Gambar 14. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin dalam darah tikus betina
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak dengan empat peringkat dosis yaitu 108, 180, 301, dan 503 mgkgBB selama 30
hari tidak mengakibatkan perubahan secara biokimia pada kadar kreatinin tikus jantan dan betina sehingga diindikasikan bahwa ginjal tetap berfungsi dengan
normal. Jadi, tidak adanya kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik.
2. Pemeriksaan histologis ginjal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan secara struktural pada organ ginjal yang terkena. Setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari, sebagian hewan uji 3 jantan dan 2 betina dikorbankan dan diambil organ ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan histologis. Hewan uji yang lain
dikorbankan 15 hari kemudian untuk uji reversibilitas. Ginjal tikus dipotong-
potong setebal 3 mm-5 mm dengan pisau skalpel, kemudian dimasukkan ke dalam formalin 10. Pengecatan organ menggunakan haematoxylin dan eosin.
Preparat histologis ginjal dibaca di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 dan 400, dan hasil pemeriksaannya dibuat fotomikroskopik sebagai data kualitatif.
Satuan anatomis fungsi ginjal adalah nefron, suatu struktur yang terdiri atas berkas kapiler yang dinamai glomerulus tempat darah yang disaring dan
tubulus ginjal tempat air dan garam dalam filtrat diserap kembali McPhee and Ganong, 2010.
Dari hasil penelitian uji toksisitas subkronis selama 30 hari ini, didapatkan hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal tikus jantan pada masing-masing
kelompok yang dideskripsikan pada tabel V.
Tabel V. Hasil pemeriksaan histologis ginjal pada tikus jantan
Perlakuan Gambaran Histologis Ginjal
Kontrol akuades
Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal.
Infusa daun sirsak 108
mgkgBB Ditemukan satu tikus jantan mengalami perubahan secara
struktural pada gambaran histologis yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstisium nefritis interstitialis, sedangkan dua
tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
Infusa daun sirsak 180
mgkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun sirsak 301
mgkgBB Ditemukan satu tikus jantan mengalami perubahan secara
struktural pada gambaran histologis yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstisium nefritis interstitialis, sedangkan dua
tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
Infusa daun sirsak 503 mgkg
BB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Hasil gambaran histologis organ ginjal pada tikus jantan dapat dilihat secara mikroskopik pada gambar 15 dan 16.
Gambar 15. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok kontrol akuades yang normal atau tidak adanya kerusakan dengan A perbesaran 100x dan B perbesaran 400x
Gambar 16. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108 mgkgBB A dan B dan 301 mgkgBB C dan D yang mengalami perubahan
gambaran histologis secara struktural yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstisium dengan A,C perbesaran 100x dan B,D perbesaran 400x
Pada pemberian infusa daun sirsak dengan dosis 108 dan 301 mgkgBB ditemukan adanya perubahan secara struktural pada ginjal tikus jantan yaitu
infiltrasi limfosit di daerah interstisium. Infiltrasi limfosit yang terjadi sangat sedikit, tidak ditemui cacat seluler seperti erosi interstisium serta nekrosis sel-sel
epitel pada tubulus dan interstisium, maka glomerulus, tubulus, dan interstisium dapat dikatakan dalam batas normal.
Nefritis interstitialis adalah kelainan ginjal di mana ruang antara tubulus ginjal mengalami pembengkakan, yang biasanya hasil dari reaksi alergi obat,
tetapi bisa juga disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya. Maka dari itu, infiltrasi limfosit di daerah interstisium ini dapat
dikatakan bukan disebabkan oleh perlakuan pemberian infusa daun sirsak melainkan faktor kondisi patologis dari individu tikus. Hal ini dikarenakan,
apabila dikaitkan pada hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, kadar kreatinin darah pada tikus jantan menghasilkan nilai yang
normal atau berbeda tidak bermakna dengan kontrol. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal, sehingga dari hasil pemeriksaan
biokimia pada kreatinin tersebut diindikasikan bahwa ginjal masih berfungsi dengan baik. Selain itu, pada dosis infusa daun sirsak tertinggi 503 mgkgBB
tidak ditemukan kerusakan ginjal melainkan gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal. Jadi, nefritis interstitialis yang ditemukan pada
ginjal tikus jantan kelompok perlakuan dosis 108 dan 301 mgkgBB disebabkan oleh faktor patologi dari individu tikus itu sendiri.
Berdasarkan deskripsi gambaran histologis ginjal pada tikus jantan tersebut dapat disimpulkan bahwa infusa daun sirsak tidak mengakibatkan perubahan
secara struktural pada ginjal tikus jantan atau sediaan uji ini tidak memberikan efek toksik terhadap organ ginjal yang terkena yaitu gambaran glomerulus,
tubulus, dan interstisium dalam batas normal. Pada tikus betina, hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal pada
masing-masing kelompok dideskripsikan pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil pemeriksaan histologis ginjal pada tikus betina
Perlakuan Gambaran Histologis Ginjal
Kontrol akuades
Ditemukan satu tikus jantan mengalami perubahan gambaran histologis yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstisium
nefritis interstitialis, sedangkan satu tikus lain tidak mengalami perubahan atau normal.
Infusa daun sirsak 108
mgkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun sirsak 180
mgkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun sirsak 301
mgkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun sirsak 503
mgkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Hasil gambaran histologis organ ginjal pada tikus betina dapat dilihat secara mikroskopik pada gambar 17 dan 18.
Gambar 17. Fotomikroskopik ginjal tikus betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108 mgkgBB yang normal atau tidak adanya kerusakan dengan A perbesaran 100x
dan B perbesaran 400x
Gambar 18. Fotomikroskopik ginjal tikus betina kelompok kontrol akuades yang mengalami perubahan gambaran histologis secara struktural yaitu infiltrasi sel limfosit di
daerah interstisium dengan A perbesaran 100x dan B perbesaran 400x
Pada kelompok kontrol yang diberikan akuades ditemukan adanya perubahan secara struktural pada ginjal tikus betina yaitu infiltrasi limfosit di
daerah interstisium. Infiltrasi limfosit yang terjadi sangat sedikit, tidak ditemui cacat seluler seperti erosi interstisium dan nekrosis sel-sel epitel pada tubulus dan
interstisium, maka glomerulus, tubulus, dan interstisium dapat dikatakan dalam batas normal. Sedangkan pada semua kelompok perlakuan yang diberikan infusa
daun sirsak dosis 108, 180, 301, dan 503 mgkgBB memberikan hasil gambaran histologis yang normal. Hasil pemeriksaan histologis ginjal ini sesuai dengan
hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, di mana kadar kreatinin darah pada tikus betina menghasilkan nilai yang normal atau
berbeda tidak bermakna dengan kontrol. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal. Jika kadar kreatinin normal maka menandakan bahwa
ginjal berfungsi dengan baik tidak ada kerusakan ginjal. Hal ini membuktikan bahwa infiltrasi limfosit di daerah interstisium yang terjadi karena faktor kondisi
patologis dari individu tikus, di mana hal ini terjadi pada kelompok kontrol bukan pada kelompok perlakuan.
Pada sebagian tikus jantan maupun betina memang mengalami perubahan secara struktural pada ginjal, namun secara biokimia yaitu nilai kadar kreatinin
antara sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan pada tikus tersebut adalah berbeda tidak bermakna. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu faktor yaitu
pengamatan yang hanya dilakukan pada satu bagian kecil lokasi saja dari organ ginjal tikus dan dimungkinkan bahwa bagian lokasi lainnya normal, sehingga
perubahan secara biokimia dengan struktural dalam hal ini tidak dapat dikorelasikan.
Daerah interstisium merupakan daerah di antara tubulus yang satu dengan tubulus yang lain. Interstisium korteks yang melebar dikatakan abnormal.
Pelebaran ini dapat disebabkan oleh edema atau infiltrasi oleh sel radang akut. Kerusakan terjadi jika ditemukan secara histologis yaitu ditandai dengan edema
interstisial, sering kali disertai infiltrasi leukositik di interstisum dan tubulus, serta nekrosis tubulus fokal Kumar, et al., 2010. Nefritis intersitial akut
biasanya hasil dari reaksi alergi obat, tetapi bisa juga disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya. Nefritis interstitial merupakan
jejas tubular yang manifestasi awalnya berupa edema tubulus proksimal dimana sel-sel epitel pada tubulus proksimal dan interstisium membengkak dengan
sitoplasma yang granuler karena terjadi pergeseran air ekstraseluler ke intrasel Wulandari, 2010. Pergeseran cairan ini terjadi karena toksin menyebabkan
perubahan muatan listrik permukaan sel epitel tubulus, transport ion aktif dan asam organik, dan kemampuan mengkonsentrasikan dari ginjal yang akhirnya
mengakibatkan tubulus dan interstisium rusak Wijaya dan Miranti, 2005. Dari hasil deskripsi gambaran histologis ginjal pada tikus betina tersebut
menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mengakibatkan perubahan organ ginjal secara struktural.
Pada penelitan Arthur, et al. 2011 mengenai uji toksisitas subkronis ekstrak air Annona muricata pada tikus yang dilakukan selama 14 hari secara per
oral memberikan hasil yang signifikan terhadap hasil biokimia darah yaitu kadar kreatinin. Kadar kreatinin darah mengalami peningkatan yang signifikan p
0,001 secara statistik dengan Newman-Keuls multiple comparison test. Dosis yang diberikan pada uji toksisitas subkronis pada penelitian tersebut terdiri dari
tiga peringkat, antara lain 100, 1000, 2500 mgkgBB. Peningkatan kadar kreatinin yang signifikan ini terjadi hanya pada dosis tertinggi ekstrak air daun
sirsak 2500 mgkgBB, baik pada tikus jantan maupun betina. Nilai rata-rata kadar kreatinin pada tikus jantan kelompok normal adalah 0,87 mgdL dan pada
tikus betina sebesar 0,77 mgdL. Sedangkan pada kelompok perlakuan dengan dosis tertinggi 2500 mgkgBB adalah 1,23 mgdL tikus jantan dan 1,2 mgdL
tikus betina. Perubahan secara biokimia yang dilihat dari kadar kreatinin pada dosis tinggi tersebut menandakan adanya kemungkinan kerusakan ginjal,
terutama pada mekanisme infiltrasi ginjal. Jadi, penelitian tersebut menyebutkan bahwa Annona muricata dengan dosis 2500 mgkgBB dapat menyebabkan ginjal
rusak yang berakibat pada gagal ginjal. Bila dibandingkan antara penelitian Arthur, et al. tersebut dengan penelitian
uji subkronis infusa daun sirsak selama 30 hari secara per oral ini adalah ekstrak air daun sirsak dengan dosis 2500 mgkgBB tikus diberikan selama 14 hari dapat
mempengaruhi perubahan secara biokimia yaitu kadar kreatinin darah pada tikus jantan dan betina yang meningkat, sedangkan pemberian infusa daun sirsak dosis
108, 180, 301, dan 503 mgkgBB tikus selama 30 hari tidak memberikan perubahan secara biokimia dan struktural baik pada tikus jantan maupun betina,
di mana kadar kreatinin darah yang diperoleh menghasilkan perbedaan yang tidak bermakna dengan kontrol dan gambaran histologis ginjal yang normal.
Dosis infusa daun sirsak 108, 180, 301, dan 503 mgkgBB pada tikus dikonversikan pada manusia diperoleh hasil secara berurut yaitu 17,28; 28,8;
48,16; dan 80,48 mgkgBB manusia. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis infusa daun sirsak sebesar 17,28; 28,8; 48,16; dan 80,48 mgkgBB untuk
manusia tidak memberikan efek toksik terhadap ginjal jika dikonsumsi secara jangka panjang yaitu 30 hari karena tidak meningkatan kadar kreatinin darah dan
efek toksik pada ginjal, serta tidak ada hubungan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik.
Dalam penelitian uji toksisitas subkronis selama 30 hari ini memang tidak ditemukan adanya kerusakan pada organ ginjal tikus jantan dan betina, namun
disarankan untuk melakukan penelitian uji toksisitas kronis infusa daun sirsak ini terhadap ginjal pada tikus putih jantan dan betina yaitu selama 90 hari atau lebih,
untuk mengetahui apakah pemakaian infusa daun sirsak pada manusia dengan dosis 17,28; 28,8; 48,16; dan 80,48 mgkgBB dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal atau tidak jika dikonsumsi selama 3 bulan ataupun lebih.
3. Uji Reversibilitas