2. Sejarah Perkembangan Sinetron
Sinetron lahir tahun 1980-an di TVRI Televisi Republik Indonesia. Stasiun televisi milik pemerintah yang tidak menerima iklan ini adalah satu-
satunya stasiun televisi yang ada saat itu “Sinetron: Rating”, 2001. TVRI pada awalnya selain memutar paksa film-film layar lebar nasional, juga meproduksi
drama televisi Wirodono, 2006. Menurut pendapat Wirodono 2006 migrasi orang-orang film layar lebar ke dunia sinetron disebabkan oleh ketidaksiapan
dalam awal pertumbuhan dunia televisi kita. Inilah yang menyebabkan besarnya pengaruh layar lebar terhadap sinetron, bukan hanya pada style atau gaya ungkap
dan pola penulisan skenario, melainkan juga pada penyutradaraan serta akting pemerannya Wirodono, 2006.
Sinetron semakin berkembang bersamaan dengan hadirnya lima stasiun televisi swasta di Indonesia : RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan Indosiar awal
tahun 1990-an, dimana saat itu terdapat regulasi yang mengharuskan setiap stasiun televisi memproduksi program lokal lebih banyak dibandingkan program
non lokal Sinetron: Rating, 2001. Sinetron menjadi unggulan program lokal dan merajai prime time hampir semua stasiun televisi “Sinetron: Rating”, 2001.
Selain regulasi tersebut pernah juga pada jaman Menteri Penerangan Harmoko, ada banyak syarat untuk meluluskan sinetron yang berhak tayang karena harus
melalui izin prinsip yang dikeluarkan Deppen untuk skenario sinetron, seperti tidak menunjukkan kekumuhan, perkelahian remaja, narkoba, dan larangan
prinsip seperti SARA dan politik Wirodono, 2006. Sinetron dalam perkembangan selanjutnya bukan hanya ditayangkan
saat prime time, tetapi banyak juga ditayangkan pada jam-jam diluar itu, misalnya
pada pagi hari, siang, bahkan ada yang menayangkan sinetron saat hampir tengah malam. Selain itu pernah juga berkembang trend sinetron yang ditayangkan ulang
sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore atau malam hari, sepertinya hal ini termasuk strategi stasiun televisi untuk menghemat anggaran.
Strategi lainnya adalah memproduksi sendiri sinetron yang akan ditayangkan. Strategi ini contohnya dilakukan oleh Indosiar, sehingga tidak perku membayar
mahal untuk membeli sinetron dari production house.
3. Tema Sinetron
Latar belakang sejarah sinetron yang mengungkap banyaknya peraturan yang diberlakukan pada skenario sinetron, menurut Wirodono 2006
menjadi penyebab dan pembenar alasan masing-masing PH untuk menggarap tema-tema klasik, seperti cinta dengan pernik-perniknya, sehingga tema cinta
sejati, perselingkuhan, kesetiaan, dan penghianatan menjadi tema yang dominan. Dilihat dari ceritanya sendiri, kebanyakan sinetron menggunakan resep yang
hampir sama yaitu persoalan cinta yang ruwet dengan intrik keluarga dan perselingkuhan Sinetron: Rating, 2001. Keadaan ini agak memprihatinkan sebab
menurut Budi Adji, yang juga Ketua Kompetisi Komunitas Peduli Tayangan Televisi, tayangan yang tergolong buruk diantaranya adalah sinetron bertema
selingkuhan dan khayalan belaka Ikawati 2008. Sinetron juga kerap kali menyoroti kehidupan masyarakat kota. Hal
tersebut dibenarkan oleh Wirodono 2006 yang menulis bahwa problem-problem sosial ataupun kejiwaan yang dimunculkan lewat film-film seri, drama seri, atau
sinetron-sinetron meski yang unggulan sekalipun lebih sering merupakan