Penegakan Hukum UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 131 Dalam pelimpahan penanganan pengaduan kabupatenkota untuk : a. Menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan memberikan jangka waktu. b. Menyampaikan hasil pengaduan ke Bapedal Aceh. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemerintah kabupatenkota tidak menindaklanjuti, maka Bapedal Aceh melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan instansi teknis di Provinsi Aceh dan pemerintah kabupatenkota yang bersangkutan. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan termasuk hasil laboratorium serta saran tindak lanjut disampaikan kepada BupatiWalikota dengan tembusan instansi teknis di Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupatenkota serta pihak yang melakukan pengaduan. 2. Jika pengaduan merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Aceh, maka Bapedal Aceh akan melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi bersama-sama dengan instansi teknis di Pemerintah Provinsi Aceh dan pemerintah kabupatenkota. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan serta saran tindak lajut disampaikan kepada pemilik kegiatan dengan tembusan instansi teknis di wilayah Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupatenkota serta pihak yang melakukan pengaduan. 3. Apabila pengaduan merupakan kewenangan Pemerintah, maka akan dilakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan pemerintah kabupatenkota tempat sumber dampak atau penerima dampak yang berada di wilayah Provinsi Aceh. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan serta analisa laboratorium akan disampaikan dan diserahkan penanganan pengaduan selanjutnya kepada Kementerian Lingkungan Hidup melalui surat dengan tembusan instansi teknis di Provinsi Aceh dan pemerintah kabupatenkota yang bersangkutan.

D. PERAN SERTA MASYARAKAT

Peran serta masyarakat merupakan proses yang melibatkan masyarakat umum dengan melakukan komunikasi dua arah yang berlangsung terus menerus untuk meningkatkan kerjasama dalam mengelola permasalahan baik itu yang bersifat kebijakan, strategi dan teknis, dan berbagai permasalahan dibidang lingkungan. Dalam konteks hak-hak masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dalam suatu konvensi di Denmark pada 25 Juni 1998 telah menetapkan 3 pilar yang menjamin hak-hak rakyat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan to sustainable and environmentally sound development, yakni: Akses terhadap Informasi. Peran serta dalam pengambilan Keputusan dan Akses terhadap Keadilan. Keterlibatan masyarakat diperlukan sejak tahap perencanaan yang bertujuan untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat yang Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 132 berkepentingan public interest dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan lingkungan. Karena dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak kegiatan dan kelompok kepentingan interest groups , para pengambil keputusan dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompok tersebut dan menuangkannya ke dalam konsep. Pandangan dan reaksi masyarakat itu, sebaliknya akan menolong pengambil keputusan untuk menentukan prioritas, kepentingan dan arah yang positif dari berbagai faktor. Upaya peningkatan peran serta masyarakat dilakukan melalui beberapa pendekatan antara lain: 1. Pelibatan LSM dalam pengelolaan lingkungan hidup 2. Stimulasi dengan pemberian penghargaan 3. Penyuluhan, workshop, sosialIsasi dan kampanye lingkungan 4. Kegiatan fisik lainnya dengan pelibatan masyarakat D.1. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM di Provinsi Aceh Lembaga swadaya masyarakat adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, ditengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup. UU No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 Ayat 12 Pemerintah dalam menjalankan tugas negara memiliki keterbatasan baik sumber daya manusianya maupun dana sehingga diperlukan kerjasama dan konsolidasi dari pihak-pihak lain seperti LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam menjalankan dan mengawasi pembangunan. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Organisasi Non Pemerintah ORNOP, merupakan komponen penting dalam mendorong pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran kritis masyarakat dalam berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan hidup. Di Provinsi Aceh, keberadaan LSM lingkungan sudah dimulai sejak tahun 1985 dengan berdirinya Forsikal di Banda Aceh. Hingga saat ini, jumlah LSMNGO lingkungan di Aceh terus bertambah. Pada tahun 2014 terdapat 51 LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup yang tersebar di beberapa kabupatenkota Buku Data Tabel UP-6. D.2. Penghargaan Bidang Lingkungan Hidup di Provinsi Aceh Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup telah memberikan Penghargaan untuk para pahlawan lingkungan hidup sejak tahun 1980. Pada saat itu pemerintah memberikan penghargaan kepada delapan organisasi dan kelompok masyarakat atas jasa- jasanya pada usaha pelestarian lingkungan. Penghargaan yang diberikan hanya berupa plakat yang di tengahnya tertera tulisan “Hadiah Lingkungan” dan “Tahun 1980″ Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 133 Kalpataru adalah penghargaan di bidang lingkungan hidup yang diberikan kepada individu atau kelompok yang berjasa dalam usaha pelestarian lingkungan hidup. Penerima penghargaan kalpataru dikelompokkan dalam empat kategori yaitu perintis lingkungan, pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan, dan pembina lingkungan. Perintis lingkungan adalah kategori penerima Kalpataru yang merupakan warga negara Indonesia perseorangan bukan pegawai negeri dan tokoh organisasi formal. Pengabdi lingkungan adalah kategori penerima Kalpataru yang merupakan petugas lapangan atau pegawai negeri. Penyelamat lingkungan adalah kategori penerima Kalpataru yang merupakan kelompok masyarakat formal maupun informal. Sedangkan Pembina lingkungan adalah kategori penerima Kalpataru yang merupakan pejabat, peneliti, pengusaha, atau tokoh masyarakat. Pemerintah Aceh telah pernah menerima penghargaan Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan dari Kota Banda Aceh dan Kota Sabang. Pada tahun 2014 tidak ada penghargaan yang diterima. Gambar IV.3. Piala Kalpataru untuk Katagori Perintis Lingkungan Gambar….. Piala Kalpataru Penghargaan Adipura diberikan pertama kali pada tahun 1986, namun terhenti sejenak pada periode 1998-2002. Adipura merupakan penghargaan untuk kota di Indonesia yang berhasil yang berhasil dalam kebersihan dan pengelolaan lingkungan. Penghargaan adipura dibagi dalam 4 kategori, yaitu :  Kota metropolitan, yaitu kota dengan penduduk lebih dari 1 juta jiwa,  Kota besar, yaitu kota dengan penduduk antara 500.001-1.000.000 jiwa,  Kota sedang, yaitu kota dengan penduduk antara 100.001-500.000 jiwa,  Kota kecil, yaitu kota dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa.