Tanah pada Kelompok Tektonik Struktural

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 6 3 Bentukan lahannya berupa dataran bergelombang cukup tertoreh dengan relief bergelombang 15-30 dan bahan induknya berupa batu liat dan batu pasir. Penyebarannya disekitar Bangun Reksa, Karang Joang dan Manggar; 4 Bentukan lahannya berupa dataran tektonik bergelombang cukup tertoreh dengan relief berbukit kecil 15-30 dengan bahan induk batu liat dan batu pasir. Penyebarannya terutama di Kecamatan Balikpapan barat dan sebagian kecil di Balikpapan Utara; 5 Bentukan lahannya berupa perbukitan paralel lipatan, sangat tertoreh dengan relief berbukit 15-30 dan bahan induknya berupa batu liat, batu pasir dan batu gamping. Penyebarannya di Karang Joang Km 15. Bahan induknya adalah batu liat dan batu gamping maupun batu pasir yang dominan, maka jenis tanah ini setara dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning. Adapun faktor pembentuk serta corak dan sifat dari jenis tanah ini, adalah sebagai berikut:  Faktor Pembentuk: 1 Iklim : Curah Hujan 2.500-3.500 mm tahun 2 Bahan Induk : Tuf Asam, Batuan Pasir, Sedimen Kwarsa 3 Topografi : Bergelombang sampai berbukit 50 - 3.500 meter dari atas permukaan laut 4 Vegetasi : Hutan Tropika, alang-alang, Pinus, Pakis  Corak 1 Solum agak tebal 1-2 meter 2 Warna merah hingga kuning 3 Tekstur : Aneka, liat maxima atau meningkat 4 Struktur : Gumpal di bawah, makin ke bawah manin pejal 5 Konsistensi : Teguh sampai gembur, makin ke bawah makin teguh, agregat berselaput liat  Sifat 1 Kemasaman : Masam hingga amat masam 2 Kejenuhan basa: Rendah 20 3 Daya adsorpsi : Rendah hingga tinggi tergantung dari tektur dan mineral liat 4 Unsur hara : Rendah terutama Ca, P, N dan K. Dari tuf volkan relatif lebih baik dari batuan bahan sedimen 5 Permeabilitas : Tergantung dari tekstur bahan induk lambat hingga sedang 6 Kepekaan erosi besar Kondisi kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, erosi dan drainase di Kota Balikpapan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kedalaman Efektif Tanah Kedalaman efektif tanah menggambarkan ketebalan tanah dan sejauh mana akar tanaman dapat berkembang. Besarnya diukur dari permukaan tanah sampai dengan lapisan di mana akar tanaman tidak dapat lagi menembusnya. Lapisan tersebut biasanya berupa LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 7 penghalang fisik yang berupa batuan atau lapisan kedap akar. Pada keadaan tertentu lapisan tersebut dapat berupa suatu lapisan yang secara kimia mengandung racun yang mematikan akar tanaman. Kedalaman efektif tanah di Kota Balikpapan dikelompokkan dalam 2 dua kelas yaitu : a Kedalaman efektif tanah antara 30 cm – 60 cm; b Kedalaman efektif tanah 90 cm b. Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah kasar halusnya bahan padat organik tanah berdasarkan perbandingan fraksi pasir, lempung debu dan air. Tekstur ini akan berpengaruh terhadap pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam mengatur kandungan udara dalam rongga tanah dan persediaan serta kecepatan peresapan air di tanah tersebut. Tekstur tanah bahkan turut menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan oleh air tanah. Apabila tekstur tanah halus, maka tanah tersebut sulit untuk meluluskan air dan apabila tekstur tanah tersebut kasar akan mudah meluluskan air. Sebagian besar wilayah Kota Balikpapan tersusun oleh jenis tanah podsolik merah kuning dan pasir kuarsa dengan daya kohesi yang rendah, mudah tererosi dan jenuh air karena halus.Tanah seperti ini terbentuk sebagai hasil pelapukan batuan induk yang berumur muda Miosen seperti dalam peta geologi yang sangat dipengaruhi oleh topografi, umur, iklim dann vegetasi. Beberapa jenis tanah sebagai penyusun wilayah Kota Balikpapan adalah : a Alluvial, meliputi 5 wilayah yang terdiri dari sedimen pasir, lempung dan lumpur yang terbentuk di lingkungan sungai dan pantai, kurang subur karena unsur hara sangat sedikit; b Podsolik merah kuning, penyebarannya mencapai 80 wilayah Kota Balikpapan, dengan tekstur halus, liat, porositas jelek dan mudah larut; c Tanah pasir, menempati 15 dari luas wilayah. Mengandung kuarsa, lempung, serpih dengan sisipan napal dan batubara, berwarna kecoklatan agak kelabu, porositas baik dan tingkat erosi sangat tinggi. Karakter hutan di Kota Balikpapan hampir sama dengan karakter hutan pada umumnya di Kalimantan, hal ini karena pembentukan lahannya berdasarkan proses geologi dan geomorfologi yang sama. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Balikpapan tahun 1994 yang diterbitkan oleh Puslitbang Geologi, Wilayah Kota Balikpapan termasuk dalam cekungan pasir dengan formasi penyusun dari muda ke tua adalah: Alluvium, Lapisan batubara, Formasi Kampungbaru Miosen Atas, Formasi Balikpapan Miosen Tengah dan Formasi Pulaubalang Miosen Bawah. Formasi Pulau Balang terdiri dari perselingan batu lempung, batu pasir dengan sisipan batu gamping mengandung Foram. Formasi Balikpapan tersusun oleh batu pasir, lempung, kadang-kadang terdapat sisipan napal dan batu gamping. Formasi Kampung Baru terdiri dari pasir, lempung dengan sisipan batu bara mengandung Foraminifera kecil. Batuan termuda adalah endapan LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 8 Alluvial yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur yang tersebar di sepanjang pantai dan Teluk Balikpapan Laporan akhir SID dan Amdal Bendungan Sungai Wain Kota Balikpapan, 2006. LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 9 Gambar 2.1. Peta Jenis Tanah Sumber : Bappeda Kota Balikpapan, Tahun 2015 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 1 Berdasarkan Masterplan drainase, lahantanah di Kota Balikpapan umumnya tidak tergenang air kecuali Sungai Manggar Besar dan Sungai Wain yang tergenang secara periodik. Potensi erosi dipastikan terjadi pada setiap lahantanah. Jenis erosi yang terjadi pada tanah di Kota Balikpapan umumnya adalah ringan.Daerah sekitar Sungai Manggar Besar, Sungai Wain dan sepanjang pantai timur tidak berpotensi erosi.

1. Kerusakan Lahan Kritis

Pada tahun 2014, Badan Lingkungan Hidup Kota Balikpapan telah melakukan studi informasi status kerusakan lahan danatau tanah kritis khususnya untuk produksi biomassa secara global di Kota Balikpapan, yang meliputi 6 enam kecamatan. Dari hasil studi yang telah dilakukan hanya 4 empat kecamatan yang memenuhi untuk dilakukan studi biomassa, sedangkan 2 dua kecamatan lainnya yakni kecamatan Balikpapan Kota dan Balikpapan Tengah tidak dapat dilakukan studi biomassa karena tidak adanya kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman. Tabel 2.1. dan Tabel 2.2. berikut ini menggambarkan hasil studi dimaksud. . Tabel 2.1. Tingkat Kerusakan LahanTanah untuk Produksi Biomassa Tingkat Kecamatan Tahun 2014 Sumber : BLH Kota Balikpapan, Tahun 2014 Tabel 2.2. Tingkat Kerusakan LahanTanah untuk Produksi Biomassa Tingkat Kelurahan Tahun 2014 No Kecamatan Kelurahan Tingkat Kerusakan Total Kerusakan Rusak Ringan Rusak Sedang 1 Balikpapan Timur Lamaru 1425.05 475.84 1900.89 Manggar 1233.45 247.59 1481.04 Manggar Baru 0.31 47.9 48.21 Teritip 2262.42 6406.87 8669.29 2 Balikpapan Utara Batu Ampar 193.38 1565.42 1758.8 Gunung Samarinda 103.23 397.27 500.5 Karang Joang 2519.46 700.68 3220.14 Muara Rapak 9.29 223.42 232.71 Kecamatan Tingkat Kerusakan Total Tidak Rusak Rusak Ringan Rusak Sedang Balikpapan Barat 652,08 2.393,59 2.501,59 5.547,26 Balikpapan Kota 25,94 129,07 155,01 Balikpapan Selatan 900,69 2.488,33 657,63 4.046,65 Balikpapan Tengah 16,67 273,64 563,78 854,09 Balikpapan Timur 6.695,53 4.921,23 1.472,01 13.088,77 Balikpapan Utara 658,40 2.825,36 8.592,98 12.076,74 Total Ha 8.923,37 12.928,09 15.077,38 36.928,84 Wil. Kota 16,62 24,08 28,08 68,78 Wil. Studi 24,16 35,01 40,83 100,00 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 2 3 Balikpapan Barat Baru Ilir 3.39 4.31 7.7 Baru Tengah 3.8 4.59 8.39 Baru Ulu 10.92 18.18 29.1 Kariangau 2359.41 2393.97 4753.38 Marga Sari 3.99 7.6 11.59 Margomulyo 12.08 72.94 85.02 4 Balikpapan Selatan Damai 212.61 77.63 290.24 Gunung Bahagia 910.62 371.23 1281.85 Klandasan Ilir 0.02 0.09 0.11 Prapatan 38.7 38.7 Sepinggan 1359.61 169.9 1529.51 Sumber : BLH Kota Balikpapan, Tahun 2014 Dari 2 tabel diatas, untuk tahun 2015 telah dilakukan studi lebih detail di Kelurahan Lamaru dan Kelurahan Teritip karena tingkat kerusakan tanahlahan untuk produksi biomassa berada pada Kecamatan Balikpapan Timur. Dilihat pada parameter yang diuji di laboratorium, seperti yang tergambar pada Tabel SD-7 Buku Data SLHD, mengalami kerusakan lahantanah yang cukup signifikan khususnya parameter Komposisi Fraksi dan pH. Jumlah luas lahan produksi biomassa yang ada di Kelurahan Lamaru dan Kelurahan Teritip terdiri atas lahan hutan campuran, hutan mangrove, kebun karet, kebun campuran, perkebunan kelapa, ladang, semak belukar, dan tegalan, serta sawah yang hanya ada di kelurahan Teritip dan Lamaru. Luas lahan biomassa di Kelurahan Lamaru dan Kelurahan Teritip bisa dilihat pada Tabel 2.3. berikut ini: Tabel 2.3. Luas Lahan Biomassa di Kecamatan Balikpapan Timur. Lahan Biomassa Kel. Lamaru Kel. Teritip Total Ha Ha Ha Hutan Campuran 42,51 1,09 461,07 10,04 503,58 5,88 Hutan Mangrove 67,31 1,73 27,53 0,60 94,84 1,12 Karet 2.797,90 71,83 2.864,87 62,40 5.662,77 66,79 Kebun Campuran 243,48 6,25 369,37 8,05 612,85 7,21 Ladang 271,65 6,97 170,38 3,71 442,03 5,23 Perkebunan Kelapa 296,85 7,62 572,95 12,48 869,80 10,22 Sawah - 109,51 2,39 109,51 1,28 Semak Belukar 89,86 2,31 14,24 0,31 104,10 1,24 Tegalan 85,47 2,19 1,35 0,03 86,82 1,04 Total 3.895,03 100,00 4.591,27 100,00 8.486,30 100,00 Persen 45,90 54,10 100,00 Sumber : BLH Kota Balikpapan, Tahun 2015 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 3 Gambar 2.2. Peta Biomassa Kelurahan Lamaru dan Kelurahan Teritip Sumber : BLH Kota Balikpapan 2015 Berdasarkan pada tabel SD.7 Buku Data SLHD, Kecamatan Balikpapan Timur di tahun 2015 dengan parameter Berat Isi memiliki nilai diatas ambang kritis yakni 1.51 gcm 3 sehingga statusnya rusak jika dibanding dengan Balikpapan Timur di Tahun 2014 yakni 1.25 gcm 3 . Hal ini dikarenakan tingkat kepadatan tanah dan kemampuan akar tanaman untuk menembus tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur dan bahan organik. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2006 bahwa faktor pembatas berat isi adalah 1,4 g.cm 3 . Ciri utama lahan yang telah rusak adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam. Tingkat produktivitas rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah, kekahatan hara P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation KTK, kejenuhan basa KB dan kandungan bahan organik C, tingginya kadar Al dan Mn, yang dapat meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu, pada umumnya kerusakan lahan ditandai dengan vegetasi alang-alang yang mendominasinya dengan sifat-sifat lahan padang alang-alang memiliki pH tanah relatif rendah sekitar 4,8-5,0 mengalami pencucian tanah tinggi, ditemukan rizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman, terdapat reaksi alelopati dari akar rimpang alang-alang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada lahan tersebut. Pada umumnya, penduduk yang tinggal di daerah tersebut relatif miskin sedikit kesempatan untuk memperoleh income, yang disebabkan pemberdayaan tanah kritis tersebut berhubungan erat dengan masalah kemiskinan penduduknya, tingginya kepadatan populasi, kecilnya luas lahan, kesempatan kerja terbatas dan lingkungan yang terdegradasi. Penyebab kerusakan tanah terdiri atas : LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 4 a. Kehilangan unsur hara dan bahan organik didaerah perakaran. b. Terkumpulnya garam-garam di daerah perakaran salinisasi, terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang beracun bagi tumbuhan. c. Penjenuhan tanah oleh air d. Erosi. Berdasarkan pengamatan dan analisa tutupan lahan hutan di Balikpapan Timur khususnya sebaran di Kelurahan Lamaru 2.390,86 Ha atau 61,38 dan di KelurahanTeritip 3.528,52 Ha atau 76,85. Lahan yang menunjukkan kerusakan sedang di KelurahanTeritip sebesar 1.062,75 Ha atau 23,15 dan di Kelurahan Lamaru 1.504,17 Ha atau 38,62.

2. Kawasan Lindung

Sesuai tabel tambahan SD-9A, terdapat 5 lima lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan lindung dengan luasan terbesar adalah Hutan Lindung Sungai Wain yang luasnya mencapai 11.182,8 ha. Hutan Lindung Sungai Manggar memiliki luas total sebesar 6.169,40 Ha yang terdiri dari Hutan Lindung seluas 4.999 Ha terletak di Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara dan kawasan sabuk hijau seluas 1.170,40 Ha tersebar di Kelurahan Teritip dan Kelurahan Manggar; Kecamatan Balikpapan Timur. Kawasan perluasan Hutan Lindung Sungai Wain yang memanfaatkan lahan eks hutan produksi perhutani seluas 1.402,39 Ha yang terletak di Kelurahan Kariangau Kecamatan Balikpapan Barat. Gambar 2.3. Peta Kawasan Lindung Kota Balikpapan Sumber : Bappeda Kota Balikpapan, Tahun 2015 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 5

a. Hutan Lindung Sungai Wain

Hutan Lindung Sungai Wain menjadi satu-satunya hutan yang letaknya dekat dengan kawasan perkotaan. Menjadi salah satu hutan khas tropis pantai basah sehingga mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Merupakan kawasan penyangga yang benar-benar dipertahankan karena sebagai daerah resapan air catchment area Waduk Wain Kota Balikpapan. Vegetasi di kawasan ini 50 merupakan hutan primer dan sebagian merupakan hutan skunder akibat terbakar pada tahun 1998. Secara keseluruhan, kawasan ini sangat terjaga melalui program pengelolaan dan pengamanan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Balikpapan sejak tahun 2000 sampai sekarang. Ancaman utama Hutan Lindung Sungai Wain terutama di daerah perbatasan, adalah kontrasnya penggunaan lahan antara Kota Balikpapan dengan kabupaten tetangga, Kutai Kartanegara. Di Kota Balikpapan peruntukannya hutan lindung dan di Kabupaten Kutai Kartanegara peruntukannya Pertambangan Batubara. Untuk itu Walikota Balikpapan menetapkan buffer zone seluas 500 m keliling hutan lindung sebagai penyangga hutan lindung dari gangguan aktifitas budidaya. Gambar 2.4. Peta Blok Pengelolaan HLSW Sumber : Unit Pelaksana Hutan Lindung Sungai Wain UPHLSW, Tahun 2015 Untuk menjaga kualitas Hutan Lindung Sungai Wain, pengelolaan kawasan ini dikelompokkan menjadi beberapa blok yaitu : 1 Perlindungan hutan primer : 3.044,35 Ha 2 Perlindungan Eks Kebakaran : 4.584,08 Ha 3 Pemanfaatan terbatas enclave : 200,28 Ha 4 Pemanfaatan terbatas ekowisata : 491,80 Ha 5 Pemanfaatan terbatas Kebun Raya SWB : 309,22 Ha B A A Blok Perlindungan B Hutan bekas Terbakar 1998 Luas 4.985 ha A B Blok perlindungan A Hutan Primer Luas 2.884 ha Buffer Zone 500 m dari batas kearah luar Blok Kegiatan Terbatas Ekowisata Luas 222 ha Blok Pemanfaatan B Luas 291 ha Blok Pemanfaatan A Luas 1.100 ha Blok Kegiatan Terbatas Luas 300 ha 500 m dari batas HLSW kearah luar Buffer zone Areal enclave 242.2 ha Blok Perlindungan A_hutan primer 2.884 ha Blok Perlindungan B_hutan pasca kebakaran 4.985 ha Blok pemanfaatan B 291 ha Blok keg terbatas ekowisata 222 ha Waduk Blok KegiatanTerbatas B 300 ha Blok pemanfaatan A 1.100 ha Batas kabupaten Batas kecamatan Jalan balikpapan-samarinda Jalan cabang aspal Jaringan sungai Stasiun Penelitian PETA BLOK PENGELOLAAN HLSW N E W S 1:90192 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 II. 6 6 Pemanfaatan Waduk Wain : 25,49 Ha 7 Buffer Zone dengan ketebalan 500 m : 1.577,39 Ha Jika dibandingkan dengan daerah lain, pemagaran hutan lindung baru dilakukan oleh Pemerintah Kota Balikpapan. Tentunya ini merupakan sebuah kebijakan dalam rangka pelestarian kawasan hutan mengingat pentingnya fungsi suatu hutan bagi kehidupan. Pembagian blok pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain sesuai dengan UU No. 26 Tahun