3. Penyalahgunaan Narkotika
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia perlu dilakukan upaya peningkatan di bidang pengobatan dan pelayanan
kesehatan, termasuk dengan mengusahakan ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu agar
penggunaan narkotika tidak disalahgunakan haruslah dilakukan pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama menurut undang-undang yang berlaku.
Permasalahan narkotika dipandang sebagai hal yang gawat, dan bersifat internasional yang dilakukan dengan modus operandi dan teknologi yang canggih. Mengimpor,
mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan dan menggunakan narkotika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat, serta bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah kejahatan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia dan masyarakat, bangsa dan negara serta
keutuhan nasional Indonesia. Hal ini merupakan tindakan subversi yang merupakan rongrongan yang
dilakukan oleh pelaku tindak pidana narkotika terhadap bangsa dan negaranya sendiri tanpa disadari, terutama generasi muda, akibatnya kita akan menjadi bangsa yang
lemah baik fisik maupun psikisnya. Untuk itu dalam hukum nasional Indonesia telah mengatur segala yang berhubungan dengan narkotika dalam suatu Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah mengatur
tentang ketentuan pidana bagi siapa saja yang dapat dikenakan pidana beserta denda
Universitas Sumatera Utara
yang harus ditanggung oleh penyalahguna narkotika atau dapat disebut sebagai pelaku tindak pidana narkotika.
173
Ketentuan Pidana Narkotika bentuk Perbuatan-perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana narkotika dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, tercantum dalam lebih dari 30 Pasal yaitu Pasal 111 sd Pasal 148 ,dimana pasal-pasal tersebut merupakan beberapa pasal yang mengatur
tentang hal – hal yang berkaitan dengan delik penyalahgunaan narkotika. Pasal yang ada dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jika dicermati
membedakan 4 empat kategori tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang – Undang ini dan dapat diancam dengan sanksi pidana , yakni :
174
1. Perbuatan – perbuatan berupa memilik, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika dan precursor narkotika. ,
2. Perbuatan – perbuatan berupa memproduksi, mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika dan prekusor narkotika.
3. Perbuatan – perbuatan berupa menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan narkotika dan prekusor narkotika. 4. Perbuatan – perbuatan berupa membawa, mengirim, mengangkut atau
menstransit narkotika dan prekusor narkotika.
173
www.lawskripsi.com , Kajian Yuridis Pelaku Tindak Pidana Narkotika diakses 28 1 2011
174
Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang –Undang Narkotika, Jakarta : Rineka Cipta, 2012 , hal 256
Universitas Sumatera Utara
Tindak pidana dalam hal ini yang akan diulas lebih lanjut yaitu mengenai perbuatan yang sangat berkaitan dengan pecandu narkotika yaitu tindak pidana
penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri yang telah diatur dalam Pasal 127 Undang – Undang no 35 tahun 2009.
Tindak pidana penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri dapat juga dirumuskan sebagai crime without victim, dimana para pelaku juga berperan sebagai
korban. Menurut Hj. Tutty Alawiyah A.S dalam buku Moh. Taufik Makarao dkk menyebut, tindak pidana atau kejahatan narkotika adalah merupakan salah satu
bentuk kejahatan yang dikenal sebagai kejahatan tanpa korban Victimless Crime. Selain narkotika, yang termasuk kejahatan tanpa korban adalah perjudian, minuman
keras, pornografi, dan prostitusi.
175
Kejahatan tanpa korban biasanya bercirikan hubungan antara pelaku dan korban yang tidak kelihatan akibatnya. Tidak ada sasaran korban, sebab semua pihak
adalah terlibat dan termasuk dalam kejahatan tersebut. Ia menjadi pelaku dan korban sekaligus. Namun demikian, jika di kaji secara mendalam istilah kejahatan tanpa
korban Victimless Crime ini sebetulnya tidak tepat, karena semua perbuatan yang masuk ruang lingkup kejahatan pasti mempunyai korban atau dampak baik langsung
maupun tidak langsung, atau dalam bahasa agamanya perubahan – perubahan yang dilakukan ini lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya. Oleh karena itu
175
Moh. Taufik Makarao, Suhasril, H. Moh Zakky A.S, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta,: Ghalia Indonesia, 2003 , hal, viii.
Universitas Sumatera Utara
kejahatan ini lebih tepat disebut sebagai kejahatan yang disepakati Concensual Crimes.
176
B. Sistem Penghukuman Hukuman Bagi Pecandu Narkotika Menurut Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
1. Sistem Penghukuman Pidana terhadap Pecandu Narkotika