untuk menjatuhkan putusan rehabilitasi tanpa adanya putusan penjara karena ada batas minimal pemidanaan dalam delik tersebut.
Kita harus memahami permasalahan tersebut dengan hati-hati apalagi ditambah dengan dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun
2009 tentang penempatan pecandu yang sekarang telah diubah dengan SEMA RI Nomor 04 Tahun 2010 tentang penempatan penyalahgunaan, korban penyalahgunaan
dan pecandu narkotika ke dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Mahkamah Agung berinisiatif untuk memberi batasan dalam memutuskan
perkara yang berhubungan dengan hal tersebut, maka Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran yaitu SEMA NO 4 TAHUN 2010 Tentang Penempatan
Penyalahgunaan, korban penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga rehabilitasi medis Dan Rehabilitasi Sosial, dalam SEMA ini Mahkamah Agung
menyatakan : Bahwa Penerapan pemidanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 huruf a dan b
Undang - Undang No 35 Tahun 2009 hanya dapat dijatuhkan pada klasifikasi tindak pidana sebagai berikut :
a. Terdakwa pada saat ditangkap oleh penyidik polri dan penyidik BNN dalam
kondisi tertangkap tangan;
b. Pada saat tertangkap tangan sesuai butir a diatas ditemukan barang bukti
pemakaian 1 satu hari dengan perincian antara lain sebagai berikut : 1. Kelompok metamphetamine Shabu
: 1 gram
2. Kelompok MDMA extasi : 2,4 gram = 8 butir
3. Kelompok heroin : 1,8 gram
4. Kelompok Kokain : 1,8 gram
5. Kelompok Ganja : 5 gram
6. Daun Koka : 5 gram
7. Meskalin : 5 gram
8. Kelompok psilosybin : 3 gram
9. Kelompok LSD d-lysergic acid diethylamide : 2 gram 10. Kelompok PCP phencyclidine
: 3 gram
Universitas Sumatera Utara
11. Kelompok Fentanil : 1 gram
12. Kelompok Metadon : 0,5 gram
13. Kelompok Morfin : 1,8 gram
14. Kelompok Petidin : 0,96 gram
15. Kelompok Kodein : 72 gram
16. Kelompok Bufrenorfin : 32 mg
c. Surat uji laboratorium positif menggunakan narkotika berdasarkan permintaan
penyidik.
d. Perlu Surat Keterangan dari dokter jiwa psikiater pemerintah yang ditunjuk
oleh Hakim.
e. Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap
narkotika.
SEMA ini memberikan arahan bahwa seorang penyalahguna narkotika dapat dikatakan sebagai pecandu narkotika jika terbukti memenuhi syarat – syarat seperti
yang diatur dalam SEMA tersebut. Peradilan dalam hal ini hakim diberikan batasan oleh SEMA ini untuk dapat menentukan bahwa seorang terdakwa yang
menyalahgunakan narkotika adalah betul seorang pecandu narkotika. Hakim harus benar - benar melaksanakan isi dari SEMA ini secara baik artinya bahwa seorang
penyalahguna narkotika harus dapat dibuktikan terlebih dahulu ketika ia tertangkap benar ia dalam keadaan :
179
1. Tertangkap tangan Pengertian tertangkap tangan menurut Pasal 1 angka 19 KUHP
disebutkan: Tertangkapnya seseorang pada waktu yang sedang melakukan tindak pidana atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu
dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai
179
www. pimansu.com, Zulkarnaian Nasution, Pecandu Narkoba: Rehabilitasi atau Penjara, diakses 4 April 2012
Universitas Sumatera Utara
orang yang melakukannya atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda diduga keras telah digunakan untuk melakukan tindak
pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut membantu melakukan tindak pidana itu.
2. Pada saat tertangkap tangan sesuai butir a diatas ditemukan barang bukti pemakaian 1 satu hari dengan perincian antara lain seperti yang telah
dikemukakan dalam SEMA di atas.
3. Surat uji laboratorium positif menggunakan narkotika berdasarkan