Uji Normalitas Uji Asumsi

C. PEMBAHASAN

Uji hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, menghasilkan koefisien korelasi r sebesar 0,354. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima. Hal ini berarti memang ada hubungan yang positif antara variabel frekuensi menonton sinetron dengan variabel sikap konsumtif pada remaja putri. Semakin tinggi frekuensi menonton sinetron maka sikap konsumtif juga akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin rendah frekuensi menonton sinetron pada remaja putri maka sikap konsumtifnya juga akan semakin rendah. Hasil ini sejalan dengan teori peniruan modeling theories yang telah disampaikan sebelumnya. Teori peniruan ini memandang seseorang sebagai individu yang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru sikapnya Rakhmat, 2001. Pertama kita membandingkan sikap kita dengan orang yang kita amati yang berfungi sebagai model Rakhmat, 2001, kemudian kita mulai meniru sikapnya. Rakhmat 2001 bahkan menyatakan bahwa melalui televisi, orang meniru sikap idola mereka, apalagi menurutnya televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan sikap fisik yang mudah ditiru. Televisi yang dalam penelitian ini diamati melalui sinetron, selalu mempertontonkan tema yang seragam, yaitu lebih sering menggarap tema kehidupan masyarakat kota dan kelas sosial atas, selalu mengumbar kemewahan duniawi, dan mengandung unsur kapitalis. Tema-tema itulah yang ditonton dan ditiru oleh remaja sehingga tidak menutup kemungkinan dapat membuat remaja menjadi konsumtif. Pertama remaja akan mengamati sikap konsumtif yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh dalam sinetron, kemudian mereka mulai meniru sikap konsumtif tokoh sinetron idola mereka tadi. Keadaan tersebut juga didukung oleh sifat remaja yang menurut Sinta Indra Astuti, MSi, dosen Unisba Bandung, masih sangat rentan terhadap siaran berbagai media, terutama sinetron, apalagi mereka belum memiliki bekal yang cukup untuk mengkritisi sebuah produk seperti sinetron dan gampang meniru setiap adegan yang ada didalam sinetron ”Sinetron Remaja”, 2008. Data pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian yaitu sebanyak 70 hanya menonton sinetron dibawah 6 jam setiap minggunya. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi menonton sinetron pada subjek yang sudah kuliah 3,25 lebih tinggi daripada rata-rata menonton sinetron pada subjek yang masih duduk di bangku sekolah menengah 3,05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa subjek remaja putri yang sudah kuliah menonton sinetron lebih sering daripada remaja putri yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Data penelitian juga mendukung kesimpulan yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ada hubungan yang positif antara variabel frekuensi menonton sinetron dengan variabel sikap konsumtif, yang berarti semakin rendah frekuensi menonton sinetron pada remaja putri maka sikap konsumtifnya juga akan semakin rendah. Data penelitian menunjukkan bahwa frekuensi menonton sinetron pada subjek tergolong cukup rendah, yaitu hanya dibawah 6 jam setiap minggunya. Hal tersebut tampaknya menjadi penyebab rendahnya sikap konsumtif subjek. Rendahnya sikap konsumtif tersebut tercermin dari hasil nilai mean empiris yang