INDUSTRI TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 115
Catatan : 1. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap
parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk minyak sawit CPO. 3. Nitrogen Total adalah jumlah Nitrogen Organik + Amonia Total + NO3 + NO2
1. PT. Dynea Mugi Indonesia
PT. Dynea Mugi Indonesia berlokasi di Kota Langsa bergerak di bidang industri lem urea. Perusahaan ini mengasilkan BOD sejumlah 6 mgl dan jumlah ini masih dibawah kadar
maksimum BOD yang ditentukan. Untuk limbah cair TSS juga berada dibawah kadar maksimum yakni mencapai 17,84 mgl. Jumlah Ph yang dihasilkan berjumlah 7,72 dan masih
berada di bawah ketentuan maksimal sedangkan untuk Total N berjumlah 0,009 dan juga berada dalam posisi yang normal.
2. PT. Socfindo Sei Liput
PT. Socfindo Sei Liput berlokasi di Kabupaten Aceh Tamiang yang memproduksi CPO. Beberapa parameter menunjukkan bahwa beban limbah yang dihasilkan sudah melebihi
ambang batas yang ditentukan. Untuk BOD berjumlah 139 mgl sementara yang diperbolehkan maksimal adalah 100 mgl. Untuk COD juga melebihi ambang batas,
seharusnya maksimal 300 mgl namun berjumlah 620,54 mgl. Untuk TSS berjumlah 415 mgl juga melebih kadar maksimum 250 mgl. Untuk jumlah minyak dan lemak mencapai
8,41 mgl dan ini masih dibawah kadar maksimum yang ditentukan. Untuk Jumlah Ph yang dihasilkan masih berada di batas normal yakni berjumlah 8,41 mgl. Sedangkan untuk total N
mencapai 40,85 mgl dan ini belum mencapai kadar maksimum yang ditentukan. 3.
PT. Pupuk Iskandar Muda PIM Industri yang berlokasi di Kabupaten Aceh Utara memproduksi pupuk urea. Jumlah BOD yang
diukur mencapai 92 mgl dan masih dibawah standar baku mutu. Untuk COD tercatat jumlah mencapai 13 dan ini jauh dibawah standar maksimum baku mutu. Sementara TSS tercatat
jumlah 0,1 dan juga tercatat jauh dibawah standar maksimum baku mutu yang ditentukan. Minyak dan lemak mencapai 0,04 dan sangat memenuhi baku mutu. Untuk jumlah Ph
tercatat 8,57 dan masih dalam batas normal. Untuk total N berjumlah 474,25. Jumlah ini sangat tinggi sekali karena batas kadar maksimum yang ditentukan adalah 50 mgl.
4. PT. Syaukat Sejahtera
Industri yang berlokasi di Kabupaten Bireuen yang bergerak di bidang industri CPO. Untuk BOD memperoleh hasil 393 mgl dan jumlah ini nyaris 3 kali lipat lebuh tinggi dari kadar
maksimum yang telah ditentukan. Jumlah COD yang dihasilkan limbah cari perusahaan ini
Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 116
mencapai 829,92 mgl. Jumlah ini jauh melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan oleh UU yakni 350 mgl. Jumlah TSS yang dihasilkan limbah cair perusahaan ini mencapai 130,3
mgl, sementara ambang batas maksimum adalah 250 mgl. Sedangkan untuk minyak dan lemak yang dihasilkan adalah 0,1, jumlah ini jauh lebih kecil dari yang diperbolehkan.
Jumlah beban limbah untuk parameter Ph tercatat sebesar 8,58 mgl atau masih termasuk dalam batas yang wajar. Sementara untuk untuk Total-N tidak ada data tersedia.
5. PT. Karya Tanah Subur
PT. Karya Tanah Subur di Kabupaten Aceh Barat bergerak di bidang industri CPO. Perusahaan ini hanya memiliki 2 jenis data beban limbah yakni BOD dan Ph. Untuk beban limbah BOD
tecatat sejumlah 1.846 mgl atau 18 kali lebih banyak dari batas dari kadar maksimum yang telah ditentukan. Sementara untuk Ph mencapai 7,2 mgl atau masih dalam batas kewajaran.
6. PT. Socfindo Seunagan
Perusahaan ini berlokasi di Kabupaten Nagan Raya yang bergerak di bidang industri CPO. Jumlah beban limbah BOD yang dihasilkan berjumlah 264 mgl. Jumlah ini hampir 2x lipat
melebih kadar maksimum yang diperbolehkan. Jumlah COD yang diperoleh mencapai 1308,15 mgl atau hampir 4x lipat kadar maksimum yang diperbolehkan. Sedangkan untuk
TSS mencapai 250 mgl. Jumlah ini adalah batas kadar maksimum yang diizinkan. Untuk beban limbah minyak dan lemak mencapai 0,4 mgl atau jauh dibawah kadar maksimum
yang diperbolehkan. Untuk beban limbah Ph masih dalam kadar yang bisa diizinkan yakni mencapai 8,34 mgl, sedangkan untuk beban limbah Total-N mencapai 79,37 mgl. Jumlah ini
sudah melebihi ambang batas yang ditentukan oleh UU. 7.
PT. Sisirau Perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Aceh Tamiang ini juga bergerak di bidang industri
CPO. Jumlah limbah cair BOD yang dihasilkan oleh perusahaan ini mencapai 196 mgl, jumlah ini lebih besar 96 mgl dari yang ditentukan. Beban limbah cair COD berjumlah 2763,36 mgl.
Jumlah ini sangat jauh di atas maksimum ketentuan yang diperbolehkan. Beban limbah cair TSS mencapai jumlah 1030 mgl, jumlah ini juga lebih besar 4 kali lipat dibandingkan jumlah
maksimum TSS yang diperbolehkan. Beban limbah untuk minyak dan lemak berjumlah 3,2 mgl, jumlah ini masih dibawah batas maksimum. Beban limbah Ph sebesar 8,37 mgl.
Jumlah ini masih bisa ditoleransi walaupun nyaris mendekati ambang batas yang ditentukan. Sedangkan untuk parameter terakhir yakni Total-N berjumlah 260,27 mgl. Jumlah ini 5 kali
lipat lebih banyak dari batas jumlah maksimum yang diperbolehkan.
Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 117
Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan limbah terutama limbah B3 melebihi ambang batas maksimal yang telah ditentukan wajib menjadi perhatian serius pemerintah
karena jika tidak ditangani sesuai dengan prosedur dapat memberikan dampak baik langsung tidak ataupun tidak langsung terhadap lingkungan dan bahkan terhadap kelangsungan hidup
manusia. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap isu- isu yang terkait dengan limbah ini. BAPEDAL Aceh adalah salah satu institusi pemerintah
provinsi memiliki Subbidang Pencemaran dan pengelolaan B3 dan Limbah B3 yang terdapat dalam Bidang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Subbidang Pencemaran dan
pengelolaan B3 dan Limbah B3 pada Bidang AMDAL juga menjalankan fungsi tersebut, antara lain dapat dirinci sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pengendalian dan pencegahan pencemaran air, tanah dan udara; 2. Pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
3. Pelaksanaan evaluasi lingkungan dari pencemaran dan limbah bahan berbahaya dan beracun; dan
4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di Subbidang Pencemaran dan pengelolaan B3 dan Limbah B3.
Pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan usaha baik berupa industri maupun kegiatan lainnya dapat dilakukan dengan melakukan uji petik terhadap laporan yang masuk
ke Bidang AMDAL dan juga dengan melakukan koordinasi dngan instansi terkait baik ditingkat Provinsi Aceh maupun tingkat KabupatenKota. Sehingga pelaksanaan pengawasan dan
pengendalian dapat berlangsung secara terpadu dan hasil yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.