Uji Linearitas Uji Asumsi

ditampilkan oleh tokoh-tokoh dalam sinetron, kemudian mereka mulai meniru sikap konsumtif tokoh sinetron idola mereka tadi. Keadaan tersebut juga didukung oleh sifat remaja yang menurut Sinta Indra Astuti, MSi, dosen Unisba Bandung, masih sangat rentan terhadap siaran berbagai media, terutama sinetron, apalagi mereka belum memiliki bekal yang cukup untuk mengkritisi sebuah produk seperti sinetron dan gampang meniru setiap adegan yang ada didalam sinetron ”Sinetron Remaja”, 2008. Data pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian yaitu sebanyak 70 hanya menonton sinetron dibawah 6 jam setiap minggunya. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi menonton sinetron pada subjek yang sudah kuliah 3,25 lebih tinggi daripada rata-rata menonton sinetron pada subjek yang masih duduk di bangku sekolah menengah 3,05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa subjek remaja putri yang sudah kuliah menonton sinetron lebih sering daripada remaja putri yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Data penelitian juga mendukung kesimpulan yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ada hubungan yang positif antara variabel frekuensi menonton sinetron dengan variabel sikap konsumtif, yang berarti semakin rendah frekuensi menonton sinetron pada remaja putri maka sikap konsumtifnya juga akan semakin rendah. Data penelitian menunjukkan bahwa frekuensi menonton sinetron pada subjek tergolong cukup rendah, yaitu hanya dibawah 6 jam setiap minggunya. Hal tersebut tampaknya menjadi penyebab rendahnya sikap konsumtif subjek. Rendahnya sikap konsumtif tersebut tercermin dari hasil nilai mean empiris yang lebih kecil daripada nilai mean teoritis 104,03130, yang berarti bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki tingkat sikap konsumtif yang rendah. Skor koefisien korelasi yang dihasilkan dari penelitian ini sebesar 0,354 menunjukkan derajat hubungan yang rendah antara variabel frekuensi menonton sinetron dan variabel sikap konsumtif. Sumbangan yang diberikan oleh variabel frekuensi menonton sinetron terhadap sikap konsumtif remaja putri pun tergolong cukup rendah, yaitu hanya sebesar 0,125 atau 12,5. Hal ini berarti frekuensi menonton sinetron hanya memberi sedikit sumbangan terhadap sikap konsumtif remaja. Sumbangan frekuensi menonton sinetron yang cukup rendah tadi dan derajat korelasi yang juga tergolong rendah, dapat menggambarkan bahwa frekuensi menonton sinetron hanya merupakan sebagian kecil saja dari berbagai hal yang mempengaruhi sikap konsumtif. Selain itu frekuensi menonton sinetron pada penelitian ini hanya dilihat dari lamanya subjek menonton sinetron setiap minggunya. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan penelitian. Data mengenai jenis sinetron apa yang ditonton oleh subjek, kapan saja waktu menonton, serta apakah subjek benar-benar mengikuti jalan cerita sinetron yang ia tonton belum diungkap pada penelitian ini. Pilihan jawaban frekuensi menonton sinetron pada angket pun hanya terbatas sampai diatas 21 jam. Data-data tersebut sangat penting untuk mengungkap mengenai intensitas menonton sinetron, sebab data frekuensi saja kurang dapat mengungkap seberapa intens subjek menonton sinetron. Oleh sebab itu data-data tersebut harus diungkap apabila ingin mengetahui seberapa jauh intensitas menonton sinetron mempengaruhi sikap konsumtif. Data mengenai