Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 105
tidak berpendidikan sebesar 21,58 menurun dari tahun sebelumnya yang menempati posisis 31,21. Tingkat pendidikan perempuan dengan jumlah terbanyak adalah pada
tingkat SLTA sebesar 28,49 berbeda dari tahun sebelumnya pada tingkat SD sebesar 24,62, dan tingkat pendidikan laki-laki dengan jumlah terbanyak adalah pada tingkat SD sebesar
27,35 berbeda dari tahun sebelumnya yang lebih banyak pada tingkat SLTA sebesar 23,77. Kota Banda Aceh adalah kota yang memiliki penduduk laki laki dan perempuan berpendidikan
terbanyak secara umum, dan Kota Subulussalam adalah kota dengan persentasi penduduk laki-laki dan perempuan tidak berpendidikan terbanyak, dan berpendidikan tingkat SLTA
terkecil. Persentasee ini menunjukkan belum meratanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia penduduk Aceh di setiap kabupaten.
Data BPS 2013 Tabel DS-1 juga menunjukkan bahwa, secara umum persentasi tingkat pendidikan penduduk Aceh menurut jenis kelamin secara umum terbanyak adalah
tingkat SD hingga SLTA, sedangkan penduduk dengan jenjang pendidikan S2S3 untuk laki- laki sebesar 2,43 dan perempuan sebesar 0,98. Kota Banda Aceh mendominasi jumlah
penduduk yang terbanyak di setiap jenjang pendidikan tinggi. Banyaknya jumlah masyarakat terdidik di Kota Banda Aceh menunjukkan desentralisasi pendidikan ke setiap daerah di
kabupatenkota Propinsi Aceh belum merata.
B. PERMUKIMAN
Pada umumnya pertambahan penduduk identik dengan perkembangan kota. Pertambahan penduduk dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu secara alami karena
adanya kelahiran dan berkurangnya angka kematian dengan semakin tingginya tingkat kesehatan maupun oleh migrasi karena faktor ekonomi, lapangan kerja dan pola kehidupan
social, unsur yang terkait dengan kota lainnya adalah unsur penduduk. Seiring berkembangnya beragam aktivitas perkotaan, memicu pertumbuhan penduduk sebagai
sarana pelaksanannya, di kota-kota besar laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 5,36 pertahun, oleh karena itu faktor penduduk menjadi salah satu kontribusi terbesar bagi
terbentuknya aktivitas perkotaan. Untuk menampung aktivitas penduduk membutuhkan lahan tidak sedikit, hingga pada akhirnya terjadi persaingan lahan kota yang luasannya terbatas.
Jumlah Rumah Tangga Miskin, berdasarkan data yang dikeluarkan BPS Aceh tahun 2013, jumlah penduduk miskin di Aceh masih relatif tinggi hal itu dapat dilihat dari Buku Data
Tabel SE-1. Data menunjukan, jumlah penduduk miskin terbesar di Aceh berada di Kabupaten Aceh Pidie sebesar 22,70. Jumlah penduduk miskin terendah Propinsi Aceh
sebesar 8,03 adalah berada pada Kota Banda Aceh.
Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 106
Data tentang perolehan air minum masyarakat Aceh dalam memenuhi kebutuhan air untuk kehidupannya diperoleh dari berbagai sumber diantaranya, air ledeng PDAM, sumur,
sungai,danau, hujan dan air kemasan isi ulang. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002. Banyaknya persentase
rumah tangga di Aceh dan sumber air minum yang digunakan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel SE-2 Buku Data. Pemakaian sumber air minum dari ledeng yang paling banyak
digunakan oleh kabupatenkota adalah Kabupaten Pidie Jaya sebesar 20,43, dan kabupaten yang paling sedikit menggunakan adalah Kabupaten Nagan Raya sebesar 0,00.
Air sumur paling banyak digunakan oleh Kabupaten Nagan Raya sebesar 79,04 dan yang paling sedikit Kota Banda Aceh sebesar 1,47. Sumber air minum yang berasal dari sungai
pemakaian terbanyak berada di Kota Subulussalam 22,03. KabupatenKota yang tidak menggunakannya sama sekali adalah Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Kota Langsa,
Pidie, Nagan Raya dan Kota Sabang. Sedangkan pemakaian air hujan terbanyak di Kabupaten Singkil dan Simeulue. Air kemasan terbanyak di pakai di Kota Lhoksemawe sebesar 80,14 .
dan penggunaan mata air terbanyak di daerah Gayo Luas sebesar 62,76. Tekanan terhadap pencemaran air utamanya dari sektor permukiman. Beberapa
bentuk tekanan yang menjadi penyebab dari pencemaran air adalah penggunaan sempadan sungai untuk pemukiman, tidak dilengkapinya sanitasi pemukiman berupa WC dengan septic
tank. Terlebih lagi belum adanya pola pengembangan Instalasi Pembuangan Air Limbah IPAL terpadu untuk mengelola limbah perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari kualitas air sungai.
Walaupun di kota-kota besar masyarakat yang menggunakan jambanWC persentasinya besar, ternyata sungainya tetap tercemar. Berdasarkan data dari BPS Aceh Tabel SP-8 Buku
Data, fasilitas buang air besar yang dimiliki masyarakat masing-masing adalah masyarakat yang menggunakan WC sendiri 30,02
– 86,71, penggunaan bersama 0,08 – 13,91, WC Umum 1,02
– 23,63, dan tidak ada 0 – 56,81. Secara detail gambaran fasilitas tempat buang air besar yang dimiliki oleh masyarakat Provinsi Aceh diilustrasikan pada
Gambar III.1.
Bab III Tekanan terhadap Lingkungan III- 107
Masyarakat yang tinggal di kota besar seperti Kota Banda Aceh semua memiliki sarana buang air besar. Berdasarkan hal ini, maka Pemerintah Aceh masih dihadapkan
dengan persoalan dimana masih banyak masyarakat yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar BAB. Oleh karena itu, maka Pemerintah Daerah perlu memberi perhatian
yang lebih serius terhadap sanitasi ini. Pada tahap awal, pemerintah dapat membangun fasilitas umum untuk masyarakat yang tidak memiliki fasilitas BAB dan selanjutnya dapat
memberikan pengarahan dan pembinaan mengenai pentingnya fasilitas sanitasi ini. Dengan tindakan ini, maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat.
20 40
60 80
100 Simeulue
Aceh Singkil Aceh Selatan
Aceh Tenggara Aceh Timur
Aceh Tengah Aceh Barat
Aceh Besar Pidie
Bireuen Aceh Utara
Aceh Barat Daya Gayo Lues
Aceh Tamiang Nagan Raya
Aceh Jaya Bener Meriah
Pidie Ajya Banda Aceh
Sabang Langsa
Lhokseumawe Subulussalam
Tidak Ada Umum
Bersama Sendiri
Gambar III.1. Fasilitas Buang Air Besar yang Dimiliki Masyarakat Provinsi Aceh Sumber : Diolah dari Tabel SP-8 Buku Data: Buku II