Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu di berbagai bidang atau sektor, dan dalam berbagai bidang dan sektor tersebut memungkinkan untuk saling menampilkan keunggulannya. Dalam hal ini, kualitas sumber daya manusialah yang menduduki peranan penting, sebab bangsa yang maju dan mampu menghadapi persaingan itu tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusianya. Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikanlah yang mempunyai tugas untuk memberikan bekal kepada seseorang agar potensinya berkembang sehat, wajar, optimal, dan bersifat adaptif sehingga sifat dasar manusia yang eksploratif dan kreatif bisa berkembang dengan menemukan artikulasinya dalam wadah pendidikan Pujo Suharso, 1993 :7. Banyak faktor yang sangat menentukan kualitas pendidikan, salah satu faktor yang dominan adalah guru profesional dan bermartabat. Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis, dan berakhlak. Gur u profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang kuat. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas adalah salah satunya dengan sertifikasi guru yaitu yang termuat dalam UU No. 14 Tahun 2005. Yang di dalamnya termuat peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru. Jika guru lolos uji sertifikasi berarti guru tersebut dapat dikatakan memiliki kompetensi dan layak untuk menerima tambahan penghasilan tunjangan. Namun masih banyak guru yang belum lolos sertifikasi. Hal ini tampak dari data hasil ujian sertifikasi rayon 11, 1.274 guru profesional dari 1.710 guru yang mengikuti uji sertifikasi atau lulus 73. Mereka adalah guru di propinsi di DIY yang meliputi kabupaten Sleman sebanyak 85 orang, Kulon Progo sebanyak 40 orang, Gunung Kidul sebanyak 45 orang, Ba ntul sebanyak 85 orang dan kotamadya sebanyak 57 orang. Sedangkan untuk Jawa Tengah meliputi kabupaten Purworejo sebanyak 181 orang, Banjarnegara sebanyak 69 orang, Purbalingga sebanyak 66 orang, Cilacap sebnyak 87 orang, Magelang sebanyak 148 orang, kotamadya Magelang 41 orang, Kebumen sebanyak 64 orang, Temanggung sebanyak 119 orang, dan Banyumas sebanyak 135 orang www.uny.ac.id. Pada sertifikasi tahap II yang dipusatkan di UNY dari 4.590 guru yang mengikuti ujian ha nya 3.025 orang atau 66 yang dinyatakan lolos. Sisanya sebanyak 1.553 orang atau 34 dinyatakan tidak lolos dan 12 lainnya diberi kesempatan memperbaiki berkas www.suaramerdeka.comharian071107ked02.htm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Melihat kenyataan di atas, masih banyak yang belum lolos uji sertifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa guru profesional belum semuanya memiliki. Guru belum dapat dikatakan profesional apabila belum memilikinya kompetensi guru. Kompetensi guru terdiri dari empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi para guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Problem kompetensi guru muncul ketika di lapangan masih banyak ditemukan guru yang tidak kompeten untuk mengajar, misalnya ditemukannya kasus guru yang tidak mampu mengajar di kelas karena keterbatasannya dalam penguasaan metodologi pengajaran, guru yang melakukan tindak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kekerasan terhadap murid, guru yang menjadi pengedar narkoba, di antaranya ada pula yang melakukan pelecehan terhadap muridnya sendiri, bahkan di sebuah sekolah di daerah Jawa Barat ada yang menjual muridnya sendiri untuk menjadi PSK, dan sebagainya www.dprd-diy.go.id. Meskipun secara matematis jumlah guru yang kurang berkompeten lebih kecil dibandingkan guru yang bermutu, namun kondisi ini seolah-olah telah menihilkan prestasi para guru lainnya Dari fenomena di atas, menimbulkan pertanyaan bagi penulis “bagaimana sumber daya manusia SDM akan berkualitas apabila guru sebagai pendongkraknya tidak memiliki kompetensi?”. Pertanyaan tersebut menjadikan keresahan penulis, untuk itu dalam penelitian ini akan meneliti kompetensi guru ditinjau dari usia, pengalaman kerja dan latar belakang status sosial ekonomi. Pertimbangan meneliti hal tersebut di atas adalah pada kenyataannya tidak semua guru memiliki kompetensi. Masyarakat menduga bahwa faktor usia, status sosial ekonomi, pengalaman kerja dan lain- lain menjadi faktor yang mempengaruhi kompetensi guru. Usia yang lebih tua diduga memiliki kompetensi guru yang lebih dibandingkan dengan usia yang lebih muda, dan diduga dengan status sosial ekonomi guru di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat yang tinggi memiliki kompetensi guru yang tinggi dibandingkan dengan status sosial ekonomi guru yang rendah, dan masyarakat menduga bahwa dengan pengalaman kerja yang sudah lama lebih dari 24 tahun di sekolah maupun di masyarakat maka memiliki kompetensi guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang tinggi dibandingkan guru yang memiliki pengalaman kerja yang masih baru kurang dari 24 tahun. Dengan permasalahan yang terjadi di atas, diperlukan pengembangan kompetensi untuk guru. Untuk mengembangkan kompetensi, seorang pendidik mampu memberi teladan serta mentransferkan pengetahuan terhadap peserta didik.

B. Batasan Masalah