Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 129
menjadi penting karena dapat dilihat semua yang menjadi kewajiban pelaku usaha yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar.
Dari kegiatan pengawasan yang telah dilakukan oleh Bapedal Aceh terhadap dokumen lingkungannya berupa Dokumen Amdal, UKL-UPL serta SPPL, masih terdapat
pelaku usaha yang belum memiliki dokumen lingkungan, masih terdapat pelaku usaha yang belum rutin melaporkan kegiatan berupa pemantauan dan pengelolaan lingkungan seperti
yang terdapat dalam dokumen lingkungan kegiatannya. Namun terdapat juga pelaku usaha yang
sudah melakukan
beberapa kewajiban
terhadap ingkungan
tapi belum
menindaklanjutinya berupa pelaporan semester. Dari 24 usahakegiatan yang dilakukan pengawasan di Aceh, sebagian
usahakegiatan masuk kategori baik dalam hal pemenuhan dokumen izin lingkungan dan pengelolaan lingkungan. Namun masih terdapat beberapa usahakegiatan yang terkendala
dengan tidak ada dokumen, blm ada izin pembuangan air limbah, Belum ada izin pengambilan air permukaan. Namun ada juga perusahaan yang tidak dapat menunjukkan
dokumen yang menyangkut perizinan sehingga dibuat BAP Penolakan Tim tidak diterima perusahaan seperti yang tertera dalam Buku Data Tabel UP-4.
C. Penegakan Hukum
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan mandat kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan aparat penegak hukum seperti Penyidik PPNS LH dan POLRI, Jaksa dan Hakim untuk mendayagunakan instrumen
penegakan hukum lingkungan, baik melalui penerapan sanksi administratif, penegakan hukum perdata penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar dan melalui pengadilan dan
penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dalam konteks hukum lingkungan bersifat
ultimum remedium
. Dimana instrumen pidana merupakan solusi terakhir atas kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh orang orang perseorangan danatau badan usaha
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Hukum lingkungan juga mendayagunakan hukum administrasi dan hukum perdata sebagai alat untuk meminimalisir
kejahatan lingkungan. Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pemerintah dan
pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk menindaklanjuti pengaduan lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya. Tindak lanjut pengaduan lingkungan tersebut
dilakukan melalui tahapan inventarisasi dan klarifikasi pengaduan lingkungan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran danatau Perusakan Lingkungan Hidup. Dari pengaduan lingkungan bisa saja berlanjut
Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 130
kepada sengketa lingkungan hidup setelah dilakukan verifikasi oleh instansi yang berwenang di bidang lingkungan hidup.
Status Pengaduan Masyarakat
Pada tahun 2014 terdapat 30 masalah pengaduan lingkungan Buku Data Tabel UP- 5, kasus ini lebih sedikit dibandingkan pada tahun sebelumnya tahun 2013. Hal ini karena
tidak semua kabupatenKota tersedia data. Sebagian merupakan permasalahan lingkungan yang sama dengan tahun 2013. Permasalahan lingkungan yang diadukan masyarakat terdiri
dari 4 jenis pengaduan masalah lingkungan di Aceh yaitu tidak ada izin lingkungan, pencemaran, galian C dan masalah sampah.
Pemerintah Aceh telah menindak lanjuti pengaduan masyarakat dengan mengklarifikasi terhadap dugaan kerusakan lingkungan tersebut ke lapangan. Dari 30
pengaduan masalah oleh masyarakat tersebut, jenis masalah pencemaran mendominasi pengaduan masyarakat di Aceh, yaitu sebanyak 25 Pengaduan. Adapun pengaduan masalah
lingkungan lainnya yaitu galian C, tanpa izin lingkungan dan masalah persampahan. Berikut adalah grafik klasifikasi jenis pengaduan masalah lingkungan yang diadukan masyarakat :
Gambar IV.2. Klasifikasi Jenis Pengaduan Masalah Lingkungan yang Diadukan Masyarakat
Setiap pengaduan yang masuk ke Bapedal Aceh termasuk tembusan, ditindaklanjuti baik secara administrasi danatau dengan cara melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan.
Dalam penanganan pengaduan, Bapedal Aceh menerapkan mekanisme : 1. Melimpahkan penanganan pengaduan ke kabupatenkota tanpa melakukan klarifikasi dan
verifikasi lapangan karena merupakan kewenangan pemerintah kabupatenkota yang bersangkutan.
5 10
15 20
25 30
Tanpa Izin Lingkungan
Pencemaran Galian C
Sampah Jumlah
Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 131
Dalam pelimpahan penanganan pengaduan kabupatenkota untuk : a. Menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan memberikan jangka waktu.
b. Menyampaikan hasil pengaduan ke Bapedal Aceh. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemerintah kabupatenkota tidak
menindaklanjuti, maka Bapedal Aceh melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan instansi teknis di Provinsi Aceh dan pemerintah kabupatenkota yang
bersangkutan. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan termasuk hasil laboratorium serta saran tindak lanjut disampaikan kepada BupatiWalikota dengan tembusan instansi teknis
di Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupatenkota serta pihak yang melakukan pengaduan.
2. Jika pengaduan merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Aceh, maka Bapedal Aceh akan melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi bersama-sama
dengan instansi teknis di Pemerintah Provinsi Aceh dan pemerintah kabupatenkota. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan serta saran tindak lajut disampaikan kepada pemilik
kegiatan dengan tembusan instansi teknis di wilayah Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupatenkota serta pihak yang melakukan pengaduan.
3. Apabila pengaduan merupakan kewenangan Pemerintah, maka akan dilakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan pemerintah kabupatenkota tempat
sumber dampak atau penerima dampak yang berada di wilayah Provinsi Aceh. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan serta analisa laboratorium akan disampaikan dan
diserahkan penanganan pengaduan selanjutnya kepada Kementerian Lingkungan Hidup melalui surat dengan tembusan instansi teknis di Provinsi Aceh dan pemerintah
kabupatenkota yang bersangkutan.
D. PERAN SERTA MASYARAKAT
Peran serta masyarakat merupakan proses yang melibatkan masyarakat umum dengan melakukan komunikasi dua arah yang berlangsung terus menerus untuk meningkatkan
kerjasama dalam mengelola permasalahan baik itu yang bersifat kebijakan, strategi dan teknis, dan berbagai permasalahan dibidang lingkungan.
Dalam konteks hak-hak masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dalam suatu konvensi di Denmark pada 25 Juni 1998 telah menetapkan
3 pilar yang menjamin hak-hak rakyat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
to sustainable and environmentally sound development, yakni:
Akses terhadap Informasi. Peran serta dalam pengambilan Keputusan dan
Akses terhadap Keadilan.
Keterlibatan masyarakat diperlukan sejak tahap perencanaan yang bertujuan untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat yang