LAUT, PESISIR DAN PANTAI
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 82
Gambar II.60 Tipe Interaksi antara Ekosistem Padang Lamun dengan Ekosistem Mangrove dan Terumbu Karang Ogden dan Gladfelter 1983 dalam Bengen 2001
Terdapat tiga ekosistem yang saling berkaitan, yaitu ekosistem lamun, ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Apabila salah satu saja dari ketiga ekosistem
tersebut rusak, akan berpengaruh pada ekosistem lainnya, dan merusak keseimbangan ekosistem pesisir.
Dengan memperhitungkan panjang garis pantai pada pulau utama dan pulau-pulau yang relatif besar, maka Aceh mempunyai garis pantai lebih kurang sepanjang 2.422 km,
yang terdiri atas garis pantai di pulau induk
mainland
Sumatera 1.660 km, di Pulau WehSabang 62 km, dan di Pulau Simeulue 700 km.
Ekosistem pesisir dan laut Aceh terdiri dari vegetasi pesisir mangrove dan vegetasi pantai, terumbu karang, dan padang lamun. Identifikasi kondisi dan sebaran ekosistem
dilakukan dengan tujuan pengelolaan ekosistem pesisir dan laut secara lestari. Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem penting yang mendukung kehidupan di wilayah
pesisir. Selain memiliki fungsi ekologis, hutan mangrove juga memiliki fungsi ekonomis sehingga bila dikelola dengan baik maka akan memberikan manfaat bagi manusia dan
lingkungan itu sendiri. Informasi sebaran ekosistem pesisir dan laut Aceh dapat dilihat pada Gambar II.61
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 83
Gambar II.61. Peta Sebaran Terumbu Karang, Mangrove dan Lamun Provinsi Aceh Sumber : DKP Aceh
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh tahun 2014, diperoleh informasi luas hutan mangrove di Provinsi Aceh mencapai 63.832,99 Ha. Luas tersebut
sebagian besar berada di pesisir timur tepatnya di Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang yang mencapai 75 dari luas keseluruhan, selebihnya tersebar di kabupatenkota pesisir
barat - selatan serta di beberapa pulau yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Singkil Simeulue, dan Kota Sabang. Selain ekosistem mangrove pada kawasan pesisir terdapat juga
vegetasi lainnya seperti kelapa
Cocos nucifera
, cemara laut
Casuarina
sp., ketapang
Terminalia catappa
, waru laut
Hibiscus tiliaceus
, bintangur
Calofilum inofilum
, dan
Ipomoea pes-caprae
.
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 84
Terumbu karang memiliki penyebaran yang cukup luas di Pesisir Timur dan Barat Aceh dan beberapa lokasi kecil di Pesisir Timur Aceh. Sebaran ekosistem terumbu karang
berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh tahun 2014 adalah 14.699,66 Ha. Padang lamun menjadi ekosistem perantara antara terumbu karang dan mangrove.
Padang lamun yang ada di Aceh terdapat di wilayah kepulauan Banyak di Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue. Luas padang lamun di Aceh data dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Aceh tahun 2014 mencapai 218,03 Ha.
E.2.1. Terumbu Karang
Terumbu karang
coral reefs
merupakan merupakan organisme yang hidup di dasar laut daerah tropis dan simbiosis dua makhluk hidup yaitu alga penghasil kapur CaCO3
zooxanthellae dan hewan karang yang membentuk formasi kapur yaitu terumbu. Keindahan terumbu karang diperoleh dari pigmen warna alga yang bersimbiosis dengan hewan karang.
Alga menyediakan sumber makanan bagi hewan karang dan karbondioksida hasil meabolisme hewan karang digunakan alga untuk berfotosistesis.
Terumbu karang juga merupakan ekosistem yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Berdasarkan geomorfologinya, ekosistem terumbu karang dapat dibagi
menjadi tiga tipe yaitu terumbu karang tepi
fringing reef
, terumbu karang penghalang
barrier reef
, dan terumbu karang cincin
a-tolls
.
Sumber: Edi Rudi Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsyiah dalam www.mongabay.co.id
Gambar II.62 Terumbu Karang di Pulau Aceh
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 85
Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal. Untuk mencapai tumbuhan maksimumnya, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih,
dengan suhu yang hangat, gerakan gelombang yang besar, serta sirkulasi yang lancar dan terhindar dari proses sedimentasi. Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang
tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tetap, akan tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan, baik yang berasal dari alam atau
aktivitas manusia. Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan memiliki
keanekaragaman hayati paling tinggi. Supriharyono 2000 mengemukakan bahwa karena produktivitas yang tinggi tersebut memungkinkan terumbu karang menjadi tempat
pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan dari kebanyakan ikan. Oleh karena itu, secara otomatis produksi ikan di daerah terumbu karang sangat tinggi. Kerangka hewan karang
berfungsi sebagai tempat berlindung atau tempat menempelnya biota laut lainnya. Sejumlah ikan pelagis bergantung pada keberadaan terumbu karang pada masa larvanya. Terumbu
karang juga merupakan habitat bagi banyak spesies laut. Selain itu, terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi.
Ekosistem ini bersifat sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang bersifat non-alami, karena tidak diimbangi dengan regenerasi yang baik dan cepat. Seperti
misalnya limbah panas yang dapat meningkatkan suhu air 5-10 C di atas suhu lingkungan
normal dapat berpengaruh memutihkan karang Gambar II.63. begitu juga dengan limbah pengerukan yang mengakibatkan kekeruhan yang dapat mengganggu pertumbuhan karang
dan biota lain yang habitatnya di sekitar terumbu karang.
Sumber : Bruno de Giusti dalam www.terangi.co.id Gambar II.63. Pemutihan Karang Mampu Menghancurkan Koloni Karang
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 86
Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan beracun, misalnya potasium atau kalium sianida, atau dengan bahan peledak, dapat menyebabkan kematian karang atau
kerusakan karang secara fisik, yang lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya degradasi terumbu karang. Menyusutnya ekosistem terumbu karang akan berdampak terhadap
menurunnya nilai ekonomi aktivitas perikanan dan perannya sebagai gudang plasma nutfah lingkungan lautan.
Peta tutupan terumbu karang dan persentase tutupan karang di perairan Aceh Berdasarkan survei kondisi ekosistem terumbu karang di sepanjang wilayah pesisir Aceh
dengan metode manta tow dan
point transect
untuk melihat gambaran umum kondisi ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada Gambar II.64 dan Gambar II.65
Sumber : DKP Aceh Gambar II.64. Peta Tutupan Terumbu Karang Provinsi Aceh
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di perariran Pulau Weh dan pesisir utara Aceh, saat ini jenis yang telah teridentifikasi mencapai 42 genus karang Tabel II.7 dan 343
spesies ikan karang, jumlah tersebut berarti 58 dari jenis karang yang dapat ditemukan di dunia. Terumbu karang merupakan ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati. Enam
puluh persen ikan yang dikonsumsi oleh manusia berasosiasi dengan terumbu karang. Selain ikan, hewan benthik lain yang menghuni ekosistem terumbu karang Aceh antara lain lobster
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 87
Panalirus sp dan teripang Holothuria sp. Ikan, lobster dan teripang adalah sumber daya hayati laut yang bernilai ekonomi. Selain untuk konsumsi lokal Aceh, spesies tertentu dari
kelompok ini juga diburu sebagai komoditi perdagangan ke luar Aceh.
Gambar II.65. Persentasi Tutupan Karang di Perairan Aceh
Sumber : DKP Aceh Tabel II.7. Jenis-Jenis Karang yang Telah Teridentifikasi di Provinsi Aceh
NO GENERA
NO GENERA
1 Porites
22 Lobophyllia
2 Acropora
23 Galaxea
3 Heliopora
24 Fungia
4 Montipora
25 Astreapora
5 Pocillopora
26 Montatrea
6 Millepora
27 Symphyllia
7 Pavona
28 Psammacora
8 Favites
29 Pectinia
9 Coeloseris
30 Merulina
10 Goniastrea
31 Alveopora
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 88
NO GENERA
NO GENERA
11 Favia
32 Euphyllia
12 Diploastrea
33 Pachyseris
13 Leptastrea
34 Stylophora
14 Platygyra
35 Plerogyra
15 Coscinaraea
36 Ctenactis
16 Goniopora
37 Anchantastrea
17 Echinopora
38 Turbiaria
18 Cypthastrea
39 Oulophyollia
19 Gardineroseris
40 Leptoria
20 Seriatopora
41 Herpolitha
21 Hydnophora
42 Echinophyllia
Kabupaten Aceh Besar merupakan kabupaten yang memiliki kawasan pesisir di pantai barat dan timur Aceh. Kabupaten Aceh Besar memiliki garis pantai sepanjang 343,79 km.
Beberapa lokasi terumbu karang dengan tutupan
hard coral
yang tinggi ditemukan berada di Kecamatan Pulo Aceh yaitu terdapat di Baet Desa Pasi Raya ,Desa Deudap dan di Demit Desa
Deudap. Tutupan
soft coral
dengan juga dijumpai di beberapa lokasi di Kecamatan Pulo Aceh, diantaranya yaitu di Abah Guha Desa Blang Melingge, Desa Deudap, Demit Desa Deudap dan
Lhoh Raya Desa Pasi Raya. Kabupaten Aceh Singkil adalah salah satu kabupaten di pesisir barat Aceh yang
memiliki kepulauan dengan garis pantai sepanjang 403,39 km. Panjang garis pantai dan luas wilayah kewenangan laut Kabupaten Aceh Singkil merupakan panjang dan luas tertinggi
kedua di Provinsi Aceh setelah Kabupaten Simeulue. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Aceh Singkil terletak di Kepulauan Banyak yaitu di Pulau Baguk, Pulau Ujung Batu, Pulau
Balai, Pulau Rangit Besar, Pulau Rago-rago, Pulau Tailana, Pulau Lamun, Pulau Orongan, Pulau Sikandang, Pulau Pelambak Besar, Pulau Samut, Pulau Tuangku, Pulau Pabandah,
Pulau Bengkaru dan Pulau Batu. Kabupaten Simeulue merupakan salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi Aceh
dengan garis pantai terpanjang yaitu 762,23 km. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Simeulue ditemukan hampir di sepanjang pesisir, yaitu di Kecamatan Teluk Dalam, Simeulue
Barat, Simeulue Timur, Teupah Selatan dan Simeulue Tengah.
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 89
Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten yang terletak di pesisir barat Aceh, dengan panjang garis pantai sepanjang 194,22 km. Berdasarkan data hasil analisis
citra satelit Landsat 7ETM, Kabupaten Aceh Selatan juga memiliki ekosistem terumbu karang dengan luas 1.379,80 ha yang tersebar merata di sepanjang garis pantainya..
Kota Sabang merupakan salah satu kota berbentuk kepulauan yang terletak di bagian paling utara dari daratan Provinsi Aceh dan memiliki garis pantai sepanjang 104,65 km.
memiliki sebaran ekosistem terumbu karang dan menjadi salah satu andalan utama di sektor pariwisata bahari Provinsi Aceh. Ekosistem terumbu karang di Kota Sabang tersebar merata
di sepanjang pesisir serta beberapa pulau kecilnya yang terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Sukakarya dan Kecamatan Sukajaya.
Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten di pesisir barat Aceh yang memiliki garis pantai terpanjang dibandingkan kabupaten lainnya yaitu sepanjang 220,46 km.
Terumbu karang di Kabupaten Aceh Jaya tersebar di perairan pesisir dan pulau-pulau kecilnya yang berada di Kecamatan Sampoiniet dan Kecamatan Jaya.
Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu kabupaten pesisir yang berada di pesisir barat Aceh dengan panjang garis pantainya 47,68 km. Ekosistem terumbu karang di
Kabupaten Aceh Barat Daya berada di pesisir Kecamatan Susoh, Setia dan Kecamatan Kuala Batee.
Kondisi sumber daya alam pesisir Aceh tahun 2014 dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-19 yang menunjukkan terumbu karang terluas di Aceh terdapat di wilayah
Kabupaten Aceh Besar dengan luas 7.519 Ha 51,15 dan dalam kondisi sangat baik 9,71 , baik 14,56, sedang 11,65 dan rusak 64,08 . Kabupaten Aceh Singkil menempati
posisi kedua terluas 2.454 Ha 16,69 dengan kondisi baik 15, sedang 10 dan rusak 75. Posisi ketiga Kabupaten Simeulue 2.064,32 Ha 14,04 dengan kondisi semuanya
baik 100. Kabupaten Aceh Selatan posisi keempat dengan luas 1.379,8 Ha 9,39 dan dalam kondisi baik semuanya 100. Kota Sabang yang terkenal dengan pariwisata
pesisirnya menempati posisi kelima dengan luas terumbu karang 904,3 Ha 6,15 dan dalam kondisi baik 30,58, sedang 34,97 dan rusak 34,46. Daerah lainnya mempunyai
luasan dibawah 5. Mencermati data di atas, ternyata sebagian besar kondisi terumbu karang di Aceh
dalam kondisi rusak. Tingkat kerusakan di Aceh Besar mencapai 64,08, Singkil 75 dan Sabang 34,46. Perlu langkah-langkah penyelamatan terumbu karang agar kelestarian
terumbu karang dan kesinambungan sumber daya hayati perikanan Aceh tetap terjaga.
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 90
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerusakan terumbu karang yang telah dikembangkan sejak beberapa tahun ini adalah melalui teknologi terumbu karang buatan dan
transplantasi karang. Yang disebut terumbu karang buatan adalah habitat buatan yang dibangun di laut dengan maksud memperbaiki ekosistem yang rusak, sehingga dapat
memikat jenis-jenis organisme laut untuk hidup dan menetap; biasanya terbuat dari timbunan bahan-bahan, seperti bekas ban mobil, cor-coran semenbeton, bangkai kerangka
kapal, badan mobil dan sebagainya. Dalam jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat dengan berbagai bahan seperti struktur beton berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya
membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan mencari makan, tempat memijah serta tempat berkembang biak
berbagai biota laut dapat kembali terwujud. Langkah lain adalah dengan meningkatkan pengawasan di laut serta sosialisasi terus-menerus terhadap warga pesisir akan pentingnya
terumbu karang dalam kehidupan manusia.
E.2.2. Padang Lamun
Lamun
sea grass
adalah tumbuhan berbiji tunggal dari kelas
angiospermae
tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut Bengen, 2004 .Tumbuhan ini hidup di perairan dangkal agak berpasir,
dan sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Sama halnya dengan rerumputan di daratan, lamun juga membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih terjangkau oleh
sinar matahari dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti pita dan berakar jalar. Tunas-tunas
tumbuh dari
rhizoma
, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut.
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 91
Gambar II.66. Berbagai Jenis Lamun
sea grass
di Perairan Laut Dangkal
Sumber : Christian Jay Rayon Nob, BS-Marine Biology Mindanao Sate University- Naawan Campus
Padang Lamun merupakan bagian dari ekosistem pesisir yang terdapat diantara mangrove dan terumbu karang. Lamun merupakan tumbuhan sejati yang memiliki akar, buah
dan daun. Umumnya ikan-ikan kecil berlindung di habitat lamun dari predator besar. Informasi tentang distribusi dan kelimpahan lamun di Indonesia hingga saat ini masih
sangat sedikit, dan demikian juga dengan Aceh. Data atau informasi yang tersedia hanyalah data kualitatif deskriptif yang menyebutkan bahwa ekosistem padang lamun dapat ditemui di
perairan sekitar Pulo Aceh Aceh Besar, Pulau Weh, Pulau Simeulue, dan Kepulauan Banyak. Jenis-jenis lamun yang dijumpai adalah
Enhalus, Thalassia, Syringodium, Cymodocea
, dan
Thalassodendrum
. Luas dan kerusakan padang lamun di Provinsi Aceh dengan tahun data 2014 dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-20. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Aceh, hanya dua kabupaten di Provinsi Aceh yang mempunyai padang lamun yaitu Kabupaten Simeulue dan Kabupaten Singkil. Padang lamun terluas terdapat di Simeulue
dengan luas 196.83 Ha 90,28 dan diikuti Kabupaten Singkil 21,2 Ha 9,72. Tidak ada laporan tingkat kerusakan padang lamun di Provinsi Aceh, sehingga dapat dinyatakan kondisi
padang lamun Aceh cukup terjaga.
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 92
E.2.3. Hutan Mangrove
Hutan mangrove yang sering juga disebut sebagai hutan payau atau hutan pasang surut, merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Terdapat di daerah tropik
atau sub tropik di sepanjang pantai yang terlindung dan di muara sungai. Hutan mangrove merupakan ciri khas ekosistem daerah tropis dan sub tropis dan merupakan ekosistem utama
pendukung kehidupan yang penting di wilayah perairan pesisir. Menurut Supriharyono 2000, empat faktor utama yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan mangrove yaitu: a
frekuensi arus pasang; b salinitas tanah; c air tanah; dan d suhu air. Keempat faktor tersebut akan menentukan dominasi jenis mangrove yang ada di tempat yang bersangkutan.
Secara ekologis hutan mangrove telah dikenal mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ekosistem hutan mangrove di Provinsi Aceh luasnya mencapai 63.832,99 Ha yang banyak di wilayah pesisir timur terutama Aceh Timur, Aceh Tamiang dan Kota Langsa.
Saat ini terdapat 31 jenis mangrove yang teridentifikasi di Aceh dengan kondisi rata-rata kerapatan pohon mencapai 1.811 indha . Peta kerapataaan mangrove di Provinsi Aceh dapat
dilihat pada Gambar II.67. Jenis mangrove yang paling dominan ditemukan di Aceh yaitu
Rhizopora apiculata
. Spesies tersebut ditemukan sebanyak 31 kali dari 58 lokasi pengamatan di 14 kabupatenkota
Provinsi Aceh. Selain itu
Sonneratia caseolaris
dan
Rhizopora mucronata
adalah jenis mangrove yang juga banyak ditemukan sebarannya di Provinsi Aceh Jenis-jenis lain
berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh tahun 2010, telah teridentifikasi 31 jenis mangrove yang tersebar di pesisir Provinsi Aceh. Jenis-jenis mangrove
yang tersebar di 17 kabupatenkota tersebut dapat dilihat pada Tabel II.8. Gambar II.67. Peta Kerapatan Mangrove di Provinsi Aceh
Sumber : DKP Aceh
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 93
Gambar II.68. Hamparan Pohon Mangrove di Kota Langsa
Tabel II.8 Jenis-jenis Mangrove di Provinsi Aceh
No Jenis
No Jenis
No Jenis
1
Aegiceras corniculatum
12
Carbera manghas
23
Rhizophora mucronata
2
Aegiceras floridum
13
Ceriops tagal
24
Rhizophora stylosa
3
Avicennia alba
14
Dolichandrone spathacea
25
Rizhophora apiculata
4
Avicennia marina
15
Excoecaria agallocha
26
Scaevola taccada
5
Avicennia officinalis
16
Hibiscus tiliaceus
27
Scyphiphora hydrophyllacea
6
Barringtonia asiatica
17
Lumnitzera littorea
28
Sonneratia alba
7
Bruguiera agallocha
18
Melastoma candidum
29
Sonneratia caseolaris
8
Bruguiera cylindrica
19
Nypa fruticans
30
Xylocarpus granatum
9
Bruguiera gymnorhiza
20
Pandanus tectorius
31
Xylocarpus molluccensis
10
Bruguiera sexangula
21
Phoenix palludosa
11
Bruguira cylindrica
22
Rhizophora apiculata Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, 2010
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 94
Kabupaten Aceh Timur memiliki hutan mangrove terluas pertama di Provinsi Aceh. Vegetasi mangrove dengan kategori pohon di Kabupaten Aceh Timur tersebar di 4 kecamatan
yaitu di Kecamatan Simpang Ulim, Birem Bayeun, Bekah dan Rantau Selamat. Jenis mangrove yang ditemui di Bekah ini antara lain
Avicennia alba
,
Avicennia marina
,
Excoecaria agallocha
,
Lumnitzera littoria
,
Rhizophora apiculata
,
Rhizophora mucronata
dan
Sonneratia alba
. Jenis mangrove yang terdapat di Arakundo Kecamatan Simpang Ulim dan Bayeun Kecamatan Birem Bayeun antara lain
Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatum
. Kabupaten Aceh Tamiang adalah salah kabupaten pesisir yang dikenal memiliki hutan
mangrove terluas kedua di Provinsi Aceh. Jenis mangrove kategori pohon di Kecamatan Seruway antara lain
Aegiceras corniculatum
,
Avicennia alba
,
Avicennia officinalis
,
Bruguiera cylindrica
,
Bruguiera parviflora
,
Bruguiera sexangula
,
Excoecaria agallocha
,
Nypa fruticans
,
Rhizophora apiculata
,
Sonneratia alba
,
Sonneratia caseolaris
dan
Xylocarpus granatum
. Vegetasi mangrove di daerah Sungai Yu Kecamatan Bendahara antara lain
Rhizophora apiculata
,
Excoecaria agalocha
dan
Bruguiera sexangula
. Di Kecamatan Manyak Payed dapat ditemukan jenis mangrove
Avicennia officinalis
,
Bruguiera cylindrica
,
Ceriops tagal
,
Rhizophora apiculata
,
Rhizophora mucronata
,
Scyphiphora hydrophyllacea
dan
Brugiera gymnorrhiza
. Vegetasi mangrove di Simelulue terdapat di beberapa tempat Mangrove di Desa Luan
Balu Kecamatan Teluk Dalam adalah
Rhiz. ophora apiculata dan
di Desa Babang Kecamatan Simeulue Timur yaitu
Rhizophora stylosa dan Carbera manghas,
di Desa Sepoyan Kecamatan Simeulue Timur yang didominasi oleh
Sonneratia alba
sedangkan yang terdapat di Desa Batu Batu Kecamatan Simeulue adalah
Sonneratia caseolaris
. Vegetasi mangrove di Desa Bulu Hadek dan Luan Balu Kecamatan Teluk Dalam
adalah Rhizophora apiculata
dan di Desa Air Pinang Kecamatan Simeulue Timur
adalah
Acrostichum aureum
. Jenis mangrove yang mendominasi di Kabupaten Aceh Singkil adalah
Rhizophora apiculata
dan
Sonneratia caseolaris.
Jenis mangrove
Sonneratia caseolaris
terdapat di Desa Ujung Bawang Kecamatan Singkil Utara dan di Desa Pancang Dua Kecamatan Singkil Timur.
Di Desa Haloban Kecamatan Pulau Banyak Barat
terdapat jenis Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, Acrostichum aureum
dan
Xylocarpus granatum.
Sebaran vegetasi mangrove di Kota Langsa dapat ditemukan di yaitu Kecamatan Langsa Kota dan Kecamatan Langsa Barat dengan jenis
Bruguiera gymnorrhiza
,
Ceriops tagal
dan
Rhizophora apiculata
Vegetasi mangrove di Kabupaten Aceh Selatan tersebar di beberapa wilayah yaitu di Kecamatan Pasie Raja, Kluet Selatan, Trumon, Bakongan Timur dan Labuhan Haji. Mangrove
jenis
Sonneratia caseolaris
tersebar di empat desa yaitu Ujung Padang Asahan, Pasie Lembang, Keude Trumon dan Ujung Pulo Rayeuk Kecamatan Trumon. Vegetasi jenis
mangrove ikutan di Kabupaten Aceh Selatan adalah
Acrostichum aureum, Acrostichum
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 95
speciosum, Melastoma candidum, Stachytarpheta jamaicensis, Pandanus tectorius, Scaevola taccada
dan
Barringtonia asiatica
Vegetasi mangrove di Kabupaten Aceh Barat tersebar di Kecamatan Samatiga yaitu di Desa Kuala Bubon, Gampong Teungoh dan Suak Timah. Jenis mangrove kategori pohon di
Desa Gampong Teungoh tersebut antara lain
Bruguiera sexangula
,
Rhizophora apiculata
,
Scaevola taccada, Xylocarpus granatum
dan
Scaevola taccada
. Jenis mangrove di Desa Suak Timah diantaranya yaitu
Rhizophora apiculata
dan
Rhizophora mucronata
. Vegetasi mangrove yang dijumpai di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga adalah jenis
Sonneratia caseolaris, Rhizophora apiculata, Acrostichum aureum
dan
Lumnitzera littorea
. Sebaran vegetasi mangrove di Kabupaten Aceh Besar terdapat di Kecamatan Mesjid
Raya dan Kecamatan Leupung. Jenis mangrove pada Desa Lamreh Kecamatan Mesjid Raya antara lain
Excoecaria agallocha
,
Rhizophora apiculata
dan
Nypa fructicans,
sedangkan di Desa Meunasah Mesjid Kecamatan Leupung, yaitu pada spesies
Sonneratia caseolaris
. Jenis mangrove yang dapat dijumpai di Desa Ladong antara lain
Scyphiphora hydrophyllacea
,
Bruguera cylindrica
,
Rhizophora apiculata
,
Avicennia officinalis
dan
Excoecaria agallocha
. Vegetasi mangrove di Kabupaten Pidie terdapat di dua kecamatan yaitu Kecamatan
Muara Tiga dan Kecamatan Kembang Tanjong. Jenis mangrove di Desa Tari Kecamatan Kembang Tanjong antara lain
Avicennia alba
,
Avicennia officinalis
,
Bruguiera agallocha
,
Rhizophora apiculata
,
Rhizophora mucronata
,
Scyphiphora hydrophyllacea
,
Sonneratia alba
,
Xylocarpus granatum, Xylocarpus molluccensis dan Deris trifoliate
. Mangrove di Desa Laweung Kecamatan Muara Tiga yaitu jenis
Avicennia officinalis
,
Rhizophora mucronata
,
Sesuvium portulacastrum
dan
Sonneratia alba
. Kabupaten Aceh Utara memiliki vegetasi mangrove yang tersebar di beberapa
kecamatan antara lain yaitu di Kecamatan Muara Batu, Tanah Pasir, Tanah Jambo Aye dan dan Dewantara. Mangrove di Desa Mane Kecamatan Muara Batu adalah
Nypa fruticans
,
Hibiscus tiliaceus
,
Nypa fruticans
dan
Sonneratia caseolaris
. Mangrove di Desa Geukuh Kecamatan Dewantara antara lain
Hibiscus tiliaceus
,
Sonneratia caseolaris
dan
Pandanus sp
. Jenis mangrove yang terdapat di Desa Jambo Aye antara lain
Avicennia marina
,
Bruguiera cylindrica
,
Ceriops tagal
dan
Rhizophora apiculata
. Vegetasi mangrove di Desa Keuretoe Kecamatan Tanah Pasir dan di kecamatan Tanah Jambo Aye antara lain
Acanthus ilicifolius
,
Poaceae
,
Acrostichum aureum
,
Avicennia alba
,
Avicennia marina
dan
Rhizophora mucronata
. Sebaran ekosistem mangrove di Kabupaten Bireuen terdapat di Kecamatan
Kecamatan Jangka. Jenis mangrove kategori pohon yang ditemui di lokasi tersebut antara lain
Hibiscus tiliaceus
,
Pandanus sp
,
Sonneratia caseolaris, Acanthus ilicifolius
,
Acrostichum aureum
,
Poaceae
dan
Rhizophora apiculata
. Kabupaten Aceh Barat Daya terdapat tiga kecamatan di wilayah pesisir yang memiliki
vegetasi mangrove diantaranya Kecamatan Setia, Kuala Batee dan Manggeng. Jenis
Sonneratia caseolaris
terdapat di Desa Ujong Tanoh Kecamatan Setia dan Desa Sejahtera
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 96
Kecamatan Manggeng. Mangrove yang terdapat di Desa Lama Muda Kecamatan Kuala Batee
adalah Rhizophora apiculata
. Kabupaten Aceh Jaya mempunyai mangrove yang terdapat di Desa Kuala Unga dan
Desa Lambeso Kecamatan Jaya . Jenis mangrove yang ada adalah
Sonneratia alba
dan
Sonneratia caseolaris, Sesuvium portulacastrum,
Acrostichum speciosum
dan
Phoenix palludosa
. Sebaran ekosistem mangrove di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di dua kecamatan
yaitu di Kecamatan Meurah Dua dan Kecamatan Ulim. Jenis mangrove yang dapat dijumpai di lokasi ini antara lain
Avicennia alba
,
Avicennia officinalis
dan
Nypa fruticans
. Vegetasi mangrove di Kecamatan Meurah Dua yaitu jenis
Sonneratia caseolaris
.
Rhizophora mucronata
,
Rhizophora apiculata
,
Acanthus ilicifolius
,
Avicennia alba
dan
Poaceae.
Kota Banda Aceh merupakan salah satu kabupatenkota pesisir yang memiliki sebaran vegetasi mangrove dengan luas yang relatif kecil. Vegetasi mangrove dapat dijumpai
di salah satu desanya yaitu Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala antara lain
Avicennia marina
,
Avicennia officinalis
,
Rhizopora mucronata
,
Rhizophora Stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Aegiceras floridum dan Rhizophora Apiculata
. Vegetasi mangrove di Kota Sabang tersebar di beberapa desa di dua kecamatan yaitu
Kecamatan Sukajaya Desa Jaboi dan Balohan dan Sukakarya Desa Iboih dan Krueng Raya. Jenis vegetasi mangrove yang tersebar terdiri dari
Avicennia alba, Avicennia marina, Avicennia officinalis, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba
dan
Sonneratia caseolaris.
Sebaran vegetasi mangrove di Kota Lhokseumawe terdapat di Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Syamtalira Bayu. Jenis mangrove kategori ini yang terdapat di dua lokasi
tersebut antara lain
Rhizophora mucronata
,
Sonneratia alba
,
Avicennia marina
,
Bruguiera cylindrica
,
Avicennia officinalis
,
Rhizophora apiculata
dan
Avicennia alba
. Informasi tentang luas dan kerapatan hutan mangrove di Provinsi Aceh tahun 2014
dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-21. Kabupaten Aceh Timur memiliki area mangrove terluas pertama di Provinsi Aceh dengan luasan 25.437 Ha 39,85, kemudian Kabupaten
Aceh Tamiang di urutan kedua terluas dengan luas 22.677 Ha 35,52, ketiga terluas di Kabupaten Simeulue dengan luas 3.746, 42 Ha 5,87. Kabupaten Aceh Singkil dengan luas
mangrove 3.141 Ha 4,92 berada di urutan keempat dan Kota Langsa 2.646,1 Ha 4,14 berada di urutan kelima. Kabupaten lainnya menyusul dengan luasan mangrove
kurang dari 4 dari luasan total mangrove di Aceh. Tidak tersedia data untuk persentasi tutupan lahan dan kerapatan mohon mangrove
di Aceh. Data tersebut sebenarnya sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati di suatu tempat dan tingkat kerusakan lingkungan. Kerusakan
lingkungan yang terjadi di kawasan pesisir mangrove di Aceh umumnya disebabkan oleh alih fungsi lahan konversi ke perkebunan, tambak, pemukiman, kawasan industri, wisata
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 97
dll. dan penebangan liar untuk bahan baku arang, kayu bakar dan bahan bangunan. Untuk mengembalikan hutan mangrove ke fungsinya semula, maka perlu dilakukan konservasi di
lahan-lahan yang telah mengalami kerusakan lingkungan. Gambar II.69. Penebangan Liar Mangrove dan Dapur Arang di Kabupaten Aceh Tamiang
F. IKLIM
Provinsi Aceh memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau dan musim penghujan bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Berdasarkan klasifikasi
iklim menurut Schmidt Fergusson wilayah Aceh termasuk pada tipe iklim tropis. Berdasarkan pantauan dari 3 stasiun klimatologi yaitu stasiun Blang Bintang Aceh Besar, Sabang, dan
Meulaboh Aceh Barat, musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari dan musim kemarau pada bulan Februari sampai Juli.
Dari ketiga stasiun klimatologi tersebut, gambaran kondisi iklim wilayah Aceh adalah sebagai berikut :
a. Stasiun Blang Bintang : curah hujan rata-rata 1.250
– 2.000 mmtahun, dengan hari hujan rata-rata 13 haribulan, suhu udara rata-rata berkisar 25
– 28
o
C, kelembaban nisbi rata-rata 69
– 90 , serta kecepatan angin 2,0 – 4,0 knot. b.
Stasiun Sabang : curah hujan rata-rata 2.000 – 2.500 mmtahun, dengan hari hujan
rata-rata 7 haribulan, suhu udara rata-rata berkisar 26 – 27,5
o
C, kelembaban nisbi rata-rata 73
– 86 , serta kecepatan angin 3,0 – 11,0 knot. c.
Stasiun Meulaboh : curah hujan rata-rata 2.500 – 3.500 mmtahun, dengan hari hujan
rata-rata 17 haribulan, suhu udara rata-rata berkisar 21 – 31
o
C, kelembaban nisbi rata-rata 69
– 96 , serta kecepatan angin 5,0 – 7,0 knot. Berdasarkan tipe curah hujan menurut Schmidt and Fergusson 1951, Aceh yang
memiliki tiga wilayah yaitu Barat, Tengah dan Timur memiliki lima tipe curah hujan yaitu A
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 98
sangat basah, B basah, C agak basah, D sedang dan E agak kering. Tipe A penyebarannya di Kabupaten Aceh Selatan, Sabang, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh
Tengah, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Tipe B penyebarannya di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Timur dan Bener Meriah, sedangkan
Kabupaten Simeulue mempunyai tipe C. Kabupaten Aceh Utara memiliki tipe D dan Kota Lhokseumawe, Aceh Jaya, Aceh Singkil dan Gayo Lues memiliki tipe E. Curah hujan rata-rata
bulanan dan suhu udara rata-rata bulanan di Provinsi Aceh Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel SD-22 dan Tabel SD-23 pada Buku Data SLHD Provinsi Aceh 2014.
Gambar II.70. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Provinsi Aceh Tahun 2014
Curah hujan rata-rata bulanan di Provinsi Aceh pada Tahun 2014 berdasarkan data dari BMKG stasion meteorologi Banda Aceh disajikan pada Gambar II.70 Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan November 2014 dengan jumlah 511,0 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret 2014 dengan jumlah 7,0 mm. Dari gambar grafik diketahui
penurunan jumlah curah hujan dimulai pada bulan Februari hingga bulan Juli 2014 menunjukkan proses terjadinya musim kemarau di Aceh. Curah hujan mulai naik di bulan
Agustus 2014 hingga bulan Januari 2014 dan memperlihatkan berlangsungnya musim hujan di Aceh. Puncak musim kemarau terjadi pada bulan Maret 2014 dan puncak musim hujan
terjadi pada bulan November 2014. 142,5
87,6 7,0
112,0 78,0 69,3
33,1 133,5 141,1
466,5 511,0
483,1
100 200
300 400
500 600
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES C
U R
A H
H U
J A
N BULAN
CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN mm di PROVINSI ACEH TAHUN 2014
JUMLAH mm
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 99
Gambar II.71. Jumlah Hari Hujan di Provinsi Aceh Tahun 2014
Jumlah hari hujan yang terjadi di Provinsi Aceh pada tahun 2014 disajikan pada Gambar II.71 jumlah hari terbanyak turun hujan terjadi di bulan Desember 2014 24 hari
dan terkecil pada bulan Februari 2014 6 hari. Bulan-bulan yang banyak turun hujan adalah pada bulan Mei, Oktober, November dan Desember 2014, sedangkan bulan-bulan yang
sedikit turun hujan terjadi pada bulan Februari dan Maret 2014.
Gambar II.72. Suhu Rata-Rata Bulanan di Provinsi Aceh Tahun 2014
12 6
8 14
18 12
14 12
17 23
20 24
5 10
15 20
25 30
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES J
U M
L A
H H
A R
I BULAN
JUMLAH HARI HUJAN DI PROVINSI ACEH TAHUN 2014
HARI HUJAN
25,7 26,0
27,0 27,3
27,8 29,0 29
27,3 26,8
26,2 26,5 26,4
24,0 25,0
26,0 27,0
28,0 29,0
30,0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES S
U H
U U
D A
R A
BULAN
SUHU RATA-RATA BULANAN oC di PROVINSI ACEH TAHUN 2014
SUHU oC
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 100
Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Aceh dalam derajat celcius disajikan pada Gambar II.72 suhu tertinggi terdapat di bulan Juni dan Juli dengan rata-rata 29
o
C dan suhu terendah pada pada bulan Januari dengan suhu rata-rata 25
o
C. Bulan Okober sampai dengan bulan Desember dimana sedang berlangsung musim hujan, suhu udara cenderung stagnan di
kisaran 26
o
C, sedangkan di musim kemarau pada bulan Maret sampai bulan Mei, suhu udara rata-rata pada kisaran 27
o
C. Mencermati data-data curah hujan, hari hujan dan suhu rata-rata bulanan dari ketiga
gambar di atas, dapat menjadikan panduan bagi pihak terkait untuk mengambil suatu kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan. Waktu masuknya musim kemarau yang dimulai
di bulan Februari dengan indikasi jumlah curah hujan dan hari hujan yang menurun serta suhu udara yang meningkat, harus menjadi panduan bagi Dinas Pertanian, PDAM , Dinas
Perkebunan dan Dinas Pengairan serta pihak lainnya untuk menjaga ketersediaan air bagi masyarakat untuk berbagai keperluan. Sedangkan di bulan September hingga Desember
dimana curah hujan dan hari hujan meningkat, perlu kewaspadaan bagi daerah-daerah rawan banjir dan longsor untuk mempersiapkan daerah sedini mungkin dalam mengantisipasi
terjadinya bencana. Badan Lingkungan Hidup, Badan Penanggulangan Bencana dan Pemerintah Daerah perlu mensosialisakan ke masyarakat kesiagaan menghadapi bencana.
Disisi lain, peralihan musim pancaroba dari musim kemarau menuju musim hujan yang umumnya terjadi di bulan Januari hingga Februari, harus diwaspadai dari segi
kesehatan karena umumnya pada saat ini banyak terjadi kasus penyakit demam berdarah dan cikungunya. Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup perlu memberikan arahan
bagi masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan agar perkembangan nyamuk demam berdarah dan cikungunya dapat ditekan sekecil mungkin.
Gambar II.73. Perubahan Suhu Rata-Rata Dunia dari Tahun 1880-2000-an
Sumber : https:rovicky.wordpress.com
Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 101
Perubahan iklim yang telah terjadi di dunia juga telah mempengaruhi suhu udara di Indonesia. Laju perubahan suhu udara kota-kota di Indonesia menunjukkan kenaikan
maksimum lebih dari 1 derajat celsius dalam 10 tahun. Dari analisis data iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang diambil tahun 1983-2003, kenaikan suhu udara
per 10 tahun ternyata 0,036 derajat Celsius - 1,383 derajat celsius. Suhu udara rata-rata tertinggi di Aceh saat ini telah mencapai 29
o
C yang terjadi di bulan Juni dan Juli. Diperkirakan bila tidak ada upaya menahan laju perubahan iklim, maka
pada tahun-tahun mendatang Aceh akan mempunyai suhu rata-rata melebihi suhu yang sekarang, artinya bumi Aceh akan semakin panas. Untuk itu sangat diperlukan upaya serius
dari semua pihak di Aceh dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.