Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6 Membuat kesimpulan: Hasil analisis dengan uji statistik chi square, menunjukkan nilai chi square hitung = 6,266 nilai chi square tabel = 12,592, maka kesimpulan yang diambil adalah menerima Ho atau menolak Ha yang berarti tidak ada perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari status sosial ekonomi.

C. Pembahasan

1. Kompetensi sosial guru ditinjau dari usia Berdasarkan pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari usia. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai chi square hitung = 15,769 lebih kecil dari chi square tabel = 16,919. Nilai koefisien kontingensi diperoleh hasil sebagai berikut: koefisien kontingensi sebesar 0,205 dengan koefisien kontingensi maksimum sebesar 0,866 diperoleh rasio sebesar 0,237 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat derajat hubungan adalah rendah. Berdasarkan diskripsi data tentang usia guru diperoleh hasil sebagai berikut: guru dengan usia kurang dari 20 tahun sebanyak 2 responden, usia antara 20 tahun sampai dengan 39 tahun sebanyak 109 responden, usia antara 40 tahun sampai dengan 59 tahun sebanyak 243 responden dan usia lebih dari 59 tahun sebanyak 5 responden. Hasil deskripsi data usia menunjukkan sebagian besar responden berusia 40 sampai dengan 59 tahun dalam kategori tua. Tingkat kompetensi sosial guru, guru dengan usia tua maka memiliki kompetensi yang tinggi dibandingkan dengan guru yang berusia muda. Oleh sebab itu ada dugaan terdapat perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari usia. Namun pada kenyataannya, hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari usia. Menurut peneliti, faktor us ia untuk menjadi guru telah memasuki periode yang matang dalam menentukan sikap dan perilakunya terhadap masyarakat, rekan kerja, karyawan, maupun peserta didik dan orang tuanya. Menurut pendapat Syafriman, usia yang tergolong muda dalam rentang usia 17-25 tahun, merupakan usia yang sudah matang dalam menentukan sikap dan perilakuanya sebagaimana halnya orang dewasa www.depsos.go.idBalitbangPuslitbang20UKS2004Syafriman1.htm. Faktor lain yang berpengaruh adalah tingkat komitmen terhadap profesi. Misalnya, guru yang memiliki komitmen tinggi akan terlihat dari perhatiannya kepada siswa dalam pembelajaran, menggunakan variasi metode pembelajaran agar interaksi guru dan siswa dapat terjalin, waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya banyak, banyak bekerja untuk kepentingan orang la in. Seperti yang diungkapkan Gaill dan Ali Hamzah, 2007:65 sikap hidup seseorang apabila berumur 21 tahun sampai dengan 25 tahun, mempunyai cita-cita, aspirasi, semangat, dan rencana hidup berbeda dengan mereka yang berumur 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tahun. Guru tua memiliki banyak teman karena guru tua sudah lama bergaul dengan orang lain, sehingga kemampuan sosial lebih baik. Sedangkan, guru muda lebih pro aktif dalam mencari teman, dan guru muda juga dituntut untuk memiliki ketrampilan dalam mencari teman. Opini lain yang me ngatakan bahwa faktor lain yang diduga berpengaruh adalah kemajuan kehidupan di berbagai bidang seperti teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan, adanya keterbukaan, demokratisasi dalam kehidupan masyarakat, memberikan kesempatan yang sama luasnya bagi semua usia www.depsos.go.idBalitbang.htm. Sehingga guru tua dengan pengalaman dan kearifan yang dimiliki, begitu pula guru muda dengan segala dinamika kehidupannya tidak menghalanginya untuk melakukan interaksi dan komunikasi terhadap orang lain. Jadi, usia bukan sebagai penghambat namun menjembatani guru untuk selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama dalam pengembangan profesi guru. 2. Kompetensi sosial guru ditinjau dari pengalaman kerja Berdasarkan pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari pengalaman kerja. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai chi square hitung = 5,328 lebih kecil dari chi square tabel = 16,919. Nilai koefisien kontingensi maksimum diperoleh hasil sebagai berikut: koefisien kontingensi sebesar 0,121 dan koefisien kontingensi maksimum sebesar 0,866. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat derajat hubungan adalah sangat rendah. Berdasarkan deskripsi data jumlah guru yang memiliki pengalaman kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 49 responden, sedangkan responden yang memiliki pengalaman kerja antara 5 tahun sampai dengan 14 tahun sebanyak 103 responden kemudian responden yang memiliki pengalaman kerja antara 15 tahun sampai dengan 24 tahun sebanyak 148 responden, dan responden yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 24 tahun sebanyak 59 responden. Hasil deskripsi data pengalaman kerja menunjukkan bahwa sebagian guru dengan pengalaman kerja antara 15 sampai dengan 24 tahun, memiliki kompetensi sosial yang tinggi. Hal ini ada dugaan bahwa terdapat perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari pengalaman kerja. Namun pada kenyataannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari pengalaman kerja. Hal ini berarti tidak sejalan dengan teori yang sebelumnya, yang menyatakan bahwa kompetensi guru tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar Hamzah, 2007:64. Peneliti menduga, tidak ada perbedaan tersebut disebabkan karena kesamaan persepsi bahwa pengalaman mengajar guru menggambarkan kualitas guru mengajar, luasnya pergaulan terhadap rekan kerja maupun masyarakat. Kompetensi sosial guru tidak dilihat dari pengalaman kerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang lama ataupun baru. Karena, penilaian pengalaman kerja tidak hanya dilihat dari hitungan tahun, tetapi dari keikutsertaan guru dalam kegiatan- kegiatan mendukung profesinya, seperti keikutsertaan dalam kegiatan seminar, perkumpulan komunitas guru, latihan, kejuaraan lomba, dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu, Mulyasa 2007:122 mengatakan bahwa stabilitas dan kematangan emosi seorang pekerja berkembang sejalan dengan pengalaman selama dia mau memanfaatkan pengalamannya dalam bekerja. 3. Kompetensi sosial guru ditinjau dari status sosial ekonomi Berdasarkan pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari status sosial ekonomi. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai chi square hitung = 6,266 lebih kecil dari chi square tabel = 12,592. Nilai koefisien kontingensi maksimum diperoleh hasil sebagai berikut: koefisien kontingensi sebesar 0,131 dan koefisien kontingensi maksimum sebesar 0,816. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat derajat hubungan adalah sangat rendah. Berdasarkan deskripsi data jumlah guru yang memiliki status sosial ekonomi kategori tinggi dengan skor lebih dari 38 sebanyak 57 orang guru. Guru yang memiliki status sosial ekonomi kategori cukup dengan skor antara 27 - 38 sebanyak 239 orang guru, dan guru yang memiliki status sosial ekonomi kategori rendah dengan skor kurang dari 27 sebanyak 63 orang guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil deskripsi data menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status sosial ekonomi yang cukup. Dari hasil deskripsi data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kompetensi sosial guru akan dikategorikan cukup juga. Dengan demikian ada dugaan terdapat perbedaan kompetensi sosial guru ditinjau dari status sosial ekonomi. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kesamaan kompetensi sosial guru ditinjau dari status sosial ekonomi. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang sebelumnya mengatakan bahwa ”letak status seorang guru baik itu letak sosialnya dalam masyarakat maupun kondisi ekonominya dapat mempengaruhi guru untuk tampil sebagai seorang yang profesional dalam pekerjaannya karena dengan terpenuhinya kesejahteraan, guru termotivasi untuk meningkatkan profesionalismenya sehingga proses belajar mengajar terlaksana dengan baik” Nurdin,2004:167. Menurut peneliti, tidak adanya perbedaan disebabkan asumsi bahwa setiap guru memiliki kesamaan terhadap tugasnya yaitu mendidik dan mengajar peserta didik yang dipercaya oleh masyarakat. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, guru selalu berinteraksi dan bekerja sama dengan peserta didik, rekan kerja, dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Drost 1998:34 bahwa: Proses mengajar belajar merupakan proses manusiawi yang menuntut keterlibatan anak sebagai pribadi, maka berhasilnya proses ini menuntut sikap hidup yang terbuka terhadap lingkungan dan mau bekerja sama dengan sesama. Hal ini berarti bahwa faktor status sosial ekonomi tidak mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi yang dimiliki guru, selama guru tersebut memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan keprofesionalannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN