LAUT, PESISIR DAN PANTAI

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 82 Gambar II.60 Tipe Interaksi antara Ekosistem Padang Lamun dengan Ekosistem Mangrove dan Terumbu Karang Ogden dan Gladfelter 1983 dalam Bengen 2001 Terdapat tiga ekosistem yang saling berkaitan, yaitu ekosistem lamun, ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Apabila salah satu saja dari ketiga ekosistem tersebut rusak, akan berpengaruh pada ekosistem lainnya, dan merusak keseimbangan ekosistem pesisir. Dengan memperhitungkan panjang garis pantai pada pulau utama dan pulau-pulau yang relatif besar, maka Aceh mempunyai garis pantai lebih kurang sepanjang 2.422 km, yang terdiri atas garis pantai di pulau induk mainland Sumatera 1.660 km, di Pulau WehSabang 62 km, dan di Pulau Simeulue 700 km. Ekosistem pesisir dan laut Aceh terdiri dari vegetasi pesisir mangrove dan vegetasi pantai, terumbu karang, dan padang lamun. Identifikasi kondisi dan sebaran ekosistem dilakukan dengan tujuan pengelolaan ekosistem pesisir dan laut secara lestari. Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem penting yang mendukung kehidupan di wilayah pesisir. Selain memiliki fungsi ekologis, hutan mangrove juga memiliki fungsi ekonomis sehingga bila dikelola dengan baik maka akan memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungan itu sendiri. Informasi sebaran ekosistem pesisir dan laut Aceh dapat dilihat pada Gambar II.61 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 83 Gambar II.61. Peta Sebaran Terumbu Karang, Mangrove dan Lamun Provinsi Aceh Sumber : DKP Aceh Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh tahun 2014, diperoleh informasi luas hutan mangrove di Provinsi Aceh mencapai 63.832,99 Ha. Luas tersebut sebagian besar berada di pesisir timur tepatnya di Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang yang mencapai 75 dari luas keseluruhan, selebihnya tersebar di kabupatenkota pesisir barat - selatan serta di beberapa pulau yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Singkil Simeulue, dan Kota Sabang. Selain ekosistem mangrove pada kawasan pesisir terdapat juga vegetasi lainnya seperti kelapa Cocos nucifera , cemara laut Casuarina sp., ketapang Terminalia catappa , waru laut Hibiscus tiliaceus , bintangur Calofilum inofilum , dan Ipomoea pes-caprae . Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 84 Terumbu karang memiliki penyebaran yang cukup luas di Pesisir Timur dan Barat Aceh dan beberapa lokasi kecil di Pesisir Timur Aceh. Sebaran ekosistem terumbu karang berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh tahun 2014 adalah 14.699,66 Ha. Padang lamun menjadi ekosistem perantara antara terumbu karang dan mangrove. Padang lamun yang ada di Aceh terdapat di wilayah kepulauan Banyak di Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue. Luas padang lamun di Aceh data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh tahun 2014 mencapai 218,03 Ha. E.2.1. Terumbu Karang Terumbu karang coral reefs merupakan merupakan organisme yang hidup di dasar laut daerah tropis dan simbiosis dua makhluk hidup yaitu alga penghasil kapur CaCO3 zooxanthellae dan hewan karang yang membentuk formasi kapur yaitu terumbu. Keindahan terumbu karang diperoleh dari pigmen warna alga yang bersimbiosis dengan hewan karang. Alga menyediakan sumber makanan bagi hewan karang dan karbondioksida hasil meabolisme hewan karang digunakan alga untuk berfotosistesis. Terumbu karang juga merupakan ekosistem yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Berdasarkan geomorfologinya, ekosistem terumbu karang dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu terumbu karang tepi fringing reef , terumbu karang penghalang barrier reef , dan terumbu karang cincin a-tolls . Sumber: Edi Rudi Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsyiah dalam www.mongabay.co.id Gambar II.62 Terumbu Karang di Pulau Aceh Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 85 Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal. Untuk mencapai tumbuhan maksimumnya, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu yang hangat, gerakan gelombang yang besar, serta sirkulasi yang lancar dan terhindar dari proses sedimentasi. Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tetap, akan tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan, baik yang berasal dari alam atau aktivitas manusia. Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi. Supriharyono 2000 mengemukakan bahwa karena produktivitas yang tinggi tersebut memungkinkan terumbu karang menjadi tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan dari kebanyakan ikan. Oleh karena itu, secara otomatis produksi ikan di daerah terumbu karang sangat tinggi. Kerangka hewan karang berfungsi sebagai tempat berlindung atau tempat menempelnya biota laut lainnya. Sejumlah ikan pelagis bergantung pada keberadaan terumbu karang pada masa larvanya. Terumbu karang juga merupakan habitat bagi banyak spesies laut. Selain itu, terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi. Ekosistem ini bersifat sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang bersifat non-alami, karena tidak diimbangi dengan regenerasi yang baik dan cepat. Seperti misalnya limbah panas yang dapat meningkatkan suhu air 5-10 C di atas suhu lingkungan normal dapat berpengaruh memutihkan karang Gambar II.63. begitu juga dengan limbah pengerukan yang mengakibatkan kekeruhan yang dapat mengganggu pertumbuhan karang dan biota lain yang habitatnya di sekitar terumbu karang. Sumber : Bruno de Giusti dalam www.terangi.co.id Gambar II.63. Pemutihan Karang Mampu Menghancurkan Koloni Karang Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 86 Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan beracun, misalnya potasium atau kalium sianida, atau dengan bahan peledak, dapat menyebabkan kematian karang atau kerusakan karang secara fisik, yang lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya degradasi terumbu karang. Menyusutnya ekosistem terumbu karang akan berdampak terhadap menurunnya nilai ekonomi aktivitas perikanan dan perannya sebagai gudang plasma nutfah lingkungan lautan. Peta tutupan terumbu karang dan persentase tutupan karang di perairan Aceh Berdasarkan survei kondisi ekosistem terumbu karang di sepanjang wilayah pesisir Aceh dengan metode manta tow dan point transect untuk melihat gambaran umum kondisi ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada Gambar II.64 dan Gambar II.65 Sumber : DKP Aceh Gambar II.64. Peta Tutupan Terumbu Karang Provinsi Aceh Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di perariran Pulau Weh dan pesisir utara Aceh, saat ini jenis yang telah teridentifikasi mencapai 42 genus karang Tabel II.7 dan 343 spesies ikan karang, jumlah tersebut berarti 58 dari jenis karang yang dapat ditemukan di dunia. Terumbu karang merupakan ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati. Enam puluh persen ikan yang dikonsumsi oleh manusia berasosiasi dengan terumbu karang. Selain ikan, hewan benthik lain yang menghuni ekosistem terumbu karang Aceh antara lain lobster Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 87 Panalirus sp dan teripang Holothuria sp. Ikan, lobster dan teripang adalah sumber daya hayati laut yang bernilai ekonomi. Selain untuk konsumsi lokal Aceh, spesies tertentu dari kelompok ini juga diburu sebagai komoditi perdagangan ke luar Aceh. Gambar II.65. Persentasi Tutupan Karang di Perairan Aceh Sumber : DKP Aceh Tabel II.7. Jenis-Jenis Karang yang Telah Teridentifikasi di Provinsi Aceh NO GENERA NO GENERA 1 Porites 22 Lobophyllia 2 Acropora 23 Galaxea 3 Heliopora 24 Fungia 4 Montipora 25 Astreapora 5 Pocillopora 26 Montatrea 6 Millepora 27 Symphyllia 7 Pavona 28 Psammacora 8 Favites 29 Pectinia 9 Coeloseris 30 Merulina 10 Goniastrea 31 Alveopora Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 88 NO GENERA NO GENERA 11 Favia 32 Euphyllia 12 Diploastrea 33 Pachyseris 13 Leptastrea 34 Stylophora 14 Platygyra 35 Plerogyra 15 Coscinaraea 36 Ctenactis 16 Goniopora 37 Anchantastrea 17 Echinopora 38 Turbiaria 18 Cypthastrea 39 Oulophyollia 19 Gardineroseris 40 Leptoria 20 Seriatopora 41 Herpolitha 21 Hydnophora 42 Echinophyllia Kabupaten Aceh Besar merupakan kabupaten yang memiliki kawasan pesisir di pantai barat dan timur Aceh. Kabupaten Aceh Besar memiliki garis pantai sepanjang 343,79 km. Beberapa lokasi terumbu karang dengan tutupan hard coral yang tinggi ditemukan berada di Kecamatan Pulo Aceh yaitu terdapat di Baet Desa Pasi Raya ,Desa Deudap dan di Demit Desa Deudap. Tutupan soft coral dengan juga dijumpai di beberapa lokasi di Kecamatan Pulo Aceh, diantaranya yaitu di Abah Guha Desa Blang Melingge, Desa Deudap, Demit Desa Deudap dan Lhoh Raya Desa Pasi Raya. Kabupaten Aceh Singkil adalah salah satu kabupaten di pesisir barat Aceh yang memiliki kepulauan dengan garis pantai sepanjang 403,39 km. Panjang garis pantai dan luas wilayah kewenangan laut Kabupaten Aceh Singkil merupakan panjang dan luas tertinggi kedua di Provinsi Aceh setelah Kabupaten Simeulue. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Aceh Singkil terletak di Kepulauan Banyak yaitu di Pulau Baguk, Pulau Ujung Batu, Pulau Balai, Pulau Rangit Besar, Pulau Rago-rago, Pulau Tailana, Pulau Lamun, Pulau Orongan, Pulau Sikandang, Pulau Pelambak Besar, Pulau Samut, Pulau Tuangku, Pulau Pabandah, Pulau Bengkaru dan Pulau Batu. Kabupaten Simeulue merupakan salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi Aceh dengan garis pantai terpanjang yaitu 762,23 km. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Simeulue ditemukan hampir di sepanjang pesisir, yaitu di Kecamatan Teluk Dalam, Simeulue Barat, Simeulue Timur, Teupah Selatan dan Simeulue Tengah. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 89 Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten yang terletak di pesisir barat Aceh, dengan panjang garis pantai sepanjang 194,22 km. Berdasarkan data hasil analisis citra satelit Landsat 7ETM, Kabupaten Aceh Selatan juga memiliki ekosistem terumbu karang dengan luas 1.379,80 ha yang tersebar merata di sepanjang garis pantainya.. Kota Sabang merupakan salah satu kota berbentuk kepulauan yang terletak di bagian paling utara dari daratan Provinsi Aceh dan memiliki garis pantai sepanjang 104,65 km. memiliki sebaran ekosistem terumbu karang dan menjadi salah satu andalan utama di sektor pariwisata bahari Provinsi Aceh. Ekosistem terumbu karang di Kota Sabang tersebar merata di sepanjang pesisir serta beberapa pulau kecilnya yang terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Sukakarya dan Kecamatan Sukajaya. Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten di pesisir barat Aceh yang memiliki garis pantai terpanjang dibandingkan kabupaten lainnya yaitu sepanjang 220,46 km. Terumbu karang di Kabupaten Aceh Jaya tersebar di perairan pesisir dan pulau-pulau kecilnya yang berada di Kecamatan Sampoiniet dan Kecamatan Jaya. Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu kabupaten pesisir yang berada di pesisir barat Aceh dengan panjang garis pantainya 47,68 km. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Aceh Barat Daya berada di pesisir Kecamatan Susoh, Setia dan Kecamatan Kuala Batee. Kondisi sumber daya alam pesisir Aceh tahun 2014 dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-19 yang menunjukkan terumbu karang terluas di Aceh terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Besar dengan luas 7.519 Ha 51,15 dan dalam kondisi sangat baik 9,71 , baik 14,56, sedang 11,65 dan rusak 64,08 . Kabupaten Aceh Singkil menempati posisi kedua terluas 2.454 Ha 16,69 dengan kondisi baik 15, sedang 10 dan rusak 75. Posisi ketiga Kabupaten Simeulue 2.064,32 Ha 14,04 dengan kondisi semuanya baik 100. Kabupaten Aceh Selatan posisi keempat dengan luas 1.379,8 Ha 9,39 dan dalam kondisi baik semuanya 100. Kota Sabang yang terkenal dengan pariwisata pesisirnya menempati posisi kelima dengan luas terumbu karang 904,3 Ha 6,15 dan dalam kondisi baik 30,58, sedang 34,97 dan rusak 34,46. Daerah lainnya mempunyai luasan dibawah 5. Mencermati data di atas, ternyata sebagian besar kondisi terumbu karang di Aceh dalam kondisi rusak. Tingkat kerusakan di Aceh Besar mencapai 64,08, Singkil 75 dan Sabang 34,46. Perlu langkah-langkah penyelamatan terumbu karang agar kelestarian terumbu karang dan kesinambungan sumber daya hayati perikanan Aceh tetap terjaga. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 90 Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerusakan terumbu karang yang telah dikembangkan sejak beberapa tahun ini adalah melalui teknologi terumbu karang buatan dan transplantasi karang. Yang disebut terumbu karang buatan adalah habitat buatan yang dibangun di laut dengan maksud memperbaiki ekosistem yang rusak, sehingga dapat memikat jenis-jenis organisme laut untuk hidup dan menetap; biasanya terbuat dari timbunan bahan-bahan, seperti bekas ban mobil, cor-coran semenbeton, bangkai kerangka kapal, badan mobil dan sebagainya. Dalam jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat dengan berbagai bahan seperti struktur beton berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan mencari makan, tempat memijah serta tempat berkembang biak berbagai biota laut dapat kembali terwujud. Langkah lain adalah dengan meningkatkan pengawasan di laut serta sosialisasi terus-menerus terhadap warga pesisir akan pentingnya terumbu karang dalam kehidupan manusia. E.2.2. Padang Lamun Lamun sea grass adalah tumbuhan berbiji tunggal dari kelas angiospermae tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut Bengen, 2004 .Tumbuhan ini hidup di perairan dangkal agak berpasir, dan sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Sama halnya dengan rerumputan di daratan, lamun juga membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih terjangkau oleh sinar matahari dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma , yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 91 Gambar II.66. Berbagai Jenis Lamun sea grass di Perairan Laut Dangkal Sumber : Christian Jay Rayon Nob, BS-Marine Biology Mindanao Sate University- Naawan Campus Padang Lamun merupakan bagian dari ekosistem pesisir yang terdapat diantara mangrove dan terumbu karang. Lamun merupakan tumbuhan sejati yang memiliki akar, buah dan daun. Umumnya ikan-ikan kecil berlindung di habitat lamun dari predator besar. Informasi tentang distribusi dan kelimpahan lamun di Indonesia hingga saat ini masih sangat sedikit, dan demikian juga dengan Aceh. Data atau informasi yang tersedia hanyalah data kualitatif deskriptif yang menyebutkan bahwa ekosistem padang lamun dapat ditemui di perairan sekitar Pulo Aceh Aceh Besar, Pulau Weh, Pulau Simeulue, dan Kepulauan Banyak. Jenis-jenis lamun yang dijumpai adalah Enhalus, Thalassia, Syringodium, Cymodocea , dan Thalassodendrum . Luas dan kerusakan padang lamun di Provinsi Aceh dengan tahun data 2014 dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-20. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, hanya dua kabupaten di Provinsi Aceh yang mempunyai padang lamun yaitu Kabupaten Simeulue dan Kabupaten Singkil. Padang lamun terluas terdapat di Simeulue dengan luas 196.83 Ha 90,28 dan diikuti Kabupaten Singkil 21,2 Ha 9,72. Tidak ada laporan tingkat kerusakan padang lamun di Provinsi Aceh, sehingga dapat dinyatakan kondisi padang lamun Aceh cukup terjaga. Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 92 E.2.3. Hutan Mangrove Hutan mangrove yang sering juga disebut sebagai hutan payau atau hutan pasang surut, merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Terdapat di daerah tropik atau sub tropik di sepanjang pantai yang terlindung dan di muara sungai. Hutan mangrove merupakan ciri khas ekosistem daerah tropis dan sub tropis dan merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah perairan pesisir. Menurut Supriharyono 2000, empat faktor utama yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan mangrove yaitu: a frekuensi arus pasang; b salinitas tanah; c air tanah; dan d suhu air. Keempat faktor tersebut akan menentukan dominasi jenis mangrove yang ada di tempat yang bersangkutan. Secara ekologis hutan mangrove telah dikenal mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Ekosistem hutan mangrove di Provinsi Aceh luasnya mencapai 63.832,99 Ha yang banyak di wilayah pesisir timur terutama Aceh Timur, Aceh Tamiang dan Kota Langsa. Saat ini terdapat 31 jenis mangrove yang teridentifikasi di Aceh dengan kondisi rata-rata kerapatan pohon mencapai 1.811 indha . Peta kerapataaan mangrove di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Gambar II.67. Jenis mangrove yang paling dominan ditemukan di Aceh yaitu Rhizopora apiculata . Spesies tersebut ditemukan sebanyak 31 kali dari 58 lokasi pengamatan di 14 kabupatenkota Provinsi Aceh. Selain itu Sonneratia caseolaris dan Rhizopora mucronata adalah jenis mangrove yang juga banyak ditemukan sebarannya di Provinsi Aceh Jenis-jenis lain berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh tahun 2010, telah teridentifikasi 31 jenis mangrove yang tersebar di pesisir Provinsi Aceh. Jenis-jenis mangrove yang tersebar di 17 kabupatenkota tersebut dapat dilihat pada Tabel II.8. Gambar II.67. Peta Kerapatan Mangrove di Provinsi Aceh Sumber : DKP Aceh Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 93 Gambar II.68. Hamparan Pohon Mangrove di Kota Langsa Tabel II.8 Jenis-jenis Mangrove di Provinsi Aceh No Jenis No Jenis No Jenis 1 Aegiceras corniculatum 12 Carbera manghas 23 Rhizophora mucronata 2 Aegiceras floridum 13 Ceriops tagal 24 Rhizophora stylosa 3 Avicennia alba 14 Dolichandrone spathacea 25 Rizhophora apiculata 4 Avicennia marina 15 Excoecaria agallocha 26 Scaevola taccada 5 Avicennia officinalis 16 Hibiscus tiliaceus 27 Scyphiphora hydrophyllacea 6 Barringtonia asiatica 17 Lumnitzera littorea 28 Sonneratia alba 7 Bruguiera agallocha 18 Melastoma candidum 29 Sonneratia caseolaris 8 Bruguiera cylindrica 19 Nypa fruticans 30 Xylocarpus granatum 9 Bruguiera gymnorhiza 20 Pandanus tectorius 31 Xylocarpus molluccensis 10 Bruguiera sexangula 21 Phoenix palludosa 11 Bruguira cylindrica 22 Rhizophora apiculata Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, 2010 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 94 Kabupaten Aceh Timur memiliki hutan mangrove terluas pertama di Provinsi Aceh. Vegetasi mangrove dengan kategori pohon di Kabupaten Aceh Timur tersebar di 4 kecamatan yaitu di Kecamatan Simpang Ulim, Birem Bayeun, Bekah dan Rantau Selamat. Jenis mangrove yang ditemui di Bekah ini antara lain Avicennia alba , Avicennia marina , Excoecaria agallocha , Lumnitzera littoria , Rhizophora apiculata , Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba . Jenis mangrove yang terdapat di Arakundo Kecamatan Simpang Ulim dan Bayeun Kecamatan Birem Bayeun antara lain Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatum . Kabupaten Aceh Tamiang adalah salah kabupaten pesisir yang dikenal memiliki hutan mangrove terluas kedua di Provinsi Aceh. Jenis mangrove kategori pohon di Kecamatan Seruway antara lain Aegiceras corniculatum , Avicennia alba , Avicennia officinalis , Bruguiera cylindrica , Bruguiera parviflora , Bruguiera sexangula , Excoecaria agallocha , Nypa fruticans , Rhizophora apiculata , Sonneratia alba , Sonneratia caseolaris dan Xylocarpus granatum . Vegetasi mangrove di daerah Sungai Yu Kecamatan Bendahara antara lain Rhizophora apiculata , Excoecaria agalocha dan Bruguiera sexangula . Di Kecamatan Manyak Payed dapat ditemukan jenis mangrove Avicennia officinalis , Bruguiera cylindrica , Ceriops tagal , Rhizophora apiculata , Rhizophora mucronata , Scyphiphora hydrophyllacea dan Brugiera gymnorrhiza . Vegetasi mangrove di Simelulue terdapat di beberapa tempat Mangrove di Desa Luan Balu Kecamatan Teluk Dalam adalah Rhiz. ophora apiculata dan di Desa Babang Kecamatan Simeulue Timur yaitu Rhizophora stylosa dan Carbera manghas, di Desa Sepoyan Kecamatan Simeulue Timur yang didominasi oleh Sonneratia alba sedangkan yang terdapat di Desa Batu Batu Kecamatan Simeulue adalah Sonneratia caseolaris . Vegetasi mangrove di Desa Bulu Hadek dan Luan Balu Kecamatan Teluk Dalam adalah Rhizophora apiculata dan di Desa Air Pinang Kecamatan Simeulue Timur adalah Acrostichum aureum . Jenis mangrove yang mendominasi di Kabupaten Aceh Singkil adalah Rhizophora apiculata dan Sonneratia caseolaris. Jenis mangrove Sonneratia caseolaris terdapat di Desa Ujung Bawang Kecamatan Singkil Utara dan di Desa Pancang Dua Kecamatan Singkil Timur. Di Desa Haloban Kecamatan Pulau Banyak Barat terdapat jenis Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, Acrostichum aureum dan Xylocarpus granatum. Sebaran vegetasi mangrove di Kota Langsa dapat ditemukan di yaitu Kecamatan Langsa Kota dan Kecamatan Langsa Barat dengan jenis Bruguiera gymnorrhiza , Ceriops tagal dan Rhizophora apiculata Vegetasi mangrove di Kabupaten Aceh Selatan tersebar di beberapa wilayah yaitu di Kecamatan Pasie Raja, Kluet Selatan, Trumon, Bakongan Timur dan Labuhan Haji. Mangrove jenis Sonneratia caseolaris tersebar di empat desa yaitu Ujung Padang Asahan, Pasie Lembang, Keude Trumon dan Ujung Pulo Rayeuk Kecamatan Trumon. Vegetasi jenis mangrove ikutan di Kabupaten Aceh Selatan adalah Acrostichum aureum, Acrostichum Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 95 speciosum, Melastoma candidum, Stachytarpheta jamaicensis, Pandanus tectorius, Scaevola taccada dan Barringtonia asiatica Vegetasi mangrove di Kabupaten Aceh Barat tersebar di Kecamatan Samatiga yaitu di Desa Kuala Bubon, Gampong Teungoh dan Suak Timah. Jenis mangrove kategori pohon di Desa Gampong Teungoh tersebut antara lain Bruguiera sexangula , Rhizophora apiculata , Scaevola taccada, Xylocarpus granatum dan Scaevola taccada . Jenis mangrove di Desa Suak Timah diantaranya yaitu Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata . Vegetasi mangrove yang dijumpai di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga adalah jenis Sonneratia caseolaris, Rhizophora apiculata, Acrostichum aureum dan Lumnitzera littorea . Sebaran vegetasi mangrove di Kabupaten Aceh Besar terdapat di Kecamatan Mesjid Raya dan Kecamatan Leupung. Jenis mangrove pada Desa Lamreh Kecamatan Mesjid Raya antara lain Excoecaria agallocha , Rhizophora apiculata dan Nypa fructicans, sedangkan di Desa Meunasah Mesjid Kecamatan Leupung, yaitu pada spesies Sonneratia caseolaris . Jenis mangrove yang dapat dijumpai di Desa Ladong antara lain Scyphiphora hydrophyllacea , Bruguera cylindrica , Rhizophora apiculata , Avicennia officinalis dan Excoecaria agallocha . Vegetasi mangrove di Kabupaten Pidie terdapat di dua kecamatan yaitu Kecamatan Muara Tiga dan Kecamatan Kembang Tanjong. Jenis mangrove di Desa Tari Kecamatan Kembang Tanjong antara lain Avicennia alba , Avicennia officinalis , Bruguiera agallocha , Rhizophora apiculata , Rhizophora mucronata , Scyphiphora hydrophyllacea , Sonneratia alba , Xylocarpus granatum, Xylocarpus molluccensis dan Deris trifoliate . Mangrove di Desa Laweung Kecamatan Muara Tiga yaitu jenis Avicennia officinalis , Rhizophora mucronata , Sesuvium portulacastrum dan Sonneratia alba . Kabupaten Aceh Utara memiliki vegetasi mangrove yang tersebar di beberapa kecamatan antara lain yaitu di Kecamatan Muara Batu, Tanah Pasir, Tanah Jambo Aye dan dan Dewantara. Mangrove di Desa Mane Kecamatan Muara Batu adalah Nypa fruticans , Hibiscus tiliaceus , Nypa fruticans dan Sonneratia caseolaris . Mangrove di Desa Geukuh Kecamatan Dewantara antara lain Hibiscus tiliaceus , Sonneratia caseolaris dan Pandanus sp . Jenis mangrove yang terdapat di Desa Jambo Aye antara lain Avicennia marina , Bruguiera cylindrica , Ceriops tagal dan Rhizophora apiculata . Vegetasi mangrove di Desa Keuretoe Kecamatan Tanah Pasir dan di kecamatan Tanah Jambo Aye antara lain Acanthus ilicifolius , Poaceae , Acrostichum aureum , Avicennia alba , Avicennia marina dan Rhizophora mucronata . Sebaran ekosistem mangrove di Kabupaten Bireuen terdapat di Kecamatan Kecamatan Jangka. Jenis mangrove kategori pohon yang ditemui di lokasi tersebut antara lain Hibiscus tiliaceus , Pandanus sp , Sonneratia caseolaris, Acanthus ilicifolius , Acrostichum aureum , Poaceae dan Rhizophora apiculata . Kabupaten Aceh Barat Daya terdapat tiga kecamatan di wilayah pesisir yang memiliki vegetasi mangrove diantaranya Kecamatan Setia, Kuala Batee dan Manggeng. Jenis Sonneratia caseolaris terdapat di Desa Ujong Tanoh Kecamatan Setia dan Desa Sejahtera Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 96 Kecamatan Manggeng. Mangrove yang terdapat di Desa Lama Muda Kecamatan Kuala Batee adalah Rhizophora apiculata . Kabupaten Aceh Jaya mempunyai mangrove yang terdapat di Desa Kuala Unga dan Desa Lambeso Kecamatan Jaya . Jenis mangrove yang ada adalah Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris, Sesuvium portulacastrum, Acrostichum speciosum dan Phoenix palludosa . Sebaran ekosistem mangrove di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Meurah Dua dan Kecamatan Ulim. Jenis mangrove yang dapat dijumpai di lokasi ini antara lain Avicennia alba , Avicennia officinalis dan Nypa fruticans . Vegetasi mangrove di Kecamatan Meurah Dua yaitu jenis Sonneratia caseolaris . Rhizophora mucronata , Rhizophora apiculata , Acanthus ilicifolius , Avicennia alba dan Poaceae. Kota Banda Aceh merupakan salah satu kabupatenkota pesisir yang memiliki sebaran vegetasi mangrove dengan luas yang relatif kecil. Vegetasi mangrove dapat dijumpai di salah satu desanya yaitu Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala antara lain Avicennia marina , Avicennia officinalis , Rhizopora mucronata , Rhizophora Stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Aegiceras floridum dan Rhizophora Apiculata . Vegetasi mangrove di Kota Sabang tersebar di beberapa desa di dua kecamatan yaitu Kecamatan Sukajaya Desa Jaboi dan Balohan dan Sukakarya Desa Iboih dan Krueng Raya. Jenis vegetasi mangrove yang tersebar terdiri dari Avicennia alba, Avicennia marina, Avicennia officinalis, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris. Sebaran vegetasi mangrove di Kota Lhokseumawe terdapat di Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Syamtalira Bayu. Jenis mangrove kategori ini yang terdapat di dua lokasi tersebut antara lain Rhizophora mucronata , Sonneratia alba , Avicennia marina , Bruguiera cylindrica , Avicennia officinalis , Rhizophora apiculata dan Avicennia alba . Informasi tentang luas dan kerapatan hutan mangrove di Provinsi Aceh tahun 2014 dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-21. Kabupaten Aceh Timur memiliki area mangrove terluas pertama di Provinsi Aceh dengan luasan 25.437 Ha 39,85, kemudian Kabupaten Aceh Tamiang di urutan kedua terluas dengan luas 22.677 Ha 35,52, ketiga terluas di Kabupaten Simeulue dengan luas 3.746, 42 Ha 5,87. Kabupaten Aceh Singkil dengan luas mangrove 3.141 Ha 4,92 berada di urutan keempat dan Kota Langsa 2.646,1 Ha 4,14 berada di urutan kelima. Kabupaten lainnya menyusul dengan luasan mangrove kurang dari 4 dari luasan total mangrove di Aceh. Tidak tersedia data untuk persentasi tutupan lahan dan kerapatan mohon mangrove di Aceh. Data tersebut sebenarnya sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati di suatu tempat dan tingkat kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di kawasan pesisir mangrove di Aceh umumnya disebabkan oleh alih fungsi lahan konversi ke perkebunan, tambak, pemukiman, kawasan industri, wisata Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 97 dll. dan penebangan liar untuk bahan baku arang, kayu bakar dan bahan bangunan. Untuk mengembalikan hutan mangrove ke fungsinya semula, maka perlu dilakukan konservasi di lahan-lahan yang telah mengalami kerusakan lingkungan. Gambar II.69. Penebangan Liar Mangrove dan Dapur Arang di Kabupaten Aceh Tamiang F. IKLIM Provinsi Aceh memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau dan musim penghujan bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt Fergusson wilayah Aceh termasuk pada tipe iklim tropis. Berdasarkan pantauan dari 3 stasiun klimatologi yaitu stasiun Blang Bintang Aceh Besar, Sabang, dan Meulaboh Aceh Barat, musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari dan musim kemarau pada bulan Februari sampai Juli. Dari ketiga stasiun klimatologi tersebut, gambaran kondisi iklim wilayah Aceh adalah sebagai berikut : a. Stasiun Blang Bintang : curah hujan rata-rata 1.250 – 2.000 mmtahun, dengan hari hujan rata-rata 13 haribulan, suhu udara rata-rata berkisar 25 – 28 o C, kelembaban nisbi rata-rata 69 – 90 , serta kecepatan angin 2,0 – 4,0 knot. b. Stasiun Sabang : curah hujan rata-rata 2.000 – 2.500 mmtahun, dengan hari hujan rata-rata 7 haribulan, suhu udara rata-rata berkisar 26 – 27,5 o C, kelembaban nisbi rata-rata 73 – 86 , serta kecepatan angin 3,0 – 11,0 knot. c. Stasiun Meulaboh : curah hujan rata-rata 2.500 – 3.500 mmtahun, dengan hari hujan rata-rata 17 haribulan, suhu udara rata-rata berkisar 21 – 31 o C, kelembaban nisbi rata-rata 69 – 96 , serta kecepatan angin 5,0 – 7,0 knot. Berdasarkan tipe curah hujan menurut Schmidt and Fergusson 1951, Aceh yang memiliki tiga wilayah yaitu Barat, Tengah dan Timur memiliki lima tipe curah hujan yaitu A Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 98 sangat basah, B basah, C agak basah, D sedang dan E agak kering. Tipe A penyebarannya di Kabupaten Aceh Selatan, Sabang, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Tengah, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Tipe B penyebarannya di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Timur dan Bener Meriah, sedangkan Kabupaten Simeulue mempunyai tipe C. Kabupaten Aceh Utara memiliki tipe D dan Kota Lhokseumawe, Aceh Jaya, Aceh Singkil dan Gayo Lues memiliki tipe E. Curah hujan rata-rata bulanan dan suhu udara rata-rata bulanan di Provinsi Aceh Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel SD-22 dan Tabel SD-23 pada Buku Data SLHD Provinsi Aceh 2014. Gambar II.70. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Provinsi Aceh Tahun 2014 Curah hujan rata-rata bulanan di Provinsi Aceh pada Tahun 2014 berdasarkan data dari BMKG stasion meteorologi Banda Aceh disajikan pada Gambar II.70 Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November 2014 dengan jumlah 511,0 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret 2014 dengan jumlah 7,0 mm. Dari gambar grafik diketahui penurunan jumlah curah hujan dimulai pada bulan Februari hingga bulan Juli 2014 menunjukkan proses terjadinya musim kemarau di Aceh. Curah hujan mulai naik di bulan Agustus 2014 hingga bulan Januari 2014 dan memperlihatkan berlangsungnya musim hujan di Aceh. Puncak musim kemarau terjadi pada bulan Maret 2014 dan puncak musim hujan terjadi pada bulan November 2014. 142,5 87,6 7,0 112,0 78,0 69,3 33,1 133,5 141,1 466,5 511,0 483,1 100 200 300 400 500 600 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES C U R A H H U J A N BULAN CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN mm di PROVINSI ACEH TAHUN 2014 JUMLAH mm Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 99 Gambar II.71. Jumlah Hari Hujan di Provinsi Aceh Tahun 2014 Jumlah hari hujan yang terjadi di Provinsi Aceh pada tahun 2014 disajikan pada Gambar II.71 jumlah hari terbanyak turun hujan terjadi di bulan Desember 2014 24 hari dan terkecil pada bulan Februari 2014 6 hari. Bulan-bulan yang banyak turun hujan adalah pada bulan Mei, Oktober, November dan Desember 2014, sedangkan bulan-bulan yang sedikit turun hujan terjadi pada bulan Februari dan Maret 2014. Gambar II.72. Suhu Rata-Rata Bulanan di Provinsi Aceh Tahun 2014 12 6 8 14 18 12 14 12 17 23 20 24 5 10 15 20 25 30 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES J U M L A H H A R I BULAN JUMLAH HARI HUJAN DI PROVINSI ACEH TAHUN 2014 HARI HUJAN 25,7 26,0 27,0 27,3 27,8 29,0 29 27,3 26,8 26,2 26,5 26,4 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES S U H U U D A R A BULAN SUHU RATA-RATA BULANAN oC di PROVINSI ACEH TAHUN 2014 SUHU oC Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 100 Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Aceh dalam derajat celcius disajikan pada Gambar II.72 suhu tertinggi terdapat di bulan Juni dan Juli dengan rata-rata 29 o C dan suhu terendah pada pada bulan Januari dengan suhu rata-rata 25 o C. Bulan Okober sampai dengan bulan Desember dimana sedang berlangsung musim hujan, suhu udara cenderung stagnan di kisaran 26 o C, sedangkan di musim kemarau pada bulan Maret sampai bulan Mei, suhu udara rata-rata pada kisaran 27 o C. Mencermati data-data curah hujan, hari hujan dan suhu rata-rata bulanan dari ketiga gambar di atas, dapat menjadikan panduan bagi pihak terkait untuk mengambil suatu kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan. Waktu masuknya musim kemarau yang dimulai di bulan Februari dengan indikasi jumlah curah hujan dan hari hujan yang menurun serta suhu udara yang meningkat, harus menjadi panduan bagi Dinas Pertanian, PDAM , Dinas Perkebunan dan Dinas Pengairan serta pihak lainnya untuk menjaga ketersediaan air bagi masyarakat untuk berbagai keperluan. Sedangkan di bulan September hingga Desember dimana curah hujan dan hari hujan meningkat, perlu kewaspadaan bagi daerah-daerah rawan banjir dan longsor untuk mempersiapkan daerah sedini mungkin dalam mengantisipasi terjadinya bencana. Badan Lingkungan Hidup, Badan Penanggulangan Bencana dan Pemerintah Daerah perlu mensosialisakan ke masyarakat kesiagaan menghadapi bencana. Disisi lain, peralihan musim pancaroba dari musim kemarau menuju musim hujan yang umumnya terjadi di bulan Januari hingga Februari, harus diwaspadai dari segi kesehatan karena umumnya pada saat ini banyak terjadi kasus penyakit demam berdarah dan cikungunya. Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup perlu memberikan arahan bagi masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan agar perkembangan nyamuk demam berdarah dan cikungunya dapat ditekan sekecil mungkin. Gambar II.73. Perubahan Suhu Rata-Rata Dunia dari Tahun 1880-2000-an Sumber : https:rovicky.wordpress.com Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 101 Perubahan iklim yang telah terjadi di dunia juga telah mempengaruhi suhu udara di Indonesia. Laju perubahan suhu udara kota-kota di Indonesia menunjukkan kenaikan maksimum lebih dari 1 derajat celsius dalam 10 tahun. Dari analisis data iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang diambil tahun 1983-2003, kenaikan suhu udara per 10 tahun ternyata 0,036 derajat Celsius - 1,383 derajat celsius. Suhu udara rata-rata tertinggi di Aceh saat ini telah mencapai 29 o C yang terjadi di bulan Juni dan Juli. Diperkirakan bila tidak ada upaya menahan laju perubahan iklim, maka pada tahun-tahun mendatang Aceh akan mempunyai suhu rata-rata melebihi suhu yang sekarang, artinya bumi Aceh akan semakin panas. Untuk itu sangat diperlukan upaya serius dari semua pihak di Aceh dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

G. BENCANA ALAM

Kondisi Bencana Alam di Aceh Bencana alam bukanlah ancaman utama bagi manusia, namun bencana alam seperti gempa bumi bisa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa yang luar biasa karena bencana alam tidak bisa diprediksi kapan terjadi Wisner et.al., p.3, 2004. Berdasarkan data dari UN- Habitat hal. vi, 2007, jumlah bencana alam diseluruh dunia sejak tahun 1975 telah mengalami peningkatan yang sangat signifikan terutama di kawasan Afrika. Di Asia sendiri telah terjadi 642 gempa bumi dan tsunami sejak tahun 1900 sampai 2012 dimana jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 1,500,000 jiwa. Masyarakat Aceh juga telah merasakan dampak bencana alam gempa bumi dan Tsunami pada tahun 2004 lalu. Untuk tahun 2014, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh, seperti yang tercantum pada Buku Data Tabel BA-1 tentang Bencana Banjir, Korban dan Kerugian, setidaknya terdapat 6 enam kabupaten yang mengalami bencana banjir banjir genangan dan banjir bandang dengan jumlah korban mengungsi mencapai 71228 orang. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Aceh Utara dengan jumlah korban mengungsi mencapai 273 orang, sementara Kabupaten Aceh Barat mencatatkan jumlah korban mengungsi yang paling banyak yakni mencapai 62722 orang, Kabupaten Aceh Besar mencapai 1782 orang, Kabupaten Aceh Singkil mencapai 715 orang, Kabupaten Aceh Jaya mencapai 5592 orang dan Kabupaten Aceh Tenggara dengan jumlah korban pengungsian paling rendah yakni 94 orang. Terkait dengan bencana kekeringan, berdasarkan data dari BPBA yang tercantum dalam Buku Data Tabel BA-2, Provinsi Aceh tidak mengalami bencana kekeringan sehingga tidak diperoleh total area yang mengalami bencana tersebut dan kerugian yang ditimbulkannya. Begitu pula dengan bencana kebakaran hutanlahan Buku Data Tabel BA-3 yang tidak terjadi di Provinsi Aceh sehingga luasan hutanlahan yang terbakar dan kerugiannya tidak bisa didapatkan. Sementara untuk bencana alam tanah longsor dan gempa Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 102 bumi Buku Data Tabel BA-4, tercatat hanya 1 satu kabupaten saja di Provinsi Aceh yang mengalami tanah longsor, banjir dan angin topan yakni Kabupaten Aceh Jaya dengan jumlah korban jiwa yang mengungsi mencapai 8910 orang. Berbagai jenis bencana alam yang terjadi tentunya harus ditangani dengan manajemen bencana alam yang baik. Viljoen Booyseen S87, 2006 di dalam artikelnya memberikan pengertian bahwa manajemen bencana adalah program dan usaha yang didesain untuk mencegah, memitigasi, mempersiapkan, merespon dan merekoveri dari dampak-dampak berbagai jenis bencana dimana bencana dilihat sebagai refleksi fundamental dari kehidupan. Maka dari itu, Pemerintah Aceh perlu memiliki Manajemen Bencana yang baik yang saling terintegrasi dengan berbagai sektor lain seperti sektor sosial, infrastruktur dan perencanaan. Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 103

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

A. KEPENDUDUKAN

Provinsi Aceh terletak antara 01o 58 37,2 - 06o 04 33,6 Lintang Utara dan 94 o 57 57,6 - 98o 17 13,2 Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 2012 Provinsi Aceh dibagi menjadi 18 Kabupaten dan 5 kota, terdiri dari 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.493 gampong atau desa. Batas-batas wilayah Provinsi Aceh, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Satu-satunya hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera Utara, sehingga memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan Provinsi Sumatera Utara. Luas Provinsi Aceh 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha, sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha. Lokasi suaka alamobjek wisata alam di Provinsi Aceh ada di sembilan lokasi, yaitu Taman Buru Linge Isaq, Cagar Alam Serbajadi, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Wisata dan Taman Laut Pulau Weh Sabang, Cagar Alam Jantho, Hutan untuk Latihan Gajah PLG, Taman Wisata Laut Kepulauan Banyak, dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Propinsi Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia menurut data statistik tahun 2014 DE-1, memiliki jumlah penduduk sebesar 4,811,133 jiwa, dengan luas wilayah 57,949 km2. Pertumbuhan penduduk sebesar 2,10 dan tingkat kepadatan sebesar 85 jiwakm2. Kepadatan penduduk Aceh pada tahun 2013 tercatat sekitar 85 jiwa lebih meningkat di banding 2012 sebesar 81 jiwaKm2. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan 4 jiwaKm2. Kepadatan tertingggi terjadi di Kota Banda Aceh sebesar 4,275 jiwakm2. Sedangkan pertumbuhan jumlah penduduk terbesar dimiliki oleh kabupaten Aceh Tenggara yaitu sebesar 2,53 dengan luas 4,170 km2, wilayah terluas dimiliki oleh Kabupaten Aceh Timur ; 6.041 km2. Kabupaten dengan pertumbuhan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Sabang dengan pertumbuhan penduduk hanya 1,23 dengan luas 122 km2. Kabupatenkota dengan kepadatan penduduk terkecil adalah Kabupaten Gayo Lues dengan kepadatan penduduk 15 jiwaKm2. Data statistisk penduduk miskin Aceh 2014 adalah 881,26 ribu jiwa sekitar 18.05 persen dari jumlah penduduk Aceh.