ENERGI TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 120 sebesar 1,67 dari total jumlah penduduknya yang mencapai 82.762 2012. Sedangkan yang terbanyak terdapat di Kota Lhokseumawe yang berjumlah 88,74 dari total jumlah penduduknya yang mencapai 178.561 jiwa 2012. Kebalikannya, minyak tanah paling sedikit dipakai oleh penduduk yang berada di Lhokseumawe yakni sebesar 2,80 dari jumlah penduduknya, sedangkan pemakai minyak tanah paling banyak terdapat di Kabupaten Simeuleu yang mencapai 48,47 dari total jumlah penduduknya. Briket tercatat hanya di gunakan di kabupaten Bener Meriah oleh 0,19 jumlah penduduknya. Untuk biomassa tidak ada satu kabupaten dan kota di Provinsi Aceh yang menggunakannya. Yang paling menarik adalah, seluruh kabkota masih menggunakan kayu sebagi salah satu sumber bahan bakar. Kayu bakar paling banyak digunakan oleh penduduk di Kota Subulussalam sebesar 67,93. Sementara yang paling sedikit memakai kayu bakar adalah Kota Banda Aceh yakni hanya 0,37 penduduknya. Sedangkan untuk bahan bakar lainnya, penduduk Kabupaten Aceh Jaya sebanyak 0,07 penduduknya, kabupaten Aceh Barat dan Kota Banda Aceh sebesar 0,23 dari penduduknya. Secara garis besar, terdapat 59,68 penduduk Aceh yang menggunakan LPG, 5.66 menggunakan minyak tanah, 0.01 memakai briket, 32,14 memakai kayu sebagai bahan bakar dan 0,03 memakai bahan bakar jenis lainnya.

H. TRANSPORTASI

Lalu lintas atau pergerakan orang yang berada di Provinsi Aceh didominasi menggunakan jalur darat, baik menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil roda empat, kemudian bus angkutan umum dengan Bus Antar Kota sebagai salah satu moda transportasi yang menjadi handalan sebagai pelayanan angkutan umum pada rute Banda Aceh – Medan. Disamping itu juga di beberapa tempat masyarakat menggunakan jalur transportasi laut dan udara Untuk mendukung ke semua moda tersebut maka diperlukan prasarana yang memadai antara lain terminal, pelabuhan, dan Bandar Udara. Pelayanan transportasi umum di jalan raya tahun 2014 tidak banyak mengalami penambahan dibandingkan dengan tahun 2013. Ada beberapa perubahan khususnya pada terminal dengan Tipe A, namun jumlah terminal tidak ada perubahan yaitu sebanyak 38 unit. Hingga pada tahun 2014, Provinsi Aceh memiliki sarana transportasi berikut ini. 1. Transportasi Darat , terdapat 38 terminal Antar Kota yang tersebar di seluruh Kabupaten Kota yang terdiri dari 5 terminal type A, 10 terminal type B, dan 23 terminal type C. Terminal merupakan salah satu simpul transportasi yang berfungsi sebagai tempat naik turun penumpang, selain dari pada itu terminal merupakan salah satu pintu gerbang masuk dan keluar Provinsi Aceh. Tahun 2014 Aceh memiliki 3 tiga stasiun kereta api Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 121 yang dioperasikan oleh PT.Kereta Api Indonesia dengan type stasiun kecil dalam Kabupaten Aceh Utara yaitu Kr.Mane, Bungkah dan Kr.Geukueh dengan track jalan sepanjang 18 Km namun yang baru bisa dilalui sepanjang 10 Km sedangkan 8 Km lagi belum dioperasikan karena belum tersedianya fasilitas penunjang. 2. Transportasi Air , terdapat 48 pelabuhan dan dermaga yang tersebar di seluruh KabupatenKota yang terdiri dari 11 pelabuhan untuk angkutan laut, 8 pelabuhan untuk angkutan penyeberangan, dan 29 dermaga untuk angkutan sungai dan danau. 3. Transportasi Udara, terdapat 11 bandar udara yang tersebar di seluruh KabupatenKota yang terdiri dari 1 bandar udara Kelas II, 1 bandar udara Kelas III, dan 9 bandar uadra Kelas IV. Jumlah limbah padat dan cair dari sektor transportasi yang bersumber dari terminal, pelabuhan, dermaga, dan Bandar udara di Povinsi Aceh sampai dengan saat ini masih belum tersedia data yang akurat seperti tertera dalam Buku Data Tabel SP-5. Bila diasumsikan jumlah penumpang bus, kapal, dan pesawat per hari = 4.383 oranghari dan produksi limbah padat dan cair sebesar 0,006 m 3 oranghari, maka jumlah limbah padat dan cair dari sektor transportasi di Provinsi Aceh sebesar 26,29 m 3 hari.

I. PARIWISATA

Aceh memiliki potensi pariwisata yang cukup besar meliputi wisata alam, sejarah, budaya dan bahari. Daya tarik obyek wisata lainnya adalah Taman Wisata Gunung Leuser yang memiliki banyak sungai arus deras. Objek wisata ini bukan hanya dikenal oleh wisatawan lokal namun telah dikenal pula oleh wisatawan manca negara. Potensi parawisata tersebut menjadi salah satu penyumbang pendapatan daerah PAD provinsi maupun kabupatenkota di Aceh. Di sisi lain kegiatan pariwisata juga berkontribusi besar terhadap penurunan kualitas lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik dan apabila tidak bijak menyikapinya akan memberikan tekanan yang sangat besar terhadap degradasi lingkungan berupa penurunan kualitas air akibat tidak dikelolanya limbah cair baik dari kegiatan hotel dan kunjungan wisata di wisata alam serta meningkatnya volume limbah padat baik di lokasi objek wisata dan hotel. Gambaran kondisi tekanan kegiatan pariwisata tahun 2014 di Aceh sebagai berikut : 1. Obyek wisata Obyek wisata alam merupakan obyek wisata yang sangat banyak jumlahnya di Aceh yaitu sejumah 218 obyek. Obyek wisata ini tersebar di seluruh kabupaten kota dalam wilayah Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 122 Aceh. Disamping itu terdapat pula obyek wisata yang berkategori khusus yaitu wisata religious. Nama-nama obyek wisata seperti disajikan pada buku II tabel SP 6 Jumlah kunjungan wisata tahun 2014 mencapai 101217 orang. Kabupaten yang paling tinggi dikunjungi wisatawan adalah Kabupaten Aceh singkil kira-kira 56880 orang dengan obyek wisata yang diminati pengunjung adalah wisata alam dan bahari. 2. Hotelsarana Penginapan Untuk mendukung pariwisata di Aceh, telah dibangun hotel dan sarana penginapan yang tersebar di seluruh kabupatenkota dalam provinsi Aceh. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Aceh tahun 2014, pada saat ini Aceh memiliki 314 tiga ratus empat belas buah hotelsarana penginapan. Nama hotelsarana penginapan, jumlah kamar dan tingkat hunian tergambar dalam Buku II table SP-7. Di sisi lain kegiatan hotel merupakan salah satu kegiatan penunjang pariwisata yang berkontribusi terhadap volume limbah padat yang dihasilkan. 3. Perkiraan limbah padat di obyek wisata Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan wisata salah satunya adalah limbah padat yang dihasilkan di obyek wisata dan hotel tempat menginap para wisatawan. Jumlah kunjungan wisata berbanding lurus dengan jumlah produksi limbah padat. Akan tetapi limbah padat setiap obyek wisata dan hotel dalam wilayah Aceh belum terdata sampai saat ini.

J. LIMBAH B3

Gambaran umum pengelolaan limbah B3 dapat dilihat dari jumlah dan jenis yang telah dikelola, jumlah perusahaan yang memiliki izin, baik izin penyimpanan, izin pemanfaatan, pengumpulan maupun pengangkutan. Uraian kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut ini. 1. Perusahaan Penghasil Limbah B3, Jenis limbah B3 yang terbanyak dikelola di Provinsi Aceh adalah oili bekas. Jumlah ini diperoleh dari catatan kegiatanperusahaan yang telah memiliki izin penyimpanan sementara limbah B3. Umumnya kegiatan ini adalah industri minyak, industri gas, industri sawit, industri pupuk, industri pembangkit listrik, dan industri lainnya yang melakukan pencatatan limbah B3 yang dihasilkan terkait dengan penilaian kinerja perusahaan Proper. 2. Perusahaan yang mendapatkan izin Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan limbah B3 meliputi penyimpanan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan pemusnahan limbah B3. Setiap usaha yang mengelola kegiatan tersebut baik secara terpisah maupun