KEANEKARAGAMAN HAYATI KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGAN

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 22 Menurunnya keanekaragaman hayati berupa kekayaan spesies suatu ekosistem akan memiliki efek sekunder, yang mengurangi kualitas dan jumlah jasa yang diberikan oleh ekosistem tersebut sehingga menimbulkan masalah lingkungan yang akhirnya merugikan manusia.

C. AIR

Air merupakan unsur penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup yang dapat membantu metabolisme dalam tubuh, dan bila tidak ada air maka proses kehidupan akan terhenti. Ketersediaan air sangat bervariasi yang tergantung kepada lokasi geografis dan waktu dan dengan adanya daur air secara alami di bumi kebutuhan air oleh manusia masih mampu dipenuhi, dimana semua sumberdaya air di bumi ini dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan air sungai, mata air, embungdanau, maupun sumur-sumur yang dibuat melalui proses penggalian dan pengeboran. Secara umum, sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dapat dikategorikan atas 2 kelompok, yaitu : 1. Sumber air permukaan , yang dapat diperoleh dari sungai, danau, embung, telaga, dan tidak termasuk air laut. Air tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti air minum, MCK, perairan sawah, dan perikanan. 2. Sumber air tanah , sumber air tanah dimanfaatkan melalui proses penggalian atau pengeboran. Pemanfaatan air ini biasanya hanya untuk keperluan rumah tangga dan industri. Adanya peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan dan pemenuhan air bersih bagi penduduk juga meningkat dan pemerintah berupaya melakukan pelayanan untuk mendapatkan air bersih melalui pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan yang dipercayakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum PDAM kabupatenkota. Saat ini, pelayanan air bersih di Provinsi Aceh meningkat 35 yang dilakukan melalui perpipaan PDAM yang tersebar di seluruh kabupatenkota. Banyaknya pelanggan air minum yang mampu dilayani mencapai 140.125 pelanggan dengan rincian sosial sebanyak 1.920 pelanggan, non niaga sebanyak 121.792 pelanggan, niaga sebanyak 15.224 pelanggan, industri sebanyak 127 pelanggan, dan pelanggan khusus ada 1062 pelanggan. Jumlah pelanggan didominasi oleh pelanggan yang berdomisili di Kota Banda Aceh. Jumlah air minum yang disalurkan di Provinsi Aceh mencapai 22.791.684 m 3 dengan perincian untuk sosial 706.453 m 3 , non niaga 18.257.921 m 3 dan untuk niaga 2.402.057 m 3 , sedangkan untuk industri 31.517 m 3 serta untuk yang khusus 1.393.736 m 3 . Sumber utama air bersih yang diolah oleh PDAM untuk konsumsi masyarakat umumnya berasal dari aliran sungai di setiap kabupatenkota. Berdasarkan hasil inventarisir Dinas Pengairan Aceh, Provinsi Aceh memiliki paling sedikit 274 sungai besar yang tersebar di pelosok daerah dengan panjang maksimum 208 km dan panjang minimum 2 km dengan debit maksimum 968,54 m 3 detik dan debit minimum 0,01 Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 23 m 3 detik. Sungai Krueng Tamiang merupakan sungai terpanjang di Provinsi Aceh dengan debit maksimum sebesar 671,80 m 3 detik dan debit minimumnya sebesar 61,0 m 3 detik. Sungai Krueng Masen merupakan sungai yang memiliki debit tertinggi di Aceh sebesar 968 m 3 detik Tabel SD-12 Buku Data. Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan perkembangan pembangunan di berbagai sektor menyebabkan sungai tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari air minum tetapi juga dimanfaatkan juga sebagai tempat pembuangan limbah. Pembuangan limbah yang tidak mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung sumberdaya air menyebabkan pencemaran sehingga sumberdaya air tersebut berkurang atau tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Beberapa jenis pencemaran air yang dikenal ialah pencemaran fisik warna karena zat organik dan anorganik, kekeruhan, zat tersuspensi, temperatur, buih atau busa dan radio aktif; pencemaran fisiologis rasa dan bau; pencemaran biologi pertumbuhan ganggang dan bakteri termasuk bakteri pathogen, dan pencemaran kimia zat organik dan anorganik. Parameter-parameter yang digunakan sebagai petunjuk tingkat pencemaran suatu perairan ialah parameter karakteristik fisik, kimia, dan biologi. Tercemar tidaknya suatu perairan sangat ditentukan oleh senyawa yang terkandung di dalam air tersebut. Kondisi kualitas air, penyebab, dan upaya yang telah dilakukan di Provinsi Aceh lebih rinci dapat diketahui dari uraian berikut ini. Sumber air di Provinsi Aceh meliputi sungai, danau, dan air tanah maka penyajian tulisan juga didasarkan ketiga kelompok sumber air tersebut. Sumber pencemaran air sungai perkotaan juga disebabkan oleh perkembangan industri kecil yang rata-rata tidak mempunyai IPAL. Tekanan terhadap pencemaran air sungaidanau di perdesaan utamanya disebabkan oleh pemakaian pupuk buatan. Ternyata pemakaian pupuk buatan untuk sawah merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan perkebunan dan palawija. C.1 Sungai C.1.1 Kondisi Sungai di Provinsi Aceh Provinsi Aceh saat ini telah terdata sebanyak 274 sungai besar dan kecil yang tersebar di seluruh kabupatenkota dan 45 sungai merupakan lintas kabupatenkota. Debit maksimum rata-rata air sungai di Provinsi Aceh adalah 0,73 – 968 m 3 detik untuk sungai besar dan 0,01 – 1,3 m 3 detik untuk sungai kecil seperti yang ditabulasikan pada Tabel SD-12 Buku Data. Sungai Kr. Masem merupakan sungai yang memiliki debit terbesar 968 m 3 detik dan Sungai Kr. Pine merupakan sungai yang memiliki debit terkecil di Provinsi Aceh. Secara visual air sungai di Provinsi Aceh tampak jernih kecuali pada lokasi-lokasi tertentu, seperti sungai yang melintasi perkotaan. Perbedaan ini akan sangat menyolok apabila turun hujan yang disebabkan banyaknya lahan terbuka sehingga pada saat hujan terjadi run-off yang membawa sedimen dengan konsentrasi tinggi. Selain itu perbedaan juga akan terlihat Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 24 apabila pada lokasi tersebut ada aktifitas pertambangan terbuka, seperti Galian C dan lainnya. Tidak semua sungai dilakukan pemantauan secara berkala. Hanya beberapa sungai yang dapat dijadikan tolak ukur pencemaran sungai di Provinsi Aceh dengan melakukan pengukuran dan dianalisis dengan fokus lokasi berikut ini. a. Sungai-sungai yang melintasi daerah perkotaan; b. Sungai yang dilintasi oleh aktivitas pertambangan; dan c. Sungai lainnya di Provinsi Aceh. Uraian ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi Sungai di Provinsi Aceh secara utuh. Analisis dilakukan berdasarkan Kelas II Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian Pencemaran Air. C.1.1.1. Sungai yang Melintasi Daerah Perkotaan Ada beberapa sungai yang melewati daerah perkotaan di Provinsi Aceh yang menampung limbah perkotaan dari berbagai jenis kegiatan seperti rumah sakit, hotel, industri, PLTD, limbah pasar, dan limbah rumah tangga. Sungai tersebut adalah Sungai Krueng Aceh, Krueng Daroy, Krueng Doy, dan Krueng Tamiang. Masih terdapat beberapa sungai lain yang melintasi perkotaan, namun keempat sungai ini merupakan sungai yang melewati perkotaan dengan kepadatan penduduknya tinggi. Sungai-sungai ini dapat dijadikan indikator kualitas air sungai perkotaan di Provinsi Aceh. 1. Sungai Krueng Aceh , sungai ini merupakan sungai besar yang membelah dua Kota Banda Aceh. Sungai ini memiliki panjang 113 km, lebar 60 m bagian hulu, 57 m bagian tengah, dan 51 m bagian hilir dengan debit rata-rata 19,1 m 3 detik 85,2 m 3 detik maksimum dan 10,38 m 3 detik minimum. Sungai ini berfungsi sebagai sumber utama air bersih masyarakat Kota Banda Aceh bermuara ke Samudera Hindia. Di sepanjang sungai ini banyak terdapat aktivitas masyarakat seperti doorsmeer, industri PLTD dan pupuk NPK, hotel, SPBU, dan water intake PDAM. Sebagian hasil buangan limbah Kota Banda Aceh dialirkan melalui sungai ini pada bagian hilirnya. Sungai Krueng Aceh menjadi sangat penting mengingat di bagian hulu sungai ini terdapat water intake PDAM Tirta Daroy dan sungai ini saat ini sedang dikembangkan wisata sungai. Ke depannya kawasan ini akan terus dikembangkan. Pengembangan kawasan ini akan sangat terkait dengan kualitas air dan nilai estetika dari sungai Krueng Aceh serta nilai jual dari kawasan wisata sungai ini. Kualitas air DAS Kreung Aceh, dipantau secara reguler setiap triwulan. Pemantauan ini dilakukan pada 6 lokasi dengan mempertimbangkan lokasi kepadatan dengan aktifitas masyarakat, terletak di persimpangan aliran buangan limbah domestik rumah tangga, dan dapat terwakili aliran sungai baik hulu, tengah maupun hilir sungai. Lokasi yang terpilih tersebut dibagi ke dalam beberapa segmen Gambar II.7 antara lain: 1. Segmen Jembatan Lambaro, Bagian Hulu N = 05 3033,0 E = 095 21 33,9;