Sejarah Badan Narkotika Nasional

BAB IV PERANAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DALAM SISTEM

PENGHUKUMAN BAGI PECANDU NARKOTIKA

A. Sejarah Badan Narkotika Nasional

Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Inpres Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelligen Nasional BAKIN untuk menanggulangi 6 enam permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkotika, penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi. 190 Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang 190 http:id.wikipedia.org, Badan_Narkotika_Nasional, diakses 2 5 2012 Universitas Sumatera Utara operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN. 191 Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba. 192 Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah Presiden Abdurahman Wahid membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional BKNN, dengan Keputusan Presiden Nomor 191 Ibid 192 Ibid Universitas Sumatera Utara 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait. 193 BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia Kapolri secara ex-officio, Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Mabes Polri, sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal. 194 BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkotika yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional BNN. BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1. Mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2. Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN, dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif 193 Ibid 194 Ibid Universitas Sumatera Utara kesamaan fungsional semata, maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius. 195 Pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi BNP dan Badan Narkotika KabupatenKota BNK, yang memiliki kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKabKota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, propinsi dan kabupatenkota yang masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan BupatiWalikota, dan yang masing-masing BNP dan BN KabKota tidak mempunyai hubungan structural vertikal dengan BNN. Merespon perkembangan permasalahan narkotika yang terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VIMPR2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR-RI Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. 196 Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2009 195 Ibid 196 Ibid Universitas Sumatera Utara tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. 197 Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementrian LPNK dengan struktur vertikal ke propinsi dan kabupatenkota. Di propinsi dibentuk BNN Propinsi, dan di kabupatenkota dibentuk BNN KabupatenKota, sedangkan pegawainya berasal dari Intansi Pusat dan Daerah, baik dari Polri maupun Pemerintah Daerah . BNN dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BNN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Kepala BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur Utama, dan 5 lima Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama. 198 Badan Narkotika Nasional sebagai focal point institusi yang dikedepankan dalam memberantas kejahatan narkotika terus berupaya keras, itu merupakan tantangan yang sangat berat bagi negeri ini meski bangsa-bangsa ASEAN membangun komitmen dan bersinergi untuk mewujudkan visi sebagai bangsa yang bebas dari narkotika tahun 2015. Lahirnya payung hukum, yakni Undang-Undang tentang Narkotika Nomor 35 tahun 2009, serta adanya joint operation antar negara toh narkotika tetap saja sulit dikendalikan secara efektif. Secara substansial, Undang - 197 Ibid 198 http:kadarmanta.blogspot.com, Kejahatan Narkotika Extraordinary Crime Dan Extraordinary Punishment , diakses 28 1 2011 Universitas Sumatera Utara Undang Narkotika yang baru tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun penekanan pada ketentuan kewajiban rehabilitasi, penggunaan pidana yang jauh lebih keras, dan kewenangan BNN yang meningkat. 199 B. Peranan Badan Narkotika Nasional Dalam Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika Setelah Lahirnya Undang – Undang No 35 tahun 2009 Dan Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010 Berdasarkan Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, seperti disebutkan pada Pasal 64, BNN dalam pelaksanaan kinerjanya, bertugas untuk melakukan upaya pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika dan Prekusor narkotika. Pada Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika, secara rinci dikatakan dalam Pasal 70 yang mengatur tugas dan wewenang Badan Narkotika Nasional mengatakan bahwa tugas dan wewenang dari BNN adalah : 200 a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; 199 Ibid 200 Lihat Pasal 70 Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Universitas Sumatera Utara d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; g. Melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; h. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika; i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. Pasal 71 memberikan wewenang bahwa melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Wewenang BNN dalam hal pelaksanaan penyidikan dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009 ini diperluas seperti yang diatur dalam Pasal 75, dimana wewenang BNN dalam penyidikan adalah : 201 a. Melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; b. Memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi; d. Menyuruh berhenti orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka; 201 Lihat Pasal 75 Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Universitas Sumatera Utara e. Memeriksa, menggeledah, dan menyita barang bukti tindak pidana dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; f. Memeriksa surat danatau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; g. Menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; h. Melakukan interdiksi terhadap peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di seluruh wilayah juridiksi nasional; i. Melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti awal yang cukup; j. Melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di bawah pengawasan; k. Memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika; l. Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat DNA, danatau tes bagian tubuh lainnya; m. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka; n. Melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan tanaman; o. Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; p. Melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang disita; q. Melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan Prekursor Narkotika; r. Meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;dan s. Menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Beberapa perubahan substansional yang terjadi menyangkut organisasi Badan Narkotika Nasional yang ada dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009, adalah : a. Kewajiban Untuk Menjalani rehabilitasi bagi mereka yang terbukti sebagai penyalahguna Narkotika b. Peningkatan kewenangan BNN untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan Universitas Sumatera Utara c. Ancaman hukuman yang jauh lebih berat dan tegas bagi para pengedar Narkotika d. Hubungan organisasi yang bersifat vertikal dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi BNNP dan Badan Narkotika KabupatenKota BNNK . Terkait dengan ketentuan dalam Undang - Undang No 35 Tahun 2009 , pemerintah kemudian melakukan restrukturisasi organisasi BNN, yang dituangkan secara rinci dan organisasional dalam Peraturan Presiden No 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. Peraturan presiden Nomor 23 Tahun 2010 Tentang BNN yang telah disahkan pada tanggal 12 April 2010 lalu merupakan peraturan pelaksana tentang struktur organisasi dan tata kerja BNN, yang disusun sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 67 ayat 3 dalam Undang – Undang No 35 Tahun 2009 . Dalam Perpres ini pula diatur mengenai susunan Organisasi yang ada di Lingkungan BNN. BNN sebagai penjuru dan focal point dalam upaya penanggulangan permasalahan Narkotika tentunya tidak dapat bekerja sendirian. Diperlukan kerjasama dan komitmen dari berbagai unsur pemerintah terkait maupun elemen masyarakat untuk turut memerangi penyelahgunaan narkotika, melalui aspek pencegahan, terapi rehabilitasi maupun pemberantasan. Dengan demikian diharapkan cita – cita kita untuk mewujudkan Indonesia bebas narkotika pada tahun 2015. 202 Perpres Nomor 23 Tahun 2010 ini juga menjelaskan tentang pelaksanaan upaya Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika. Serta menjelaskan juga tentang tugas BNN untuk menyusun dan melaksanakan 202 Majalah Sinar BNN, edisi 9 tahun 2010 Universitas Sumatera Utara kebijakan nasional mengenai Pencegahan dan Pemberantasan penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika. Hal itu dapat kita lihat dalam Pasal – Pasal yang ada dalam Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010, dalam Peraturan Pemerintah ini Organisasi Badan Narkotika Nasional diterangkan sebagai Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya BNN adalah lembaga pemerintah non kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tujan Pembentukan BNN juga dijelaskan dalam Peraturan Presiden ini, dimana tujuan dari pemerintah membentuk BNN adalah memberi tugas kepada BNN untuk : 203 a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Republik Negara Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; g. Melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; h. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika. i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan tehadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; 203 Lihat Peraturan presiden Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional Universitas Sumatera Utara j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. BNN juga bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. 204 Peraturan Presiden ini juga mengatur tentang fungsi dari BNN dikatakan dalam Pasal 3 bahwa dalam melaksanakan tugasnya BNN menyelenggarakan fungsi : 205 a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan P4GN; b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan prosedur P4GN; c. Penyusunan perencanaan, program, dan anggaran BNN; d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang P4GN; e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi, Hukum, dan Kerja Sama; f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN; g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN; h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN; i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta masyarakat; j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; 204 Lihat Pasal 2 Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010 205 Lihat Pasal 3 Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010 Universitas Sumatera Utara k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol; l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna danatau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol di tingkat pusat dan daerah; m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna danatau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alcohol berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang telah teruji keberhasilannya; o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN; p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang P4GN; q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN; pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN; s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode etik profesi penyidik BNN; t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN; u. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika, dan precursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol; v. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol; w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN. Universitas Sumatera Utara Dijelaskan juga dalam Pasal 4 Peraturan Presiden ini bahwa dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Peraturan Presiden No 23 tahun 2010 juga mengatur tentang susunan Organisasi Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional yang dicantumkan dalam Pasal 5 – 48 , dimana diterangkan bahwa susunan organisasi BNN terdiri atas : 206 a. Kepala; b. Sekretariat Utama; c. Deputi Bidang Pencegahan; d. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat; e. Deputi Bidang Pemberantasan; f. Deputi Bidang Rehabilitasi; g. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama h. Inspektorat Utama; i. Pusat j. Instansi Vertikal. k. Unit Pelaksana Teknis l. Kelompok Ahli Tata Kerja dan Pembiayaan BNN juga diatur dalam Peraturan Presiden No 23 tahun 2010, dimana dijelaskan dalam Pasal 52 – Pasal 59 yang mengatakan bahwa semua unsur di lingkungan BNN dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi termasuk dalam menjalin hubungan dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di tingkat nasional, regional, dan internasional. Pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab 206 Lihat Pasal 5- 48 Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010 Universitas Sumatera Utara memimpin dan mengoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. Pimpinan satuan organisasi wajib melaksanakan sistem pengendalian intern di lingkungan masing- masing yang memungkinkan terlaksananya mekanisme uji silang. Pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti, mematuhi petunjuk, dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya. Fungsi koordinasi dalam bidang P4GN dilaksanakan melalui koordinasi dengan pimpinan lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, lembaga internasional, komponen masyarakat dan pihak lain yang dipandang perlu. Koordinasi dilakukan melalui : a. Forum koordinasi yang dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu jika diperlukan untuk penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN; b. Kerja sama sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing- masing dalam pelaksanaan kebijakan di bidang P4GN; c. Kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan kegiatan P4GN, BNN melakukan siaga informasi 24 dua puluh empat jam di bidang P4GN. Berdasarkan hasil informasi, BNN atau melalui BNNP danatau BNNKKota segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan serta melaksanakan tindak awal untuk pemberantasan dan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang Universitas Sumatera Utara terjadi di wilayah setempat sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pelaksanaan penindakan tersebut dilaksanakan secara terkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat, instansi pemerintah, dan pihak lain terkait. BNNP danatau BNNKKota melaporkan langkah-langkah dan tindak awal yang diambil kepada Kepala BNN dan dilaksanakan dalam satu kesatuan komando oleh Kepala BNN. BNN selain melaksanakan tindakan pemberantasan terhadap penyalahgunaan Narkotika mereka juga melakukan Pembinaan Dan Pengawasan terhadap peredaran Narkotika dalam kehidupan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Pasal 60 yang mengatur bahwa BNN bersama pemerintah harus melaksanakan pembinaan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan Narkotika. Pembinaan tersebut meliputi upaya: a. Memenuhi ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. Mencegah penyalahgunaan Narkotika; c. Mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan Narkotika, termasuk dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan Narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai lanjutan atas d. Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan; dan e. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi Pecandu Universitas Sumatera Utara Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Bidang Pengawasan Pasal 61 Peraturan Presiden ini mengatakan bahwa BNN dan Pemerintah melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan Narkotika. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. Narkotika dan Prekursor Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. alat-alat potensial yang dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika; c. evaluasi keamanan, khasiat, dan mutu produk sebelum diedarkan; d. produksi; e. impor dan ekspor; f. peredaran; g. pelabelan; h. informasi; dan i. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah mengupayakan kerja sama dengan negara lain danatau badan internasional secara bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan dan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika sesuai dengan kepentingan nasional sebagaimana diatur dalam Pasal 63 Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010 ini. Universitas Sumatera Utara Pembiayaan untuk kelangsungan Organisasi BNN diatur dalam Pasal 64 yang menjelaskan bahwa Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BNN sangat mengharapkan peranserta masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika ini sehingga BNN memberikan Wadah dalam mengakomodasi Peran Serta Masyarakat, dalam rangka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan serta dan membantu pelaksanaan P4GN tersebut, BNN dapat memfasilitasi dan mengkoordinasikan pembentukan wadah peran serta masyarakat. Wadah peran serta masyarakat, dapat berupa forum koordinasi, pusat pelaporan dan informasi, serta wadah lainnya sesuai kebutuhan. Tahun 2011 merupakan tahun bersejarah bagi Bangsa Indonesia karena pada puncak peringatan Hari Anti Narkoba Internasional HANI di Silang Monas, pada tanggal 26 Juni 2011, telah dicanangkan oleh Presiden RI Indonesia Negeri Bebas Narkoba”. 207 Presiden RI menegaskan bahwa Narkoba merupakan kejahatan serius. Oleh sebab itu, BNN selaku focal point pelaksanaan P4GN diminta untuk lebih serius, lebih aktif, dan lebih ambisius dalam menangani masalah Narkoba ini. 207 www. BNN. Co.id, Press Release Akhir Tahun Badan Narkotika Nasional , diakses 3 5 2012 Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba P4GN Tahun 2011-2015. Dalam Inpres ini Presiden RI memberikan arahan kepada segenap Menteri, Pejabat Setingkat Menteri, Kepala LPNK, Gubernur, dan BupatiWalikota bersama seluruh komponen masyarakat lainnya untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing melaksanakan Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 melalui penyusunan Rencana Aksi di lingkungan masing-masing secara bersama mewujudkan pencapaian Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015 sebagai tahap awal dalam mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba. Presiden dalam Instruksinya tersebut memerintahkan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tahun 2011 – 2015 semua pihak harus lebih memfokuskan pencapaian Indonesia Negeri Bebas Narkoba, Diperlukan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasa Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Jakstranas P4GN sebagai bentuk Komitmen bersama seluruh komponen masyarkat bangsa dan Negara Indonesia, dengan ini menginstruksikan kepada seluruh jajaran pemerintahannya yang terdiri dari : 208 l. Para Menteri Kabinet Indonesi Bersatu II ; 208 Lihat Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba P4GN Tahun 2011- 2015. Universitas Sumatera Utara 2. Sekretaris Kabinet; 3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4. Jaksa Agung; 5. Panglima Tentara Nasional lndonesia; 6, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; 7. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian; 8. Para Gubernur dan 9. Para BupatiWalikota Para aparatur pemerintahan dan penegak hukum tersebut di instruksikan untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 20l1 - 2015, yang meliputi bidang: pencegahan, pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi, dan pemberantasan. Dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 2011 – 2015 didalam Instruksi Presiden No 12 Tahun 2011 memerintahkan agar : BidangPencegahan, memfokuskan pada upaya menjadikan siswapelajar pendidikan menengah dan mahasiswa memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan upaya menjadikan para pekerja memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Bidang Pemberdayaan masyarakat ,memfokuskan pada: upaya menciptakan lingkungan pendidikan menengah dan kampus bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama ganja, shabu, ekstasi dan heroin, upaya Universitas Sumatera Utara menciptakan lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama ganja, shabu, ekstasi dan heroin dan, upaya penyadaran dengan pemberdayaan masyarakat di daerah daerah yang secara sosiologis dan ekonomis melakukan, penanamana ganja. Bidang Rehabilitasi, memfokuskan pada: upaya mengintensifkan Wajib Lapor Pecandu Narkotika, upaya memberikan pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial kepada penyalahguna, korban penyalahgunaan dan pecandu narkoba, upaya pembangunan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial secara prioritas berdasarkan kerawanan daerah penyalahgunaan narkoba dan, upaya pembinaan lanjut kepada mantan penyalahguna , korban penyalahgunaan dan pecandu narkoba. Bidang Pemberantasan, memfokuskan pada: upaya pengawasan ketat terhadap impor, produksi, distribusi, penggunaan end user, ekspor, dan re-ekspor bahan kimia prekusor dan penegakan hukum terhadap jaringan tersangka yang melakukan penyimpangan, upaya pengungkapan pabrikan gelap narkoba danatau laboratorium, rumahan dan jaringan sindikat yang terlibat, upaya pengungkapan tindak pidana pencucian uang yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika secara tegas dan keras sesuai peraturan perundang-undangan, upaya penyelidikan dan penyidikan, penuntutan dan peradilan jaringan sindikat narkoba baik dalam maupun luar negeri secara sinergi, upaya penindakan yang tegas dan keras terhadap aparat penegak hukum dan aparat pemerintah lainnya yang terlibat jaringan sindikat narkoba, upaya Universitas Sumatera Utara peningkatan kerja sama antar penegak hukum untuk menghindari kesenjangan di lapangan, upaya kerja sama dengan aparat penegak hukum tingkat internasional. Para Menteri dan Kepala Lembaga bertindak sebagai penanggung jawab di lingkungan kerja masing-masing terhadap pencapaian target sesuai Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 20l1 - 2015, diantaranya diharapkan : Para Gubernur: 1. Dalam waktu 3 tiga bulan,menyusun dan melaksanakan Rencana Aksi Tahun 201l - 2015 di tingkat Provinsi 2. Melaporkan secara berkala kepada Presiden melalui Badan Narkotika Nasional. Para BupatiWalikota: 1. Dalam waktu 3 tiga bulan,menyusun dan melaksanakan Rencana Aksi Tahun 20l1 - 2015 di tingkat Kabupaten Kota 2. Melaporkan secara berkala kepada Presiden melalui Kepala Badan Narkotika Nasional. Kepala Badan Narkotika Nasional : 1. Melakukan pemantauan dan Pengendalian terhadap pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 2011 - 2015 2. Mengkompilasi Laporan untuk disampaikan kepada Presiden. Masyarakat sangat mengharapkan agar para Menteri dan Kepala Lembaga Melaksanakan instruksi Presiden ini dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Terutama peranan Badan Narkotika Nasional sangat diharapkan dalam rangka akselerasi pencapaian “Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015, dimana terdapat tiga sasaran penting yang tertuang dalam Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 yang harus dicapai, yaitu : 1. Meningkatnya jumlah masyarakat yang imun. Universitas Sumatera Utara 2. Menurunnya angka prevalensi penyalahguna Narkoba di bawah 2,8 dari jumlah penduduk Indonesia. 3. Meningkatnya pengungkapan jaringan sindikat Narkoba. Untuk mencapai ketiga sasaran tersebut, maka BNN memfokuskan prioritas strategi di bidang Pemberantasan dan Rehabilitasi dengan tetap melaksanakan pencegahan dengan kampanye secara besar-besaran melalui media elektronik dimulai dari kota besar hingga pelosok daerah yang diimbangi dengan Pemberdayaan Masyarakat untuk menciptakan lingkungan bebas Narkoba baik di lingkungan masyarakat perkotaan maupun pedesaan yang dinilai rawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. 209 Badan Narkotika Nasional bersama potensi lainnya berdasarkan perundang – undangan yang mengatur tentang narkotika diatas menerapkan pola penanggulangan dengan tetap mengacu pada strategi nasional melakukan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 20l1 - 2015 melalui beberapa strategi sebagai berikut: 1. Strategi Pencegahan Strategi pencegahan antara lain dilakukan dengan cara edukatif pembinaan dan pengembangan lingkungan pola hidup masyarakat, menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama masyarakat dan antara masyarakat dengan Polri dan Badan Narkotika Nasional melalui upaya penyuluhan dan sambang, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam turut serta menjaga keamanan 209 www. BNN. Co.id , Press Release Akhir Tahun 2011, Badan Narkotika Nasional, Op.Cit Universitas Sumatera Utara ditengah masyarakat itu sendiri, dan memberikan pencerahan bahwa menggunakan, membeli bahkan sampai memperjual belikan Narkoba adalah perbuatan melanggar norma hukum dan norma agama. 210 Tujuan yang hendak dicapai dalam upaya ini adalah meningkatkan imunitas masyarakat untuk senantiasa menolak penyalahgunaan Narkoba sehingga tercipta suatu kondisi prilaku dan norma hidup yang bebas dari pengaruh Narkotika, 211 Adapun beberapa kegiatan pencegahan yang telah dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional adalah sebagai berikut : 212 A. Melaksanakan Kampanye Nasional Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada tanggal 26 Juni 2011 yang dipimpin oleh Presiden RI, di Silang Monas, Jakarta, dan dihadiri oleh : a. Lebih dari 10.000 orang b. Pelajar berprestasi dari 33 Provinsi c. 3.000 penari dari berbagai sanggar baik dari Jakarta dan daerah. d. Komunitas pemerhati masalah Narkoba e. Unsur pemerintah dan sektor swasta. B. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai kementerian dan lembaga, antara lain : 213 - Kementrian Kominfo 210 http:Ardikurniawan2005.Wordpress.Com, Penanggulangan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba Di Indonesia , diakses 3 5 2012 211 Mapeksi, Menyiram Bara Narkotika, Jakarta : Millenium Publisher, 2002 , hal.148 212 www. BNN. Co.id, Press Release Akhir Tahun 2011, Badan Narkotika Nasional, Op.Cit 213 Ibid Universitas Sumatera Utara - Kementerian Diknas - Kementerian PDT - BKKBN - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif - Kementerian Kesehatan - Kementerian Sosial - Kementerian Agama - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Melaksanakan rangkaian kegiatan advokasi dan kegiatan P4GN dimasing-masing kementerian dan lembaga tersebut. C. Melaksanakan sosialisasi dan kampanye P4GN bidang pencegahan melalui berbagai media media cetak dan elektronik dalam bentuk Talkshow Program Indonesia Bergegas di televisi swasta nasional dan televisi lokal, serta di berbagai radio swasta lokal dan nasional, dan RRI. Penayangan berbagai iklan layanan masyarakat P4GN bidang pencegahan di berbagai televisI swasta nasional dan TVRI, radio swasta nasional dan RRI, antara lain dengan melaksanakan : 214 a. Pameran informasi Narkoba di lingkungan sekolah, kampus, instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat umum dengan mendistribusikan bahan-bahan informasi tentang Narkoba secara 214 Ibid Universitas Sumatera Utara gratis seperti majalah, brosur, stiker, poster, VCD, dan pin anti Narkoba. b. Penerbitan berbagai media cetak baik referensi maupun media kampanye P4GN bidang pencegahan buku, majalah, buletin, leaflet, stiker, brosur, poster, serta pembuatan media luar ruang spanduk, baliho, umbul-umbul, balon udara, banner, outdoor running text yang disebarkan, didistribusikan kepada masyarakat luas. D. Sebagai upaya untuk meningkatkan akses komunikasi antara BNN dan masyarakat, dilaksanakan : 215 a. Membuka layanan Suara Masyarakat yang dapat diakses melalui website BNN www.bnn.go.id. Dari bulan Januari hingga 22 Desember 2011 telah masuk sebanyak 824 pertanyaan dari masyarakat. b. Pengembangan sub web BNN, perpustakaan online. c. Pengembangan Humas online, dalam rangka meningkatkan komunikasi dengan kalangan media. d.Pengembangan sub web Drugs Education and Drugs Information DEDI dan Generasi Bebas Narkoba GENBENAR, sebagai wadah media komunikasi khusus untuk kalangan muda dan remaja. 215 Ibid Universitas Sumatera Utara E. Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh BNN, berorientasi pada peningkatan peran serta masyarakat dalam mendukung program P4GN. BNN masih memfokuskan sasaran kegiatan bagi para petani ganja di Provinsi Aceh, disamping beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan bagi masyarakat Aceh, yaitu : 216 a. Pemetaan Napi Lapas Provinsi Aceh dengan kasus tindak pidana Narkoba. Pemetaan ini dilakukan untuk mengetahui jumlah dan sebaran data dari para pelaku kasus Narkoba di Provinsi Aceh. Dari hasil pemetaan diketahui sebanyak 1.163 narapidana 44 dari 10 LapasRutan berasal dari kasus tindak pidana Narkoba. b. Pemberdayaan masyarakat pedesaan di Provinsi Aceh dengan kegiatan sebagai berikut : a Sosialisasi sistem pertanian tanpa limbah SPT-TL an integrated zero waste organic farm. b Pengembangan kambing kacang dan kambing peranakan Etawa PE. 216 Ibid Universitas Sumatera Utara c Meningkatkan potensi pedesaan dengan mengembangkan tanaman Jabon dan budidaya Cabe Keriting Hibrida. d Pengembangan Minyak Nilam. e Peralihan dan pengembangan kota Maheng, dari kampong ganja menjadi agrowisata dengan pendirian Sekolah Kejuruan Pertanian di Desa Maheng. c. Kegiatan lainnya yang telah dilaksanakan, antara lain : a Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Bebas Narkoba yang dilakukan di lingkungan kerja pemerintah dan swasta, lingkungan masyarakat, kampus, sekolah, serta pesantren dengan jumlah peserta 2.030 orang. b Lokakarya pemberdayaan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda untuk menyatukan persepsi agar dapat mengentaskan Narkoba di Kompleks Permata. 217 Dalam rangka menciptakan lingkungan bebas Narkoba yang evidence based, BNN secara resmi telah meluncurkan kendaraan berteknologi GC MS MS Gas Chromatography Mass Spectrometer Mass Spectrometer. Kendaraan ini mampu mendeteksi kandungan Narkoba dengan menggunakan media rambut. 218 217 http:www.bnn.go.id, lokakarya pemberdayaan fasilitator komplek permata, diakses 6 6 2012 218 http:health.kompas.com, Deteksi.Narkoba.dengan.Media.Rambut, diakses 5 6 2012 Universitas Sumatera Utara Saat ini BNN telah memiliki 10 unit yang difokuskan untuk penggunaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selain untuk tes Narkoba dengan rambut, peralatan dalam kendaraan ini juga diperlengkapi dengan alat tes Narkoba dengan menggunakan urine. Dalam pengoperasionalan perdana mobil GC MS MS, BNN melakukan tes Narkoba melalui urine dan rambut kepada Kepala BNN dan seluruh jajaran pejabat dan staf BNN. Sampai dengan tahun 2011, Mobil GC MS MS telah beroperasi di Universitas Pelita Harapan UPH, Universitas Kristen Indonesia UKI, Universitas Katolik Atma Jaya, serta Universitas Mercu Buana dan telah menguji sebanyak 1832 sampel. 219 2. Strategi Pemberantasan BNN melalui Deputi Bidang Pemberantasan telah melakukan berbagai langkah dan upaya untuk menghentikan serta memutus mata rantai jaringan dan pasokan Narkoba di pasaran, melalui : 220

A. Pengungkapan Jaringan Sindikat Internasional dan Nasional

Dokumen yang terkait

Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

33 230 74

Peranggungjawaban Pidana Terhadap Pecandu Narkotika Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam (Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika)

0 9 93

Kebijakan Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna Narkotika Pada Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

1 20 140

Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika - [PERATURAN]

0 3 96

PENDAHULUAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA MENGUNAKAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAKAN ANGGOTA KEPOLISIAN DENGAN UNDANG UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA.

0 2 13

PENUTUP PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA MENGUNAKAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAKAN ANGGOTA KEPOLISIAN DENGAN UNDANG UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA.

0 2 4

EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG TINDAK PIDANA NARKOTIKA Efektivitas Penerapan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Tindak Pidana Narkotika (Studi Kasus di Wilayah Kota Surakarta).

0 3 19

EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG TINDAK PIDANA NARKOTIKA Efektivitas Penerapan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Tindak Pidana Narkotika (Studi Kasus di Wilayah Kota Surakarta).

0 3 11

undang undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

0 0 92

ASPEK HUKUM ASESMEN TERPADU BAGI PENGGUNA DAN PECANDU NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA - repo unpas

0 2 29