Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah

sirsak. Tujuan penggunaan kelompok kontrol adalah untuk mengetahui perbandingan kadar kreatinin darah dan gambaran histologis antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Pada kelompok I diberi akuades dengan dosis 8333 mgkgBB, sedangkan kelompok II, III, IV, dan V diberi perlakuan infusa daun sirsak dengan dosis masing-masing sebesar 108, 180, 301, dan 503 mgkgBB. Volume pemberian infusa daun sirsak yang diberikan kepada subyek uji dihitung menggunakan rumus “C x V = D x BB” dan diberikan sesuai dengan kebiasaan konsumsi pada manusia, yaitu secara peroral. Berdasarkan penelitian Arthur, et al. 2011, daun sirsak mengandung saponin, tanin terkondensasi, glikosida dan flavonoid, serta mengandung adanya zat kelompok acetogenins. Acetogenins dari Annonaceae ini merupakan kelas penting dari produk alami yang memiliki berbagai macam sifat biologis seperti sitotoksik, antitumoral, antiparasit, insektisida, dan aktivitas imunosupresif Gleye, et al., 1996. Acetogenin bekerja menghambat mitochondrial complex I pada rantai transpot elektron sehingga mengendalikan mitokondria sel yang overacting, bila mitokondria normal maka pertumbuhan sel kanker dapat terkendali. Uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak dalam penelitian ini dilakukan selama 30 hari dengan memeriksa kadar kreatinin dalam darah dan mengamati gambaran histologis ginjal.

1. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui wujud efek toksik subkronis terhadap kadar kreatinin dalam darah akibat pemakaian infusa daun sirsak dan mengungkapkan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik yang timbul. Darah tikus jantan dan betina diambil melalui sinus orbitalis mata pada saat sebelum diberikan infusa daun sirsak untuk diperiksa kadar kreatinin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar kreatinin darah pada hewan uji sebelum diberikan perlakuan dan juga untuk mengetahui kemungkinan adanya kondisi patologi yang terkait dengan fungsi ginjal. Pada hari ke-31 atau setelah diberikan infusa daun sirsak selama 30 hari, darah tikus jantan dan betina diambil melalui sinus orbitalis mata untuk diperiksa kadar kreatinin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar kreatinin darah pada hewan uji setelah diberi perlakuan infusa daun sirsak. Bila terjadi perbedaan terhadap kadar kreatinin yang diukur pada saat sebelum dan sesudah pemberian infusa daun sirsak, maka dapat diketahui apakah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari mempengaruhi fungsi ginjal tikus atau tidak. Darah yang keluar ditampung dalam tabung eppendorf dan kemudian disentrifugasi untuk diambil serum darahnya untuk pemeriksaan kreatinin. Pemeriksaan kreatinin dalam penelitian ini dilakukan di Parahita Medical Lab. Penetapan kadar kreatinin pada serum yang dilakukan menggunakan metode creatinine assay. Metode ini dilakukan secara autoanalizer dengan alat. Prinsip dari metode ini adalah alkaline picrate yaitu pada pH alkali, kreatinin didalam sampel bereaksi dengan picrate untuk membentuk creatinine-picrate complex , kemudian pada absorbansi 500 nm akan secara langsung menunjukkan besar kadar kreatinin didalam serum darah. Hasil kadar kreatinin pada tikus jantan yang didapat dari pemeriksaan analisis darah ini diuji normalitasnya dengan uji statistik Kolmogorov-Sminorv dan mendapatkan hasil bahwa nilai Significancy 0,05 data ada pada lampiran 10. Karena nilai p yang diperoleh pada kelima kelompok data adalah 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi kelima kelompok tersebut adalah normal. Kemudian untuk melihat adanya perbedaan antara masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, dilakukan uji statistik Anova pola satu arah dan uji Scheffe. Deskripsi data tercantum pada tabel I. Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat protein, yang disintesis dalam hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah, dan diekskresikan dalam urine. Meningkatnya kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal Lu, 1995. Tabel I. Kadar kreatinin darah tikus jantan pada awal sebelum pemberian dan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari secara oral Kelompok Perlakuan n Nilai Pre Nilai Post Nilai p Mean mgdL ± SEM Mean mgdL ± SEM I Kontrol Akuades 5 0,48 ± 0,02 0,52 ± 0,03 0,158 TB II Infusa Daun Sirsak 108 mgkg BB 5 0,50 ± 0,02 0,52 ± 0,01 0,468 TB III Infusa Daun Sirsak 180 mgkg BB 5 0,47 ± 0,01 0,49 ± 0,01 0,633 TB IV Infusa Daun Sirsak 301 mgkg BB 5 0,47 ± 0,02 0,47 ± 0,01 1,000 TB V Infusa Daun Sirsak 503 mgkg BB 5 0,47 ± 0,01 0,50 ± 0,01 0,083 TB Keterangan: Pre = Sebelum pemberian infusa daun sirsak Post = Sesudah pemberian infusa daun sirsak Mean = Rerata kadar kreatinin mgdL SEM = Standart Error of Mean TB = Berbeda tidak bermakna p 0,05 Rerata kadar kreatinin darah tikus jantan sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan adanya peningkatan tabel I, namun peningkatan yang terjadi ini tidak bermakna TB dilihat dari nilai p. Peningkatan kadar kreatinin darah yang terjadi akibat infusa daun sirsak selama 30 hari bukanlah merupakan gejala klinik yang mempengaruhi fungsi ginjal tikus jantan. Peningkatan kadar kreatinin darah juga dialami oleh kelompok kontrol negatif yang diberi akuades. Berdasarkan hasil kadar kreatinin darah tikus jantan antara pre dan post test dinyatakan dalam mean , pemberian infusa daun sirsak pada dosis 108, 180, dan 503 mgkgBB mengalami peningkatan namun tidak bermakna, sedangkan pada dosis 301 mgkgBB tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan melainkan sama yaitu rata-rata kadar kreatinin darah sebesar 0,47 mgdL. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadinya peningkatan kreatinin secara signifikan setelah pemberian subkronis infusa daun sirsak atau akuades pada tikus jantan karena nilai pre dan post -nya sama. Kadar kreatinin darah pada tikus betina diuji normalitasnya dengan uji statistik Kolmogorov-Sminorv dan mendapatkan hasil bahwa nilai Significancy 0,05 data ada pada lampiran 11. Karena nilai p yang diperoleh pada kelima kelompok data adalah 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi kelima kelompok tersebut adalah normal. Kemudian untuk melihat adanya perbedaan antara masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, dilakukan uji statistik Anova pola satu arah dan uji Scheffe. Deskripsi data tercantum pada tabel II. Tabel II. Kadar kreatinin darah tikus betina pada awal sebelum pemberian dan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari secara oral Kelompok Perlakuan n Nilai Pre Nilai Post Nilai p Mean mgdL ± SEM Mean mgdL ± SEM I Kontrol Akuades 5 0,53 ± 0,02 0,55 ± 0,02 0,240 TB II Infusa Daun Sirsak 108 mgkg BB 5 0,54 ± 0,02 0,56 ± 0,02 0,289 TB III Infusa Daun Sirsak 180 mgkg BB 5 0,53 ± 0,01 0,53 ± 0,02 0,889 TB IV Infusa Daun Sirsak 301 mgkg BB 5 0,51 ± 0,01 0,52 ± 0,01 0,666 TB V Infusa Daun Sirsak 503 mgkg BB 5 0,54 ± 0,01 0,55 ± 0,02 0,680 TB Keterangan: Pre = Sebelum pemberian infusa daun sirsak Post = Sesudah pemberian infusa daun sirsak Mean = Rerata kadar kreatinin mgdL SEM = Standart Error of Mean TB = Berbeda tidak bermakna p 0,05 Rerata kadar kreatinin darah tikus betina sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan adanya peningkatan tabel II, namun peningkatan ini tidak bermakna TB dilihat dari nilai p. Hal yang sama juga terlihat pada rata-rata kadar kreatinin darah tikus betina pada kontrol negatif yang diberi akuades. Berdasarkan hasil kadar kreatinin darah tikus betina antara pre dan post test dinyatakan dalam mean , pemberian infusa daun sirsak pada dosis 108, 301, dan 503 mgkgBB mengalami peningkatan walaupun tidak bermakna, sedangkan pada dosis 180 mgkgBB tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan melainkan sama yaitu rata-rata kadar kreatinin darah sebesar 0,53 mgdL. Hal ini menunjukkan tidak terjadi peningkatan kadar kreatinin setelah pemberian subkronis infusa daun sirsak atau akuades pada tikus betina karena nilai pre dan post-nya sama. Kadar kreatinin tikus jantan pada hari ke-31 dievaluasi secara statistik menggunakan Anova pola satu arah dengan taraf kepercayaan 95 dan dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat kekerabatan antara dosis, apakah perbedaan tiap kelompok perlakuan bermakna atau tidak bermakna tabel III. Tabel III. Uji Scheffe kreatinin dalam darah pada tikus jantan pada hari ke-31 DOSIS I II III IV KONTROL I - TB TB TB TB II TB - TB TB TB III TB TB - TB TB IV TB TB TB - TB KONTROL TB TB TB TB - Keterangan: I = Infusa daun sirsak 108 mgkgBB II = Infusa daun sirsak 180 mgkgBB III = Infusa daun sirsak 301 mgkgBB IV = Infusa daun sirsak 503 mgkgBB Kontrol = Akuades 8333 mgkgBB TB = Berbeda tidak bermakna p 0,05 Berdasarkan hasil Anova pola satu arah yang dilakukan dapat diketahui propabilitasnya 0,100 0,05 menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan yang tidak bermakna antara keempat kelompok perlakuan yang diuji terhadap kelompok kontrol. Dari hasil uji Scheffe juga dapat diketahui bahwa kadar kreatinin tikus jantan pada hari ke-31 akibat pemberian infusa daun sirsak dengan empat peringkat dosis dan kontrol negatif yang diberi akuades menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Gambar 13. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin dalam darah tikus jantan Hasil ini juga digambarkan dalam diagram batang gambar 10. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian peningkatan dosis pada infusa daun sirsak tidak meningkatkan kadar kreatinin dalam darah pada tikus jantan, sehingga dapat diketahui bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal tikus jantan. Hal yang sama pada tikus betina, di mana kadar kreatinin tikus betina pada hari ke-31 dievaluasi secara statistik menggunakan Anova pola satu arah dengan taraf kepercayaan 95 dan dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat kekerabatan antara dosis, apakah perbedaan tiap kelompok perlakuan bermakna atau tidak bermakna tabel IV. Berdasarkan hasil Anova pola satu arah yang dilakukan dapat diketahui propabilitasnya 0,507 0,05 menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan yang tidak bermakna antara keempat kelompok perlakuan yang diuji terhadap kelompok kontrol. Tabel IV. Uji Scheffe kreatinin dalam darah pada tikus betina pada hari ke-31 DOSIS I II III IV KONTROL I - TB TB TB TB II TB - TB TB TB III TB TB - TB TB IV TB TB TB - TB KONTROL TB TB TB TB - Keterangan: I = Infusa daun sirsak 108 mgkgBB II = Infusa daun sirsak 180 mgkgBB III = Infusa daun sirsak 301 mgkgBB IV = Infusa daun sirsak 503 mgkgBB Kontrol = Akuades 8333 mgkgBB TB = Berbeda tidak bermakna p 0,05 Dari hasil uji Scheffe juga menunjukkan bahwa kadar kreatinin tikus betina pada hari ke-31 akibat pemberian infusa daun sirsak dengan empat peringkat dosis dan kontrol negatif yang diberi akuades menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hasil ini digambarkan dalam diagram batang gambar 14. Hal ini berarti pemberian peningkatan dosis pada infusa daun sirsak selama 30 hari tidak meningkatkan kadar kreatinin tikus betina, sehingga diketahui bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal tikus betina. Gambar 14. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin dalam darah tikus betina Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak dengan empat peringkat dosis yaitu 108, 180, 301, dan 503 mgkgBB selama 30 hari tidak mengakibatkan perubahan secara biokimia pada kadar kreatinin tikus jantan dan betina sehingga diindikasikan bahwa ginjal tetap berfungsi dengan normal. Jadi, tidak adanya kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik.

2. Pemeriksaan histologis ginjal