BAB IV PERANAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DALAM SISTEM
PENGHUKUMAN BAGI PECANDU NARKOTIKA
A. Sejarah Badan Narkotika Nasional
Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia
Inpres Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelligen Nasional BAKIN untuk menanggulangi 6 enam permasalahan nasional yang menonjol,
yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkotika, penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan
subversi.
190
Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya
narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar
Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang
190
http:id.wikipedia.org, Badan_Narkotika_Nasional, diakses 2 5 2012
Universitas Sumatera Utara
operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN.
191
Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan
bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata
membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis
mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan
Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba.
192
Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI
mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua
Undang-undang tersebut, Pemerintah Presiden Abdurahman Wahid membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional BKNN, dengan Keputusan Presiden Nomor
191
Ibid
192
Ibid
Universitas Sumatera Utara
116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait.
193
BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia Kapolri secara ex-officio, Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi
anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Mabes Polri, sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal.
194
BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkotika yang makin serius. Oleh karenanya
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional BNN. BNN, sebagai
sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi:
1. Mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan
2. Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN,
dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur
kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif
193
Ibid
194
Ibid
Universitas Sumatera Utara
kesamaan fungsional semata, maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan
makin serius.
195
Pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi
BNP dan Badan Narkotika KabupatenKota BNK, yang memiliki kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang
mana BNN-BNP-BNKabKota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, propinsi dan kabupatenkota yang masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden,
Gubernur dan BupatiWalikota, dan yang masing-masing BNP dan BN KabKota tidak
mempunyai hubungan
structural vertikal
dengan BNN.
Merespon perkembangan permasalahan narkotika yang terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VIMPR2002 melalui Sidang Umum
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR-RI Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
196
Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas Undang - Undang
Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2009
195
Ibid
196
Ibid
Universitas Sumatera Utara
tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.
197
Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementrian LPNK dengan struktur vertikal ke propinsi
dan kabupatenkota. Di propinsi dibentuk BNN Propinsi, dan di kabupatenkota dibentuk BNN KabupatenKota, sedangkan pegawainya berasal dari Intansi Pusat dan
Daerah, baik dari Polri maupun Pemerintah Daerah
.
BNN dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BNN berkedudukan di
bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Kepala BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur Utama, dan 5 lima Deputi yaitu Deputi Pencegahan,
Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama.
198
Badan Narkotika Nasional sebagai focal point institusi yang dikedepankan dalam memberantas kejahatan narkotika terus berupaya keras, itu merupakan
tantangan yang sangat berat bagi negeri ini meski bangsa-bangsa ASEAN membangun komitmen dan bersinergi untuk mewujudkan visi sebagai bangsa yang
bebas dari narkotika tahun 2015. Lahirnya payung hukum, yakni Undang-Undang tentang Narkotika Nomor 35 tahun 2009, serta adanya joint operation antar negara
toh narkotika tetap saja sulit dikendalikan secara efektif. Secara substansial, Undang -
197
Ibid
198
http:kadarmanta.blogspot.com, Kejahatan Narkotika Extraordinary Crime Dan Extraordinary Punishment , diakses 28 1 2011
Universitas Sumatera Utara
Undang Narkotika yang baru tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun penekanan pada ketentuan kewajiban rehabilitasi, penggunaan pidana yang jauh lebih
keras, dan kewenangan BNN yang meningkat.
199
B. Peranan Badan Narkotika Nasional Dalam Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika Setelah Lahirnya Undang –
Undang No 35 tahun 2009 Dan Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, seperti disebutkan pada Pasal 64, BNN dalam pelaksanaan kinerjanya, bertugas untuk
melakukan upaya pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika dan Prekusor narkotika. Pada Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika, secara rinci dikatakan dalam Pasal 70 yang
mengatur tugas dan wewenang Badan Narkotika Nasional mengatakan bahwa tugas dan wewenang dari BNN adalah :
200
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika; c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
199
Ibid
200
Lihat Pasal 70 Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Universitas Sumatera Utara
d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat; e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
g. Melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika; h. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
dan j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
Pasal 71 memberikan wewenang bahwa melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN
berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Wewenang BNN dalam hal pelaksanaan
penyidikan dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009 ini diperluas seperti yang diatur dalam Pasal 75, dimana wewenang BNN dalam penyidikan adalah :
201
a. Melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; b. Memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi;
d. Menyuruh berhenti orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika serta memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
201
Lihat Pasal 75 Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Universitas Sumatera Utara
e. Memeriksa, menggeledah, dan menyita barang bukti tindak pidana dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
f. Memeriksa surat danatau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
g. Menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
h. Melakukan interdiksi terhadap peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di seluruh wilayah juridiksi nasional;
i. Melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti awal yang
cukup; j. Melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di
bawah pengawasan; k. Memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika;
l. Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat DNA, danatau tes bagian tubuh lainnya;
m. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka; n. Melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan tanaman;
o. Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat
perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
p. Melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang disita;
q. Melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan Prekursor Narkotika;
r. Meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika;dan s. Menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
Beberapa perubahan substansional yang terjadi menyangkut organisasi Badan Narkotika Nasional yang ada dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009, adalah :
a. Kewajiban Untuk Menjalani rehabilitasi bagi mereka yang terbukti sebagai penyalahguna Narkotika
b. Peningkatan kewenangan BNN untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan
Universitas Sumatera Utara
c. Ancaman hukuman yang jauh lebih berat dan tegas bagi para pengedar Narkotika
d. Hubungan organisasi yang bersifat vertikal dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi BNNP dan Badan Narkotika KabupatenKota BNNK .
Terkait dengan ketentuan dalam Undang - Undang No 35 Tahun 2009 , pemerintah kemudian melakukan restrukturisasi organisasi BNN, yang dituangkan
secara rinci dan organisasional dalam Peraturan Presiden No 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. Peraturan presiden Nomor 23 Tahun 2010 Tentang BNN
yang telah disahkan pada tanggal 12 April 2010 lalu merupakan peraturan pelaksana tentang struktur organisasi dan tata kerja BNN, yang disusun sebagai tindak lanjut
dari ketentuan Pasal 67 ayat 3 dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009 . Dalam Perpres ini pula diatur mengenai susunan Organisasi yang ada di Lingkungan BNN.
BNN sebagai penjuru dan focal point dalam upaya penanggulangan permasalahan Narkotika tentunya tidak dapat bekerja sendirian. Diperlukan
kerjasama dan komitmen dari berbagai unsur pemerintah terkait maupun elemen masyarakat untuk turut memerangi penyelahgunaan narkotika, melalui aspek
pencegahan, terapi rehabilitasi maupun pemberantasan. Dengan demikian diharapkan cita – cita kita untuk mewujudkan Indonesia bebas narkotika pada tahun 2015.
202
Perpres Nomor 23 Tahun 2010 ini juga menjelaskan tentang pelaksanaan upaya Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika.
Serta menjelaskan juga tentang tugas BNN untuk menyusun dan melaksanakan
202
Majalah Sinar BNN, edisi 9 tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
kebijakan nasional mengenai Pencegahan dan Pemberantasan penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika. Hal itu dapat kita lihat dalam Pasal – Pasal yang ada
dalam Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010, dalam Peraturan Pemerintah ini Organisasi Badan Narkotika Nasional diterangkan sebagai Badan Narkotika Nasional
yang selanjutnya BNN adalah lembaga pemerintah non kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tujan Pembentukan BNN juga dijelaskan dalam Peraturan Presiden ini, dimana tujuan dari pemerintah membentuk
BNN adalah memberi tugas kepada BNN untuk :
203
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika; c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Republik Negara Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat; e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat
dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
g. Melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; h. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika.
i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan tehadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
203
Lihat Peraturan presiden Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional
Universitas Sumatera Utara
j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
BNN juga bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
204
Peraturan Presiden ini juga mengatur tentang fungsi dari BNN dikatakan dalam Pasal 3 bahwa dalam melaksanakan tugasnya BNN
menyelenggarakan fungsi :
205
a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat
dengan P4GN;
b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan prosedur P4GN;
c. Penyusunan perencanaan, program, dan anggaran BNN; d.
Penyusunan dan
perumusan kebijakan
teknis pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang P4GN;
e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan,
Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberantasan, Rehabilitasi, Hukum, dan Kerja Sama;
f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN;
g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan
kebijakan nasional di bidang P4GN; h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di
lingkungan BNN; i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta
masyarakat; j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;
204
Lihat Pasal 2 Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010
205
Lihat Pasal 3 Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol; l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen
masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke
dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna danatau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol di tingkat pusat dan daerah; m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;
n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna danatau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif
lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alcohol berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang telah teruji
keberhasilannya; o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan
perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN;
p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang P4GN;
q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN; pelaksanaan koordinasi pengawasan
fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN;
s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode etik profesi penyidik BNN;
t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN;
u. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika, dan precursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol; v. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika, dan
prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol;
w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.
Universitas Sumatera Utara
Dijelaskan juga dalam Pasal 4 Peraturan Presiden ini bahwa dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Peraturan
Presiden No 23 tahun 2010 juga mengatur tentang susunan Organisasi Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional yang dicantumkan dalam Pasal 5 – 48 , dimana
diterangkan bahwa susunan organisasi BNN terdiri atas :
206
a. Kepala; b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Pencegahan; d. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat;
e. Deputi Bidang Pemberantasan; f. Deputi Bidang Rehabilitasi;
g. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama
h. Inspektorat Utama; i. Pusat
j. Instansi Vertikal. k. Unit Pelaksana Teknis
l. Kelompok Ahli
Tata Kerja dan Pembiayaan BNN juga diatur dalam Peraturan Presiden No 23 tahun 2010, dimana dijelaskan dalam Pasal 52 – Pasal 59 yang mengatakan bahwa
semua unsur di lingkungan BNN dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi termasuk dalam menjalin
hubungan dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di tingkat nasional, regional, dan internasional. Pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab
206
Lihat Pasal 5- 48 Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
memimpin dan mengoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. Pimpinan satuan
organisasi wajib melaksanakan sistem pengendalian intern di lingkungan masing- masing yang memungkinkan terlaksananya mekanisme uji silang. Pimpinan satuan
organisasi wajib mengikuti, mematuhi petunjuk, dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya.
Fungsi koordinasi dalam bidang P4GN dilaksanakan melalui koordinasi dengan pimpinan lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, lembaga
internasional, komponen masyarakat dan pihak lain yang dipandang perlu. Koordinasi dilakukan melalui :
a. Forum koordinasi yang dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu jika diperlukan untuk penyusunan dan perumusan kebijakan nasional
di bidang P4GN; b. Kerja sama sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-
masing dalam pelaksanaan kebijakan di bidang P4GN; c. Kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
Pelaksanaan kegiatan P4GN, BNN melakukan siaga informasi 24 dua puluh empat jam di bidang P4GN. Berdasarkan hasil informasi, BNN atau melalui BNNP
danatau BNNKKota segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan serta melaksanakan tindak awal untuk pemberantasan dan pemutusan jaringan kejahatan
terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi di wilayah setempat sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pelaksanaan penindakan tersebut dilaksanakan secara terkoordinasi dengan pemerintah daerah
setempat, instansi pemerintah, dan pihak lain terkait. BNNP danatau BNNKKota melaporkan langkah-langkah dan tindak awal
yang diambil kepada Kepala BNN dan dilaksanakan dalam satu kesatuan komando oleh Kepala BNN.
BNN selain melaksanakan tindakan pemberantasan terhadap penyalahgunaan Narkotika mereka juga melakukan Pembinaan Dan Pengawasan terhadap peredaran
Narkotika dalam kehidupan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Pasal 60 yang mengatur bahwa BNN bersama pemerintah harus melaksanakan pembinaan terhadap
segala kegiatan yang berhubungan dengan Narkotika. Pembinaan tersebut meliputi upaya:
a. Memenuhi ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Mencegah penyalahgunaan Narkotika; c. Mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan
Narkotika, termasuk dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai lanjutan atas
d. Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan; dan e. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi Pecandu
Universitas Sumatera Utara
Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Bidang Pengawasan Pasal 61 Peraturan Presiden ini mengatakan bahwa BNN
dan Pemerintah melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan Narkotika. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a. Narkotika dan Prekursor Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. alat-alat potensial yang dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. evaluasi keamanan, khasiat, dan mutu produk sebelum diedarkan; d. produksi;
e. impor dan ekspor; f. peredaran;
g. pelabelan; h. informasi; dan
i. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemerintah mengupayakan kerja sama dengan negara lain danatau badan internasional secara bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional
dalam rangka pembinaan dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan kepentingan nasional sebagaimana diatur dalam Pasal 63 Peraturan Presiden
No 23 Tahun 2010 ini.
Universitas Sumatera Utara
Pembiayaan untuk kelangsungan Organisasi BNN diatur dalam Pasal 64 yang
menjelaskan bahwa Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BNN sangat mengharapkan peranserta masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika ini sehingga BNN memberikan Wadah dalam mengakomodasi Peran Serta Masyarakat, dalam rangka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk berperan serta dan membantu pelaksanaan P4GN tersebut, BNN dapat memfasilitasi dan mengkoordinasikan pembentukan wadah peran serta
masyarakat. Wadah peran serta masyarakat, dapat berupa forum koordinasi, pusat pelaporan dan informasi, serta wadah lainnya sesuai kebutuhan.
Tahun 2011 merupakan tahun bersejarah bagi Bangsa Indonesia karena pada puncak peringatan Hari Anti Narkoba Internasional HANI di Silang Monas, pada
tanggal 26 Juni 2011, telah dicanangkan oleh Presiden RI Indonesia Negeri Bebas
Narkoba”.
207
Presiden RI menegaskan bahwa Narkoba merupakan kejahatan serius. Oleh sebab itu, BNN selaku focal point pelaksanaan P4GN diminta untuk lebih serius,
lebih aktif, dan lebih ambisius dalam menangani masalah Narkoba ini.
207
www. BNN. Co.id, Press Release Akhir Tahun Badan Narkotika Nasional , diakses 3 5 2012
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di
Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba P4GN Tahun 2011-2015. Dalam Inpres ini Presiden RI memberikan
arahan kepada segenap Menteri, Pejabat Setingkat Menteri, Kepala LPNK, Gubernur, dan BupatiWalikota bersama seluruh komponen masyarakat lainnya untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing melaksanakan Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 melalui
penyusunan Rencana Aksi di lingkungan masing-masing secara bersama mewujudkan pencapaian Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015 sebagai tahap awal
dalam mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba. Presiden dalam Instruksinya tersebut memerintahkan bahwa dalam
pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tahun 2011 – 2015 semua pihak harus
lebih memfokuskan pencapaian Indonesia Negeri Bebas Narkoba, Diperlukan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasa Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba Jakstranas P4GN sebagai bentuk Komitmen bersama seluruh komponen masyarkat bangsa dan Negara Indonesia, dengan ini
menginstruksikan kepada seluruh jajaran pemerintahannya yang terdiri dari :
208
l. Para Menteri Kabinet Indonesi Bersatu II ;
208
Lihat
Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba P4GN Tahun 2011-
2015.
Universitas Sumatera Utara
2. Sekretaris Kabinet; 3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Jaksa Agung; 5. Panglima Tentara Nasional lndonesia;
6, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; 7. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian;
8. Para Gubernur dan 9. Para BupatiWalikota
Para aparatur pemerintahan dan penegak hukum tersebut di instruksikan untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 20l1 - 2015, yang meliputi bidang: pencegahan, pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi,
dan pemberantasan. Dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 2011 – 2015 didalam Instruksi Presiden No 12 Tahun 2011 memerintahkan agar :
BidangPencegahan, memfokuskan pada upaya menjadikan siswapelajar pendidikan menengah dan mahasiswa memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan upaya menjadikan para pekerja memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba. Bidang Pemberdayaan masyarakat ,memfokuskan pada: upaya menciptakan
lingkungan pendidikan menengah dan kampus bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama ganja, shabu, ekstasi dan heroin, upaya
Universitas Sumatera Utara
menciptakan lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama ganja, shabu, ekstasi dan heroin dan, upaya penyadaran dengan
pemberdayaan masyarakat di daerah daerah yang secara sosiologis dan ekonomis melakukan, penanamana ganja.
Bidang Rehabilitasi, memfokuskan pada: upaya mengintensifkan Wajib Lapor Pecandu Narkotika, upaya memberikan pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial kepada penyalahguna, korban penyalahgunaan dan pecandu narkoba, upaya pembangunan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial secara
prioritas berdasarkan kerawanan daerah penyalahgunaan narkoba dan, upaya pembinaan lanjut kepada mantan penyalahguna , korban penyalahgunaan dan
pecandu narkoba. Bidang Pemberantasan, memfokuskan pada: upaya pengawasan ketat terhadap
impor, produksi, distribusi, penggunaan end user, ekspor, dan re-ekspor bahan kimia prekusor dan penegakan hukum terhadap jaringan tersangka yang melakukan
penyimpangan, upaya pengungkapan pabrikan gelap narkoba danatau laboratorium, rumahan dan jaringan sindikat yang terlibat, upaya pengungkapan tindak pidana
pencucian uang yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika secara tegas dan keras sesuai peraturan perundang-undangan, upaya penyelidikan dan penyidikan,
penuntutan dan peradilan jaringan sindikat narkoba baik dalam maupun luar negeri secara sinergi, upaya penindakan yang tegas dan keras terhadap aparat penegak
hukum dan aparat pemerintah lainnya yang terlibat jaringan sindikat narkoba, upaya
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kerja sama antar penegak hukum untuk menghindari kesenjangan di lapangan, upaya kerja sama dengan aparat penegak hukum tingkat internasional.
Para Menteri dan Kepala Lembaga bertindak sebagai penanggung jawab di lingkungan kerja masing-masing terhadap pencapaian target sesuai Rencana Aksi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 20l1 - 2015, diantaranya diharapkan :
Para Gubernur: 1. Dalam waktu 3 tiga bulan,menyusun dan melaksanakan Rencana Aksi
Tahun 201l - 2015 di tingkat Provinsi 2. Melaporkan secara berkala kepada Presiden melalui Badan Narkotika
Nasional. Para BupatiWalikota:
1. Dalam waktu 3 tiga bulan,menyusun dan melaksanakan Rencana Aksi Tahun 20l1 - 2015 di tingkat Kabupaten Kota
2. Melaporkan secara berkala kepada Presiden melalui Kepala Badan Narkotika Nasional.
Kepala Badan Narkotika Nasional : 1. Melakukan pemantauan dan Pengendalian terhadap pelaksanaan Jakstranas
P4GN Tahun 2011 - 2015 2. Mengkompilasi Laporan untuk disampaikan kepada Presiden.
Masyarakat sangat mengharapkan agar para Menteri dan Kepala Lembaga Melaksanakan instruksi Presiden ini dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung
jawab. Terutama peranan Badan Narkotika Nasional sangat diharapkan dalam rangka
akselerasi pencapaian “Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015, dimana terdapat tiga
sasaran penting yang tertuang dalam Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 yang harus dicapai, yaitu :
1. Meningkatnya jumlah masyarakat yang imun.
Universitas Sumatera Utara
2. Menurunnya angka prevalensi penyalahguna Narkoba di bawah 2,8 dari jumlah penduduk Indonesia.
3. Meningkatnya pengungkapan jaringan sindikat Narkoba. Untuk mencapai ketiga sasaran tersebut, maka BNN memfokuskan prioritas
strategi di bidang Pemberantasan dan Rehabilitasi dengan tetap melaksanakan pencegahan dengan kampanye secara besar-besaran melalui media elektronik dimulai
dari kota besar hingga pelosok daerah yang diimbangi dengan Pemberdayaan Masyarakat untuk menciptakan lingkungan bebas Narkoba baik di lingkungan
masyarakat perkotaan maupun pedesaan yang dinilai rawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
209
Badan Narkotika Nasional bersama potensi lainnya berdasarkan perundang – undangan yang mengatur tentang narkotika diatas menerapkan pola penanggulangan
dengan tetap mengacu pada strategi nasional melakukan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 20l1 - 2015
melalui beberapa strategi sebagai berikut: 1. Strategi Pencegahan
Strategi pencegahan antara lain dilakukan dengan cara edukatif pembinaan dan pengembangan lingkungan pola hidup masyarakat, menciptakan hubungan yang
harmonis antar sesama masyarakat dan antara masyarakat dengan Polri dan Badan Narkotika Nasional melalui upaya penyuluhan dan sambang,
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam turut serta menjaga keamanan
209
www. BNN. Co.id
,
Press Release Akhir Tahun 2011, Badan Narkotika Nasional, Op.Cit
Universitas Sumatera Utara
ditengah masyarakat itu sendiri, dan memberikan pencerahan bahwa menggunakan, membeli bahkan sampai memperjual belikan Narkoba adalah
perbuatan melanggar norma hukum dan norma agama.
210
Tujuan yang hendak dicapai dalam upaya ini adalah meningkatkan imunitas masyarakat untuk
senantiasa menolak penyalahgunaan Narkoba sehingga tercipta suatu kondisi prilaku dan norma hidup yang bebas dari pengaruh Narkotika,
211
Adapun beberapa kegiatan pencegahan yang telah dilakukan oleh Badan Narkotika
Nasional adalah sebagai berikut :
212
A. Melaksanakan Kampanye Nasional Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada tanggal 26 Juni 2011 yang dipimpin
oleh Presiden RI, di Silang Monas, Jakarta, dan dihadiri oleh : a. Lebih dari 10.000 orang
b. Pelajar berprestasi dari 33 Provinsi c. 3.000 penari dari berbagai sanggar baik dari Jakarta dan daerah.
d. Komunitas pemerhati masalah Narkoba e. Unsur pemerintah dan sektor swasta.
B. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai kementerian dan lembaga, antara lain :
213
- Kementrian Kominfo
210
http:Ardikurniawan2005.Wordpress.Com, Penanggulangan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba Di Indonesia , diakses 3 5 2012
211
Mapeksi, Menyiram Bara Narkotika, Jakarta : Millenium Publisher, 2002 , hal.148
212
www. BNN. Co.id, Press Release Akhir Tahun 2011, Badan Narkotika Nasional, Op.Cit
213
Ibid
Universitas Sumatera Utara
- Kementerian Diknas - Kementerian PDT
- BKKBN - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
- Kementerian Kesehatan - Kementerian Sosial
- Kementerian Agama - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Melaksanakan rangkaian kegiatan advokasi dan kegiatan P4GN dimasing-masing kementerian dan lembaga tersebut.
C. Melaksanakan sosialisasi dan kampanye P4GN bidang pencegahan melalui berbagai media media cetak dan elektronik dalam bentuk
Talkshow Program Indonesia Bergegas di televisi swasta nasional dan televisi lokal, serta di berbagai radio swasta lokal dan nasional,
dan RRI. Penayangan berbagai iklan layanan masyarakat P4GN bidang pencegahan di berbagai televisI swasta nasional dan TVRI, radio
swasta nasional dan RRI, antara lain dengan melaksanakan :
214
a. Pameran informasi Narkoba di lingkungan sekolah, kampus, instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat umum dengan
mendistribusikan bahan-bahan informasi tentang Narkoba secara
214
Ibid
Universitas Sumatera Utara
gratis seperti majalah, brosur, stiker, poster, VCD, dan pin anti Narkoba.
b. Penerbitan berbagai media cetak baik referensi maupun media kampanye P4GN bidang pencegahan buku, majalah, buletin,
leaflet, stiker, brosur, poster, serta pembuatan media luar ruang spanduk, baliho, umbul-umbul, balon udara, banner, outdoor
running text yang disebarkan, didistribusikan kepada masyarakat luas.
D. Sebagai upaya untuk meningkatkan akses komunikasi antara BNN dan masyarakat, dilaksanakan :
215
a. Membuka layanan Suara Masyarakat yang dapat diakses melalui website BNN www.bnn.go.id. Dari bulan Januari hingga 22
Desember 2011 telah masuk sebanyak 824 pertanyaan dari masyarakat.
b. Pengembangan sub web BNN, perpustakaan online. c. Pengembangan Humas online, dalam rangka meningkatkan
komunikasi dengan kalangan media. d.Pengembangan sub web Drugs Education and Drugs Information
DEDI dan Generasi Bebas Narkoba GENBENAR, sebagai wadah media komunikasi khusus untuk kalangan muda dan remaja.
215
Ibid
Universitas Sumatera Utara
E. Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh BNN,
berorientasi pada peningkatan peran serta masyarakat dalam mendukung program P4GN. BNN masih memfokuskan sasaran
kegiatan bagi para petani ganja di Provinsi Aceh, disamping beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya. Beberapa
kegiatan yang telah dilaksanakan bagi masyarakat Aceh, yaitu :
216
a. Pemetaan Napi Lapas Provinsi Aceh dengan kasus tindak pidana Narkoba.
Pemetaan ini dilakukan untuk mengetahui jumlah dan sebaran data dari para pelaku kasus Narkoba di Provinsi Aceh. Dari
hasil pemetaan diketahui sebanyak 1.163 narapidana 44 dari 10 LapasRutan berasal dari kasus tindak pidana Narkoba.
b. Pemberdayaan masyarakat pedesaan di Provinsi Aceh dengan kegiatan sebagai berikut :
a Sosialisasi sistem pertanian tanpa limbah SPT-TL an integrated zero waste organic farm.
b Pengembangan kambing kacang dan kambing peranakan Etawa PE.
216
Ibid
Universitas Sumatera Utara
c Meningkatkan potensi pedesaan dengan mengembangkan tanaman Jabon dan budidaya Cabe Keriting Hibrida.
d Pengembangan Minyak Nilam. e Peralihan dan pengembangan kota Maheng, dari
kampong ganja menjadi agrowisata dengan pendirian Sekolah Kejuruan Pertanian di Desa Maheng.
c. Kegiatan lainnya yang telah dilaksanakan, antara lain : a Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Bebas Narkoba
yang dilakukan di lingkungan kerja pemerintah dan swasta, lingkungan masyarakat, kampus, sekolah, serta pesantren
dengan jumlah peserta 2.030 orang. b Lokakarya pemberdayaan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
tokoh pemuda untuk menyatukan persepsi agar dapat mengentaskan Narkoba di Kompleks Permata.
217
Dalam rangka menciptakan lingkungan bebas Narkoba yang evidence based, BNN secara resmi telah meluncurkan
kendaraan berteknologi GC MS MS Gas Chromatography Mass Spectrometer Mass Spectrometer. Kendaraan ini mampu
mendeteksi kandungan Narkoba dengan menggunakan media rambut.
218
217
http:www.bnn.go.id, lokakarya pemberdayaan fasilitator komplek permata, diakses 6 6 2012
218
http:health.kompas.com, Deteksi.Narkoba.dengan.Media.Rambut, diakses 5 6 2012
Universitas Sumatera Utara
Saat ini BNN telah memiliki 10 unit yang difokuskan
untuk penggunaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selain untuk tes Narkoba dengan rambut, peralatan dalam kendaraan
ini juga diperlengkapi dengan alat tes Narkoba dengan menggunakan urine. Dalam pengoperasionalan perdana mobil
GC MS MS, BNN melakukan tes Narkoba melalui urine dan rambut kepada Kepala BNN dan seluruh jajaran pejabat dan
staf BNN. Sampai dengan tahun 2011, Mobil GC MS MS telah beroperasi di Universitas Pelita Harapan UPH, Universitas
Kristen Indonesia UKI, Universitas Katolik Atma Jaya, serta Universitas Mercu Buana dan telah menguji sebanyak 1832
sampel.
219
2. Strategi Pemberantasan BNN melalui Deputi Bidang Pemberantasan telah melakukan berbagai
langkah dan upaya untuk menghentikan serta memutus mata rantai jaringan dan pasokan Narkoba di pasaran, melalui :
220
A. Pengungkapan Jaringan Sindikat Internasional dan Nasional