 2014, Bapedal Aceh dan tidak melakukan pemantauan kualitas air sumur, hal ini dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-16. C.3. Air Danau Situ dan Embung Keberadaan embung, waduk, dan danau memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem perairan di Provinsi Aceh. Embung, waduk, dan danau dimanfaatkan sebagai beberapa aktivitas seperti sebagai sumber air baku, irigasi, objek wisata, sumber pembangkit energi listrik, dan lainnya. Hasil inventarisasi keberadaan embung, waduk, dan danau di Provinsi Aceh Tabel SD-13 Buku Data antara lain: 1. Embung sebanyak 35 buah dengan volume 96.919 – 750.000 m 3 ; 2. Waduk sebanyak 32 buah dengan volume 2.643.468 – 121.895.000 m 3 ; 3. Danau sebanyak 13 buah. C.3.1. Kualitas air Danau C.3.1.1 Danau Aneuk laot Secara geografis, Danau Aneuk Laot DAL terletak pada posisi 5o 51’ 44’’ – 5o 52’22’’ LU dan 95o 19’ 28’’ – 95o 19’ 54’’ BT dengan ketinggian 50 - 250 m di atas permukaan laut. Danau ini berada pada Kelurahan Aneuk Laot Kecamatan Sukakarya dengan jarak ±4 km dari pusat Kota Sabang. Danau Aneuk Laot adalah salah satu sumber air baku andalan bagi masyarakat Kota Sabang. Danau ini memiliki luas permukaan 41,15 Ha 411.500 m2, dengan perkiraan 0,33 dari luas wilayah Kota Sabang Pemerintah Kota Sabang 2012. Danau Aneuk Laot memiliki panjang ± 1.500 m dan lebar ± 250 m BAPPEDA and WCSIP 2010, dan luas daerah tangkapan air hujan DAL adalah ± 4.896.910 m2 BRR dan BPPT 2006. Data lain menyebutkan bahwa pada tahun 2001 DAL memiliki luas permukaan ± 476.350 m2, dan pada tahun 2005 menurun menjadi 397.750 m2 dengan kedalaman rata-rata 20 meter BRR dan BPPT 2006. Variasi ketinggian muka air DAL antara lain ± 25. 307 m LWL, ± 25.637 m MWL, dan ±26.717 mHWL. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 54 Danau Aneuk Laot merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat Kota Sabang baik dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Beberapa fungsi utama DAL bagi kehidupan Kota Sabang, yaitu:  salah satu sumber keanekaragaman hayati flora dan fauna dan plasma nutfah Kota Sabang;  sumber dan pendaur air yang dapat digunakan oleh masyarakat;  sebagai tempat menampung kelebihan air yang berasal dari air hujan dan aliran permukaan;  sebagai pencegah banjir dan kekeringan. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut DAL memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat Kota Sabang Kualitas air danau sangat disebabkan oleh tekanan akibat pemanfaatan sempadan dan air danau. Untuk mengetahui kualitas air danau tersebut maka dilakukan pemantauan sebanyak 2 dua tahap di 5 lima titik pantau. Lokasi pemantauan dari Desa Pasiran Kecamatan Suka Karya Kota Sabang hingga Inlet di Lingkungan Putro Ijo Desa Aneuk laot Kecamatan Suka Karya Kota Sabang Provinsi Aceh. Parameter kualitas air yang dipantau mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Metode Sampling yang digunakan pada pemantauan kualitas air Danau Aneuk Laot adalah Metode Grab, sedangkan metode analisis sampel air Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 55 sungai menggunakan Standar Nasional Indonesia dan Standar Method sesuai dengan PP 82 Tahun 2001. Data hasil pemantauan kualitas air danau seperti yang disajikan pada Tabel SD- 15 Buku II. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa Kualitas air Danau Aneuk Laot telah tercemar berat dan tidak memenuhi KMA PP 822001. Berdasarkan KMA kelas II PP 822001 maka status mutu air Danau Aneuk Laot termasuk dalam kategori tercemar berat. Parameter utama yang memberi kontribusi yang tinggi terhadap pencemaran dan penurunan status mutu air Danau Aneuk Laot adalah parameter biologikimia yaitu COD, BOD, Total Phospat, Deterjen, Minyak dan lemak. Sedangkan parameter pH, Temperatur, TDS, DHL, Salinitas, DO, TSS, Amonia, Nitrat, Timbal, Sulfat, Seng, Besi, Mercury, Tembaga, E-Coli, dan Total Coliform masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. C.3.1.2 Danau Lut Tawar Danau Laut Tawar terletak di Takengon Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Daerah tangkapan Danau Tawar masuk kedalam wilayah Kecamatan Lut Tawar, Kebayakan, Bebesen dan Bintang. Aliran air permukaan atau sungai yang menuju ke Danau Laut Tawar berjumlah 25 buah yang berasal dari 18 daerah hulukawasan tangkap dengan debit air. Debit air danau Laut Tawar 538,84 juta kilo liter Husnah et al. 2012. Sungai Peusangan merupakan satu-satunya outlet danau Laut Tawar. Karateristik Danau Laut Tawar sebagai berikut Tabel 3. Nilai parameter karakteristik morfometrik Danau Lut Tawar. Tabel II.2 Nilai Parameter Karakteristik Morfoketrik Danau Lut Tawar Parameter Nilai Satuan Elevasi 1,230 Meter Luas Permukaan A o 5,742.10 hektare ha Kedalaman maks Z max 84.23 Meter Kedalaman rata Z mean 25.19 Meter Panjang Maks 15,727 Meter Lebar Maks 4,563 Meter Panjang Garis Pantai L 43,920 Meter Littoral Area 14.28 Sumber Husnah et al. 2012 Secara geologi Danau Lut Tawar dikelilingi oleh batu gamping dan batuan meta sedimen, umumnya struktur geologi di sekitar danau berupa karts yang ditandai dengan gua- Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 56 gua di sekitar danau, struktur perlipatan, dan Sesar yang ditandai dengan adanya air terjun. Dalam kepariwisataan baik Danau Lut Tawar, gua-gua, dan air terjun yang ada disekitar danau merupakan ujung tombak pariwisata di Kabupaten Aceh Tengah, dan dari masa ke masa sudah menjadi daya tarik wisatawan dalam negeri dan manca negara. Kondisi lingkungan danau terdiri dari kemiringan landai, curam, dan sangat curam. Kondisi lingkungan danau dengan kemiringan yang landai berada di sekitar Kecamatan Kebayakan, Lut Tawar, Bebesen dan Bintang. Kemiringan curam berada di sekitar Kecamatan Lut Tawar, Kebayakan dan Bintang, sedangkan kemiringan sangat curam berada di sekitar Kecamatan Lut Tawar. Selain untuk parawisata, danau ini berperan penting dalam pengendalian keseimbangan air khususnya kota Takengon dan menjadi sumber air untuk Kabupaten Bener Meriah, Bireuen, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Air danau terutama dimanfaatkan untuk air minum dan budidaya perikanan air tawar sebagai mata pencaharian bagi para nelayan yang tinggal di sekitar danau. Selanjutnya, air danau juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi air minum kemasan. Kondisi Danau Lut Tawar sudah mengalami degradasi, yang dicirikan oleh semakin berkurangnya debit air Danau Lut Tawar dan tingginya sedimentasi yang terjadi di Danau Lut Tawar. Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya penutupan lahan di sekitar Danau Lut Tawar akibat alih fungsi lahan dari hutan menjadi areal perkebunan yang tidak terkendali. Berdasarkan hasil pemantauan dilaksanakan sebanyak 2 dua tahap di 5 lima titik pantau menunjukkan bahwa Kualitas air Danau Laut Tawar telah tercemar dan tidak memenuhi KMA PP 822001. Data hasil pemantauan disajikan pada Buku II tabel SD 15. Berdasarkan KMA kelas II PP 822001 maka status mutu air Danau Lut Tawar termasuk dalam kategori tercemar sedang. Parameter utama yang member kontribusi yang tinggi terhadap pencemaran dan penurunan status mutu air Danau Laut Tawar adalah parameter biologikimia yaitu COD, BOD, Total Phospat, Deterjen, Minyak dan lemak. Sedangkan parameter pH, Temperatur, TDS, DHL, Salinitas, DO, TSS, Amonia, Nitrat, Timbal, Sulfat, Seng, Besi, Mercury, Tembaga, E-Coli, dan Total Coliform masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 57

D. UDARA

Udara merupakan campuran berbagai macam komponen gas, yaitu nitrogen 78, oksigen 21 dan karbondioksida 0,035. Udara tergolong udara bersih adalah udara yang persentasi kandungannya masih seperti disebutkan di atas. Sumber pencemaran udara dapat dikatagorikan atas sumber bergerak dan sumber tidak bergerak, yang meliputi berbagai sektor termasuk transportasi, industry, dan domestik. Pada umumnya proses pembakaran bahan fosil, baik yang ada di dalam mesin transportasi, proses pembakaran dan pengolahan industry, maupun pembakaran terbuka domestik mengeluarkan pencemar-pencemar udara yang hampir sama, walaupun secara spesifik jumlah relatif masing-masing pencemar yang diemisikan tergantung pada karakteristik properti bahan bakar dan kondisi pembakaran. Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Pada pembakaran sempurna, emisi paling signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor berdasarkan massa adalah gas karbon dioksida CO 2 dan uap air, namun kondisi ini jarang terjadi. Polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM akan menghasilkan senyawa CO, HC, SO 2 , NO 2 , dan partikulat Udara adalah unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dimana semuanya ini membutuhkan udara untuk tetap dapat mempertahankan hidupnya. Udara ambien yang dihirup oleh makhluk hidup dikenal dengan kualitas udara ambien merupakan hal pokok yang harus tetap dijaga kualitasnya, agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Udara yang tercemar mempunyai tingkat konsentrasi bahan pencemar baik dalam bentuk gas maupun padat lebih tinggi dari yang umumnya terdapat di lingkungan alam. Padatnya kendaraan bermotor yang berada di kabupatenkota di Provinsi Aceh menyebabkan meningkatnya pencemaran udara yang bersumber dari asap kendaraan bermotor dan memicu terjadinya kerusakan lingkungan yang berakibat pada gangguan kesehatan manusia. Berdasarkan hasil survei, penjualan kendaraan bermotor di semua kabupatenkota di Provinsi Aceh meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini diperkirakan akan meningkatkan emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang berupa CO, CO 2, NO 2, SO 2 dan partikulat. Peningkatan emisi ini dapat menyebabkan meningkatnya pencemaran udara akibat kendaraan bermotor. Sumber pencemar lainnya di kabupatenkota di Provinsi Aceh beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD yang merupakan penyumbang emisi gas buang yang lumayan besarnya. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 58 D.1. Pengukuran Kualitas Udara Ambien Kota Banda Aceh D.1.1 Profil Kualitas Udara Pada Kawasan Transportasi Pengukuran kualitas udara pada kawasan transportasi diwakili oleh enam titik, lokasi tersebut representatif untuk kawasan transportasi dimana memiliki ciri-ciri tingkat kepadatan lalu lintas yang relatif tinggi dan merupakan persimpangan strategis. Lokasi pengambilan sampling pada beberapa kawasan transportasi adalah sebagai berikut: 1. Simpang Lima KU-01; 2. Simpang Surabaya KU-02; 3. Simpang Mesra KU-03; 4. Depan Mesjid Raya Baiturrahman KU-04; 5. Dalam Area Terminal Batoh KU-05; dan 6. Dalam Area Terminal Angkot Kedah KU-06. Profil Kandungan Carbon Monoksida CO pada kawasan transportasi, Berdasarkan hasil uji kualitas udara selama periode triwulan 1, 2 dan 3 terdeteksi bahwa lokasi simpang Mesra KU-03 dengan waktu pengukuran pada sore hari memiliki konsentrasi tertinggi yaitu 6.75 µgNm 3 dan terendah di dalam Area Terminal Angkot Keudah KU-06 yaitu sebesar 2.04 µgNm 3 dengan waktu pengukuran pada sore hari. Dengan baku mutu sebesar 30.000 µgNm 3 untuk parameter karbon monoksida CO, maka dapat disampaikan bahwa konsentrasi CO pada semua titik sampling masih berada di bawah ambang baku mutu Gambar II.38. Gambar II.38 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Udara dengan Parameter Karbon Monoksida CO pada Kawasan Transportasi 0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 35.000,00 KU-01 KU-02 KU-03 KU-04 KU-05 KU-06 Pagi Siang Sore Baku Mutu Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 59 Profil Kandungan Sulfur Dioksida SO 2 pada Kawasan Transportasi, Data pengukuran dan pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa angka tertinggi sebesar 407,46 µgNm 3 terdapat pada lokasi simpang lima KU-01 dengan waktu pengukuran pada sore hari dan terendah di dalam Area Terminal Angkot Kedah KU-04 yaitu 307,43 µgNm 3 dengan waktu pengukuran pada siang hari Gambar ii.39. Baku mutu parameter sulfur dioksida SO 2 adalah sebesar 900 µgNm 3 . Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa situasi dalam terminal Keudah terminal angkutan kota relatif sepi dan tidak banyak aktivitas, hal tersebut memungkinkan seluruh parameter pengukuran cenderung lebih rendah dari lokasi pengukuran lain. Gambar II.39 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Udara dengan Parameter Sulfur Dioksida SO 2 pada Kawasan Transportasi Profil Kandungan Nitrogen Oksida NO 2 pada Kawasan Transportasi, Berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian laboratorium untuk parameter nitrogen oksida NO 2 diperoleh data sebagaimana dipaparkan pada Gambar II.40. Konsentrasi NO 2 pada seluruh lokasi sampling masih berada dibawah baku mutu 400 µgNm 3 dimana lokasi dengan konsentrasi tertinggi adalah simpang Mesra KU 03 yaitu sebesar 69,66 µgNm3 dengan waktu pengukuran pada sore hari. Sedangkan konsentrasi terendah adalah terminal Keudah KU 06 yaitu sebesar 27,94 µgNm 3 dengan waktu pengukuran pada pagi hari. 0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 800,00 900,00 1.000,00 KU-01 KU-02 KU-03 KU-04 KU-05 KU-06 Pagi Siang Sore Baku Mutu