8
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya Oktora, 2006. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
003MenkesPerI2010 Pasal 1, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik,
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
Menteri Kesehatan RI, 2010. WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga
mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan, khasiat, dan kualitas
dari obat tradisional WHO, 2008. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Efek samping obat
tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat antara lain kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan
telaah informasi, tanpa penyalahgunaan, dan ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu Oktora, 2006.
B. Tanaman Sirsak
1. Sistematika
Sistematika dari tanaman sirsak menurut Tjitrosoepomo 1989 adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Anak kelas : Dialypetalae Ordo
: Polycarpicae Famili
: Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
2. Habitat
Sirsak dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman pH antara 5-7. Jadi, tanah yang sesuai adalah tanah yang agak asam sampai agak
alkalis. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari daratan
rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman sirsak adalah 22-32
C. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman sirsak antara 1500-3000 mmtahun
Sunarjono, 2005. 3.
Morfologi daun sirsak
Dilihat secara makroskopik, daun sirsak termasuk daun tunggal dan berwarna kehijauan sampai hijau kecoklatan. Helaian daun seperti kulit, berbentuk bundar
panjang, lanset atau bundar telur terbalik. Helaian daun mempunyai panjang 6 cm sampai 18 cm dan lebar 2 cm sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek,
pangkal daun runcing, dan tepi rata. Panjang tangkai daun yaitu lebih kurang 0,7 cm. Permukaan licin agak mengkilat, tulang daun menyirip dan ibu tulang daun
menonjol pada permukaan bawah. Daun berbau agak keras dan rasa agak kelat Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 d.
4. Kandungan kimia
Daun sirsak mengandung saponin, tanin terkondensasi, glikosida dan flavonoid, serta mengandung adanya zat kelompok acetogenins Arthur, et al.,
2011. Acetogenins dari Annona merupakan kelas penting dari produk alami yang memiliki berbagai macam sifat biologis seperti sitotoksik, antitumoral, antiparasit,
insektisida, dan aktivitas imunosupresif Gleye, Laurens, Hocquemiller, Figadere, and Cave, 1996.
Acetogenin bekerja menghambat mitochondrial complex I pada rantai
transpot elektron sehingga mengendalikan mitokondria sel yang overacting, bila
mitokondria normal maka pertumbuhan sel kanker dapat terkendali. Mekanisme kerjanya acetogenin masuk ke dalam sel kanker dan menempel pada inner
membrane of mitochondria , lalu merusak produksi ATP di dalam mitokondria.
Akibat kekurangan ATP sebagai sumber energi, akhirnya sel kanker menjadi lemah dan mati Villo, 2008. Salah satu senyawa acetogenin dari daun sirsak
adalah annonacin, di mana senyawa tersebut mampu menyebabkan neurotoksisitas Potts, Luzzio, Smith, Hetman, Champy, and Litfan, 2011.
Menurut penelitian analisis fitokimia oleh Prachi 2010, ekstrak air daun sirsak mengandung metabolit sekunder seperti karbohidrat, steroid, tanin, dan
glikosida kardiak. Daun sirsak juga mengandung alkaloid dan minyak atisiri Winarni, 2002.
5. Khasiat dan kegunaan
Daun sirsak secara tradisional dapat dimanfaatkan untuk mengobati abses, arthritis, asthenia, asma, bronkitis, kolik, batuk, diabetes, diuretik, disentri,
demam, gangguan empedu, influensa, jantung, hipertensi, gangguan pencernaan, infeksi, cacingan, gangguan hati, malaria, reumatik, kurap, kejang, tumor, dan
borok. Pada tahun 1976, The National Cancer Institute meneliti khasiat sirsak sebagai antitumor dan antikanker. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
daun sirsak mampu menyerang dan menghancurkan sel-sel kanker Mardiana dan Ratnasari, 2011.
Penelitian yang dilakukan Zeng, Wu, Oberlies, McLaughlin, dan Sastrodihadjo 1996, menyatakan bahwa cis-annonacin, salah satu senyawa
acetogenins dalam daun sirsak bersifat selektif mematikan sel-sel kanker usus
besar dan memiliki kekuatan 10.000 kali lebih besar dibandingkan dengan adriamycin
obat kemoterapi. Hasil penelitian Wu, Gu, Zeng, Zhao, Zhang, dan McLaughlin 1995 menunjukkan senyawa annonaceous acetogenins selektif
sebagai agen sitotoksik terhadap sel tumor paru-paru pada manusia. Menurut hasil penelitian di Brazil pada tahun 2010 menyebutkan bahwa
ekstrak etanol daun sirsak memiliki aktivitas anti-inflamasi pada hewan percobaan Zuhud, 2011. Selain itu, menurut Hasrat, Bruyne, De Backer, Vauquelin, dan
Vlietinck 1997, terdapat efek antidepresi pada daun sirsak disebabkan oleh 3 senyawa alkaloid yang berupa annonaine, nornuciferine dan asimilobine yang
diujikan kepada tikus. Alkaloid tersebut mampu menghambat pengambilan serotonin di otak. Ekstrak air daun sirsak juga memiliki potensi menurunkan
bilirubin sehingga efektif untuk penyakit hiperbilirubinemia atau penyakit kuning Arthur, et al, 2012.
C. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimiawi
murni. Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa bahan utuh bagian hewan atau zat-zat yang berguna, yang dihasilkan oleh hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 c.
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai,
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 c.
D. Infusa