kejahatan ini lebih tepat disebut sebagai kejahatan yang disepakati Concensual Crimes.
176
B. Sistem Penghukuman Hukuman Bagi Pecandu Narkotika Menurut Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
1. Sistem Penghukuman Pidana terhadap Pecandu Narkotika
Tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dibedakan menjadi dua macam yaitu perbuatan terhadap orang lain dan untuk diri sendiri. Menggunakan Narkotika
bagi diri sendiri mengandung maksud bahwa penggunaan Narkotika tersebut dilakukan tanpa melalui pengawasan dokter.
177
Pada dasarnya, “pengedar” narkotika
dalam terminologis
hukum dikategorisasikan
sebagai pelaku daders,
akan tetapi “pecandu” dapat
dikategorisasikan baik
sebagai “pelaku danatau
korban”. Selaku korban,
maka “pecandu” narkotika adalah warga negara yang harus dilindungi, serta dihormati hak- haknya baik dalam proses hukum maupun dimensi kesehatan dan sosial. Pada Undang –
Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah memberikan hak kepada “pecandu” yaitu adanya upaya rehabilitasi bagi pecandu narkotika Pasal 54
Undang - Undang Narkotika yang menegaskan Pecandu Narkotika dan Korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani
rehabilitasi medis
dan rehabilitasi
176
Ibid
177
B. Ginting, Tesis, Analisis Yuridis Rehabilitasi terhadap Pecandu Narkotika,USU, 2011
Universitas Sumatera Utara
sosial. Menteri menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pe la ya na n kese hat an da nat au u nt uk penge mba nga n ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemudian juga “pecandu” narkotika dapat memilih tempat rehabilitasi yang telah memenuhi kualifikasi dan apabila pengguna narkotika dalam pengawasan negara
maka negara memberikan hak rehabilitasi secara cuma-cuma kepada pengguna narkotika dimana pembiayaanya dapat diambil dari harta kekayaan dan asset yang
disita oleh negara Pasal 9 ayat 1, Penjelasan Pasal 103 ayat 1 huruf b dan Penjelasan Pasal 101 ayat 3 Undang – Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Kemudian
juga diaturnya hak untuk tidak dituntut pidana sebagai sebuah diskresi bagi “pengguna” narkotika sebagaimana ketentuan Pasal 128 Undang – Undang No 35 Tahun 2009
tentang Narkotika yang memberi jaminan tidak dituntut pidana bagi Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 1 dan bagi Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 2 yang sedang menjalani
rehabilitasi medis 2 dua kali masa perawatan dokter dirumah sakit danatau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah.
178
Hal tersebut tidak mudah diterapkan pada pecandu narkotika walaupun dalam Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah jelas terdapat Pasal
127 yang khusus untuk pecandu narkotika, dimana Pasal tersebut berbunyi : Pasal 127
178
http:www.pn-kepanjen.go.id Dr. Lilik Mulyadi, Penelitian Asas, Teori, Norma dan Praktik
Penerapannya Dalam Putusan Pengadilan, diakses 20 3 2012
Universitas Sumatera Utara
1 Setiap Penyalah Guna: a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling
lama 4 empat tahun; b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 dua tahun; dan c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 satu tahun . 2 Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat 1, hakim wajib
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103.
3 Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan narkotika, penyalahguna tersebut
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Pasal ini berkaitan dengan Pasal 103 yang mengatakan bahwa : 1 Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat:
a. Memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan danatau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut
terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika, atau b.Menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan
danatau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika.
Universitas Sumatera Utara
Undang – Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak memberikan pembedaan garis yang jelas antara delik pidana dalam Pasal 127 Undang – Undang
tentang Narkotika dengan delik pidana lain yang terdapat dalam Undang - Undang tersebut, dimana pengguna Narkotika yang mendapatkan Narkotika secara melawan
hukum pastilah memenuhi unsur “menguasai”, “memiliki”, “menyimpan”, atau “membeli” narkotika dimana hal tersebut juga diatur sebagai suatu tindak pidana
tersendiri dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika., seperti yang diatur dalam Pasal 111 dan 112.
Apabila penegak hukum mengaitkan antara delik pidana pecandu narkotika dengan delik pidana penguasaan, pemilikan, penyimpanan atau pembeliaan narkotika
secara tanpa hak dan melawan hukum, dimana ancaman hukumanya menjadi lebih dari 5 tahun penjara dan dibeberapa kententuan melebihi 9 tahun penjara, sehingga
berdasarkan Pasal 21 ayat 4 huruf a KUHAP Pengguna narkotika dapat ditahan, dan bila dikenakan ketentuan pidana yang ancamannya melebihi 9 Sembilan tahun maka
berdasarkan Pasal 29 KUHAP masa tahanan dapat ditambahkan sampai 60 enam puluh hari itu akan menimbulkan dampak yang tidak baik pada pecandu narkotika
tersebut. Selain terancam sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang - Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, pecandu narkotika juga dapat
dikenakan berbagai ketentuan pemidanaan lain dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009 tentang narkotika, selama terpenuhinya unsur ”menguasai”, “memiliki”,
“menyimpan”, atau “membeli” narkotika secara tanpa hak dan melawan hukum dimana memiliki sanksi pidana yang lebih tinggi dan tidak ada pilihan bagi hakim
Universitas Sumatera Utara
untuk menjatuhkan putusan rehabilitasi tanpa adanya putusan penjara karena ada batas minimal pemidanaan dalam delik tersebut.
Kita harus memahami permasalahan tersebut dengan hati-hati apalagi ditambah dengan dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun
2009 tentang penempatan pecandu yang sekarang telah diubah dengan SEMA RI Nomor 04 Tahun 2010 tentang penempatan penyalahgunaan, korban penyalahgunaan
dan pecandu narkotika ke dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Mahkamah Agung berinisiatif untuk memberi batasan dalam memutuskan
perkara yang berhubungan dengan hal tersebut, maka Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran yaitu SEMA NO 4 TAHUN 2010 Tentang Penempatan
Penyalahgunaan, korban penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga rehabilitasi medis Dan Rehabilitasi Sosial, dalam SEMA ini Mahkamah Agung
menyatakan : Bahwa Penerapan pemidanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 huruf a dan b
Undang - Undang No 35 Tahun 2009 hanya dapat dijatuhkan pada klasifikasi tindak pidana sebagai berikut :
a. Terdakwa pada saat ditangkap oleh penyidik polri dan penyidik BNN dalam
kondisi tertangkap tangan;
b. Pada saat tertangkap tangan sesuai butir a diatas ditemukan barang bukti
pemakaian 1 satu hari dengan perincian antara lain sebagai berikut : 1. Kelompok metamphetamine Shabu
: 1 gram
2. Kelompok MDMA extasi : 2,4 gram = 8 butir
3. Kelompok heroin : 1,8 gram
4. Kelompok Kokain : 1,8 gram
5. Kelompok Ganja : 5 gram
6. Daun Koka : 5 gram
7. Meskalin : 5 gram
8. Kelompok psilosybin : 3 gram
9. Kelompok LSD d-lysergic acid diethylamide : 2 gram 10. Kelompok PCP phencyclidine