Uji Reversibilitas Uji Toksisitas Subkronis

Dalam penelitian uji toksisitas subkronis selama 30 hari ini memang tidak ditemukan adanya kerusakan pada organ ginjal tikus jantan dan betina, namun disarankan untuk melakukan penelitian uji toksisitas kronis infusa daun sirsak ini terhadap ginjal pada tikus putih jantan dan betina yaitu selama 90 hari atau lebih, untuk mengetahui apakah pemakaian infusa daun sirsak pada manusia dengan dosis 17,28; 28,8; 48,16; dan 80,48 mgkgBB dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal atau tidak jika dikonsumsi selama 3 bulan ataupun lebih.

3. Uji Reversibilitas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keterbalikkan reversibilitas spektrum efek toksik yang terjadi. Efek toksik disebut berpulih reversible jika efek itu dapat hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, efek nirpulih irreversible akan menetap atau justru bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan Lu, 1995. Sisa hewan uji dikorbankan 14 hari kemudian setelah selama 30 hari diberi pelakuan infusa daun sirsak dan diambil organ ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan histologis. Dari hasil pemeriksaan histologis ginjal dalam uji reversibilitas, pada keseluruhan ginjal tikus jantan baik kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak dosis 108, 180, 301, dan 503 mgkgBB maupun kelompok kontrol yang diberi akuades menunjukkan kondisi ginjal yang normal. Hasil ini dibuktikan dengan adanya fotomikroskopik ginjal yang tidak terlihat adanya perubahan gambaran histologis gambar 19 Gambar 19. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan hasil uji reversibilitas kelompok perlakuan infusa daun sirsak 301 mgkgBB yang normal atau tidak adanya kerusakan dengan A perbesaran 100x dan B perbesaran 400x . Sedangkan dari pemeriksaan histologis ginjal pada tikus betina, ditemukan dua tikus yang mengalami perubahan gambaran histologis ginjal gambar 20 yaitu kelompok kontrol yang diberi akuades satu tikus dan kelompok perlakuan infusa daun sirsak pada dosis 108 mgkgBB satu tikus. Gambar 20. Fotomikroskopik ginjal tikus betina hasil uji reversibilitas kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108 mgkgBB yang mengalami perubahan gambaran histologis secara struktural yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstisium dengan A perbesaran 100x dan B perbesaran 400x Perubahan gambaran histologis yang terjadi yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstisium nefritis interstitialis. Infiltrasi limfosit yang terjadi sangat sedikit, dan tidak ditemui cacat seluler seperti erosi tubulus dan nekrosis sel-sel epitel pada tubulus, maka glomerulus dan tubulus dapat dikatakan dalam batas normal. Namun infiltrasi limfosit di daerah interstisium ini bukan dikarenakan oleh perlakuan pemberian infusa daun sirsak melainkan faktor kondisi patologis yang bersifat individu, karena perubahan secara struktural pada ginjal ini terjadi pada kelompok kontrol dan nefritis intersitial bisa disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya. Pelebaran pada daerah interstisium memang disebabkan oleh edema atau infiltrasi oleh sel radang akut, seperti pada penyakit interstisium akut, atau mungkin juga oleh akumulasi sel radang kronik dan jaringan fibrosa Kumar, et al ., 2010. Menurut Wijaya dan Miranti 2005, nefritis interstitial merupakan jejas tubular yang manifestasi awalnya berupa edema tubulus proksimal dimana sel-sel epitel tubulus proksimal membengkak dengan sitoplasma yang granuler karena terjadi pergeseran air ekstraseluler ke intrasel. Dapat disimpulkan bahwa tidak adanya sifat ketoksikan yang muncul karena tidak ada perubahan secara stuktural pada ginjal tikus jantan dan betina pada hari ke-15 setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari. Hasil ini sesuai dengan uji toksisitas subkronis yang telah dilakukan selama 30 hari, di mana pada uji tersebut menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak mengakibatkan perubahan secara struktural pada ginjal.

F. Perubahan Berat Badan Tikus