Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 126
Tabel IV.1. Penghijauan yang Dilakukan Bapedal Aceh Tahun 2014
No Nama Kegiatan
Jenis Tanaman
Jumlah Volume
Satuan
1 Penghijauan
pada sekolah-
sekolah di Kota Banda Aceh Pucuk merah
1025 batang
2. Penghijauan
di kecamatan
Meuraxa  Kota  Banda  Aceh  oleh kelompok sadar lingkungan
Mahoni Ketapang
Cemara laut Mimba
Trembesi 300
900 700
410
1350 Batang
Batang Batang
Batang batang
3. Penghijauan  di  lokasi  TPA  Cot
Padang  Seulawah  Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
Trembesi Mahoni
900 450
Batang Batang
4. Penghijauan
pada kawasan
banjir  bandang  Kecamatan  Lawe Alas Kabupaten Aceh Tenggara
Bambu buluh Mahoni
800 1150
Batang batang
5. Penghijauan  di  jalan  lingkar
kampus  Universitas  Teuku  Umar Kabupaten Aceh Barat
Trembesi Mahoni
1100 520
Batang batang
6. Penghijauan  di  sekitar  danau
Laut  Tawar  Kabupaten  Aceh Tengah
Pinus 8600
batang
7. Penataan  RTH  taman  depan
langgar  shalat  di  Kabupaten Bireuen
Pucuk merah Bunga hias
Rumput gajah 32
32 80
Pot Pot
m
2
8. Penataan dan pemeliharaan RTH
di Kabupaten Aceh Utara Angsana
Trembesi Mahoni
Jeumpa Jabon
Lengkeng Sawo kecik
50 100
400 300
200 120
100 Batang
Batang Batang
Batang Batang
Batang batang
Dibandingkan dengan tahun 2013, maka pada tahun 2014 ini  Pemerintah Aceh lebih banyak  melakukan  kegiatan  penghijauan,  dimana  pada  tahun  2013  jumlah  pohon  yang
ditanam hanya 153.728 batang, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 1.001.225.991 batang dalam  luas  22.195,52  ha  seperti  yang  tertera  dalam  Buku  Data  Tabel  UP-1.  Kegiatan  ini
dilaksanakan oleh dinas terkait dalam wilayah  Pemerintah Aceh.
Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 127
A.2. Reboisasi
Reboisasi  adalah  adalah  penanaman  kembali  hutan  yang  telah  di  tebang  tandus, gundul.  Reboisasi  berguna  untuk  meningkatkan  kualitas  kehidupan  manusia  dengan
menyerap  polusi dan  debu  dari  udara,  membangun  kembali  habitat dan  ekosistem alam, mencegah  pemanasan  global dengan  menangkap  karbo  dioksida dari  udara,  serta
dimanfaatkan  hasilnya  terutama  kayu.  Pada  tahun  2014  ini  kegiatan  reboisasi  dilakukan seluas  1.141,7472  ha  dengan  jumlah  pohon  sebanyak  683.620  batang  seperti  yang  tertera
dalam  Buku  Data  Tabel  UP-1.  Dengan  adanya  kegiatan  reboisasi  yang  dilakukan  oleh pemerintah pusat maupun daerah diharapkan dapat mengantisipasi terdegradasinya kawasan
hutan di Aceh.
A.3. Kegiatan Fisik Lainnya
Dalam  upaya  rehabilitasi  lingkungan,  banyak  hal-hal  lainnya  yang  dilakukan  selain penghijauan dan reboisasi. Pada  tahun 2014 ini ada 88 kegiatan fisik yang dilakukan dalam
wilayah  Pemerintah  Aceh  yang  tersebar  di  kabupatenkota  dalam  upaya  pengelolaan lingkungan,  seperti  pengadaan  alat-alat  penunjang  laboratorium  lingkungan,  pengadaan
sarana  dan  prasarana  kebersihan  lingkungan,  gotong  royong,  pembuatan  RTH,  pengadaan bibit tanaman, kegiatan kali bersih, penanaman pohon di sekitar mata air, pembuatan sumur
resapan, dan lainnya. Kegiatan lebih rinci tertera dalam Buku Data Tabel UP-2.
B. AMDAL
B.1. Dokumen Izin Lingkungan
Kegiatan  pembangunan  yang  semakin  meningkat  dikhawatirkan  menimbulkan kerusakan  dan  pencemaran  lingkungan,  sehingga  struktur  dan  fungsi  dasar  ekosistem  yang
menjadi penunjang kehidupan akan rusak dan membutuhkan biaya yang sangat besar untuk pemulihannya. Untuk melakukan tindakan preventif tersebut maka dalam melakukan kegiatan
pengelolaan  lingkungan  diperlukan  adanya  susunan  rencana  pengelolaan  lingkungan. Susunan  rencana  pengelolaan  lingkungan  baru  dapat  dilakukan  setelah  diketahui  dampak-
dampak yang akan terjadi akibat proyek yang akan dilakukan. Di sinilah peranan penting izin lingkungan agar proyek pembangunan yang dilakukan tidak memberikan dampak buruk bagi
lingkungan.  Sesuai  dengan  UU  No.  32  Tahun  2009  tentang  Pengelolaan  Lingkungan  Hidup Pasal  22  menyatakan  bahwa  setiap  usaha  danatau  kegiatan  yang  berdampak  penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha danatau kegiatan yang
direncanakan  pada  lingkungan  hidup  yang  diperlukan  bagi  proses  pengambilan  keputusan tentang  penyelenggaraan  usaha  danatau  kegiatan.  Sedangkan  upaya  pengelolaan
lingkungan  hidup  dan  upaya  pemantauan  lingkungan  hidup,  yang  selanjutnya  disebut  UKL-
Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 128
UPL,  adalah  pengelolaan  dan  pemantauan  terhadap  usaha  danatau  kegiatan  yang  tidak berdampak  penting  terhadap  lingkungan  hidup  yang  diperlukan  bagi  proses  pengambilan
keputusan  tentang  penyelenggaraan  usaha  danatau  kegiatan.  Selain  Dokumen  Amdal  dan UKL-UPL,  maka  terdapat  jenis  dokumen  lain  yaitu  SPPL  Surat  Pernyataan  Kesanggupan
Pengelolaan  dan  Pemantauan  Lingkungan  Hidup.  SPPL  diwajibkan  bagi  setiap  usaha danatau kegiatan yang tidak wajib Amdal maupun UKL-UPL.
Pada tahun 2014, jumlah dokumen lingkungan yang dinilai Komisi Penilai Amdal Aceh melalui  Bapedal  Aceh  adalah  sebanyak  11  sebelas  dokumen  dengan  rincian  2  dua
Dokumen  Amdal  dan  9  Sembilan  Dokumen  UKLUPL  Buku  Data  Tabel  UP-3.  Pemrakarsa yang  terlibat  adalah  Balai  Wilayah  Sungai  Sumatera  I  2  dokumen,  Kepala  SNVT-
Perencanaan  dan  Pengawasan  Jalan  Nasional  Provinsi  Aceh  8  dokumen,  dan  General Manager  PT.  PLN  Persero  Wilayah  Aceh  1  dokumen.  Jika  dibandingkan  dengan  tahun
sebelumnya  jumlah  izin  lingkungan  yang  dikeluarkan  pada  tahun  ini  lebih  sedikit,  karena tahun 2013 izin lingkungan yang dikeluarkan oleh Bapedal Aceh sebanyak 16 enam belas.
Perbandingannya dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Gambar  IV.1  Perbandingan  Jumlah  Dokumen  Lingkungan  yang  Dinilai  dan  Disahkan  pada
Komisi Penilai Amdal Provinsi Aceh  Tahun 2012,  2013 dan Tahun 2014
B.2. Pengawasan Izin Lingkungan
Dalam  rangka  melihat  tingkat  ketaatan  yang  dilakukan  oleh  pelaku  usahakegiatan, pemerintah  diwajibkan  untuk  melakukan  pengawasan  terhadap  pelaku  usahakegiatan
tersebut  melalui  dokumen  lingkungannya.  Pengawasan  terhadap  dokumen  lingkungan Tahun 2014
Tahun 2013 Tahun 2012
20 40
60 80
100 120
140
AMDAL UKLUPL
SPPL Tahun 2014
Tahun 2013 Tahun 2012
Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 129
menjadi  penting  karena  dapat  dilihat  semua  yang  menjadi  kewajiban  pelaku  usaha  yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar.
Dari  kegiatan  pengawasan  yang  telah  dilakukan  oleh  Bapedal  Aceh  terhadap dokumen  lingkungannya  berupa  Dokumen  Amdal,  UKL-UPL  serta  SPPL,  masih  terdapat
pelaku usaha yang belum memiliki dokumen lingkungan, masih terdapat pelaku usaha yang belum  rutin  melaporkan  kegiatan  berupa  pemantauan  dan  pengelolaan  lingkungan  seperti
yang  terdapat  dalam  dokumen  lingkungan  kegiatannya.  Namun  terdapat  juga  pelaku  usaha yang
sudah melakukan
beberapa kewajiban
terhadap ingkungan
tapi belum
menindaklanjutinya berupa pelaporan semester. Dari  24  usahakegiatan  yang  dilakukan  pengawasan  di  Aceh,  sebagian
usahakegiatan  masuk  kategori  baik  dalam  hal  pemenuhan  dokumen  izin  lingkungan  dan pengelolaan  lingkungan.  Namun  masih  terdapat  beberapa  usahakegiatan  yang  terkendala
dengan  tidak  ada  dokumen,  blm  ada  izin  pembuangan  air  limbah,  Belum  ada  izin pengambilan  air  permukaan.  Namun  ada  juga  perusahaan  yang  tidak  dapat  menunjukkan
dokumen  yang  menyangkut  perizinan  sehingga  dibuat  BAP  Penolakan  Tim  tidak  diterima perusahaan seperti yang tertera dalam Buku Data Tabel UP-4.
C. Penegakan Hukum
Undang-Undang  Nomor  32  Tahun  2009  tentang  Perlindungan  dan  Pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan mandat kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan aparat penegak hukum seperti Penyidik  PPNS  LH  dan  POLRI,  Jaksa  dan  Hakim  untuk  mendayagunakan  instrumen
penegakan  hukum  lingkungan,  baik  melalui  penerapan  sanksi  administratif,  penegakan hukum perdata penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar dan melalui pengadilan dan
penegakan  hukum  pidana.  Penegakan  hukum  pidana  dalam  konteks  hukum  lingkungan bersifat
ultimum  remedium
.  Dimana  instrumen  pidana  merupakan  solusi  terakhir  atas kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh orang orang perseorangan danatau badan usaha
yang  berbadan  hukum  maupun  yang  tidak  berbadan  hukum.  Hukum  lingkungan  juga mendayagunakan  hukum  administrasi  dan  hukum  perdata  sebagai  alat  untuk  meminimalisir
kejahatan lingkungan. Dalam  rangka  perlindungan  dan  pengelolaan  lingkungan  hidup  pemerintah  dan
pemerintah  daerah  mempunyai  kewajiban  untuk  menindaklanjuti  pengaduan  lingkungan hidup  sesuai  dengan  kewenangannya.  Tindak  lanjut  pengaduan  lingkungan  tersebut
dilakukan  melalui  tahapan  inventarisasi  dan  klarifikasi  pengaduan  lingkungan  sebagaimana yang  diatur  dalam  Peraturan  Menteri  Negara  Lingkungan  Hidup  Nomor  09  Tahun  2010
tentang  Tata  Cara  Pengaduan  dan  Penanganan  Pengaduan  Akibat  Dugaan  Pencemaran danatau  Perusakan  Lingkungan  Hidup.  Dari  pengaduan  lingkungan  bisa  saja  berlanjut