Metabolisme kreatinin Metode pemeriksaan kreatinin

F. Pemeriksaan Kreatinin

Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat protein, yang disintesis dalam hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah, dan diekskresikan dalam urine. Meningkatnya kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal Lu, 1995.

1. Metabolisme kreatinin

Kreatinin berasal dari pemecahan kreatinifosfat otot. Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatin sebagian besar ditemukan di otot rangka, tempat zat ini terlibat dalam penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat. Dalam sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalasi enzim kreatin kinase. Reaksi ini berlanjut seiring dengan pemakaian energi sehingga dihasilkan kreatin fosfat. Dalam prosesnya, sejumlah kecil kreatin diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin yang dihasilkan setara dengan massa otot rangka yang dimiikinya Sacher and Richard, 2004. 2. Fakor yang mempengaruhi kadar kreatinin darah Kreatinin umumnya dianggap tidak dipengaruhi oleh asupan protein namun sebenarnya ada pengaruh diet terutama protein tetapi tidak sebesar pengaruhnya terhadap kadar ureum. Kreatinin terutama dipengaruhi oleh massa otot. Karena itu kadar kreatinin darah lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, meningkatnya pada atlit dengan massa otot banyak, dan juga pada kelainan pemecahan otot rhabdomiolisis. Sebaliknya kadar kreatinin menurun pada usia orang usia lanjut yang massa ototnya berkurang Laboratorium Amerind Bio- Clinic, 2010.

3. Metode pemeriksaan kreatinin

Macam pemeriksaan kreatinin darah adalah: a. Jaffe Reaction. Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Alat yang digunakan photometer. b. Kinetik. Dasar metodenya relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat yang digunakan autoanalyzer. c. Enzimatik. Dasar metode ini adalah dengan adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk senyawa enzim substrat dengan menggunakan alat photometer. Meskipun sejumlah kecil disekresi, tes kliren kreatinin merupakan suatu tes untuk memperkirakan GFR dalam klinik. Untuk melakukan tes kliren kreatinin, cukup mengumpulkan contoh urin atau darah selama 24 jam Price and Wilson, 1985. Dalam keadaan normal, produksi kreatinin secara kasar sama dengan ekskresi kreatinin, sehingga kadar kreatinin serum konstan. Pada seorang penderita dengan filtrasi glomerulus yang menurun, kreatinin serum akan terakumulasi sesuai dengan derajat hilangnya filtrasi glomerulus pada ginjal. Konsentrasi kreatinin serum sering digunakan untuk menentukan klirens kreatinin, yang merupakan cara pemantauan fungsi ginjal yang cepat dan sesuai. Secara farmakokinetik, klirens kreatinin dapat ditakrifkan sebagai laju ekskresi kreatinin melalui urin atau kreatinin serum. Klirens kreatinin secara klinik dinyatakan dalam mLmenit dan konsentrasi kreatinin serum dalam mg Shargel and Yu, 1988. Persamaan berikut digunakan untuk menghitung klirens kreatinin dalam mLmenit: CL cr = U cr × V S cr × t Di mana U cr = urine creatinine concentration, V = urine volume, S cr = serum creatinine concentration , dan t = duration of the urine collection Dipiro, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008. Menurut Huether dan McCance 2008, nilai normal dari plasma creatinine concentration adalah 0,7-1,2 mgdL. Konsentrasi kreatinin plasma ini akan memiliki nilai yang stabil ketika nilai GFR juga stabil, karena laju produksi kreatinin sama besar dengan hasil metabolisme otot. Nilai normal kreatinin dalam darah pada tes fungsi ginjal yang normal pada manusia adalah sebesar 0,6-1,5 mgdL laki-laki dan 0,6-1,1 mgdL perempuan. Sedangkan nilai rata-rata kadar kreatinin normal pada tikus strain Sprague-Dawley adalah 0,860 mgdL jantan dan 0,713 mgdL betina Derelanko and Hollinger, 2002.

G. Kerusakan Ginjal