Yuan : jangan bermalas-malasn, harus semangat. 6. Ananta mengatakan bahwa pentingnya menetapkan tujuan sehingga kita bisa David dan Edo mengatakan bahwa betapa pentingnya membuat perencanaan Sedangkan Fani mengatakan bahwa kita ha

Hari 2, Minggu, 19 Januari 2013 Sharing Pagi Di hari kedua ini, ada satu kejadian yang membuat kegiatan morning activity harus ditiadakan,yaitu keterlambatan. Kemudian teman-teman peserta diajak berdiskusi dan membuat komitmen pribadi yang akan digunakan mereka dalam berkegiatan selama satu hari. Adapun komitmen yang muncul adalah: 1. Ananta: tidak akan mengulangi kegagalan, dan akan do the best. 2. Amell : harus bisa tepat waktu. 3. Edo : jangan sampai terlambat dalam mengerjakan sesuatu. 4. David : ketika sudah berkomitmen, harus punya tanggung jawab.

5. Yuan : jangan bermalas-malasn, harus semangat. 6.

Fani : jangan pernah menunggu, harus proaktif. Initiative Problem Solving Games : Zeni Bridge Tujuan dari kedua aktivitas ini adalah penetapan tujuan, baik tujuan jangka pendek, menengah dan tujuan jangka panjang dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Ketika bermain di zeni bridge game teman-teman kelompok 3 sudah bisa merencanakan dengan baik apa yang akan dilakukan, bagaimana setrategi yang akan dipakai, dan menganalisis peralatan yang ada dengan baik. Namun, ada juga yang mencoba mengamati terlebih dahulu, contohnya Amell dan Fani. Mereka berdua mengatakan bahwa ada baiknya jika mengamati terlebih dahulu apa yang sudah teman-teman lainnya kerjakan, sehingga dapat belajar dari kesalahan atau trial and error. Sedangkan Ananta lebih cenderung memikirkan strategi bagaimana agar tugas yang diberikan bisa berjalan dengan baik, seperti memindahkan semua teman- temannya. Hasil dari debrief permainan ini adalah:

1. Ananta mengatakan bahwa pentingnya menetapkan tujuan sehingga kita bisa

mengetahui mana yang seharusnya kita lakukan terlebih dahulu.

2. David dan Edo mengatakan bahwa betapa pentingnya membuat perencanaan

sebelum kita melakukan segala sesuatunya.

3. Sedangkan Fani mengatakan bahwa kita harus mengetahui area kerja kita

dimana, bagaimana mengaturnya, dan harus seperti apa menjalankannya. Worst Case Scenario:  Kick Out The Ball  Keep The Fire On  Save The Water  Moving Ball Pada fase WCS ini, peserta diharapkan mampu mengimplementasikan dari seluruh pembelajaran yang diperoleh setelah satu hari kemarin atau dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Setelah perwakilan dari kelompok mendapatkan instruksi untuk aktifitas ini, kemudian teman-teman berdiskusi dengan serius, bagaimana caranya agar bisa mendapatkan poin maksimal, yaitu 400 poin. Pilihan games pertama adalah kick out the ball. Disini teman-teman terlihat sangat bagus dalam mencari strategi yang. Pada akhirnya mereka menggunakan tongkat sebagai alat utnuk mengeluarkan bola. Edo bertindak sebagai pemukul bola, karena menurut teman-teman yang lain, Edo memiliki tangan yang lebih panjang. Namun, di games ini kelompok 3 tidak dapat menyelesaikan permainan, hal ini diakibatkan tidak dapat ditangkapnya bola oleh teman yang lain. Kemudian mereka menuju ke games kedua, yaitu keep the fire on. Di permainan kedua ini, teman-teman kelompok 3 berusaha untuk lebih mematangkan strategi yang akan digunakan. Pada awalnya mereka akan melompati zona bahaya, hal itu dikarenakan mereka sempat melihat di kelompok lain ada yang bisa melompatinya. Akan tetapi ada teman lain yang mengusulkan hal atau strategi yang beda yaitu David . Mungkin karena kurang percaya jika mampu melompati dan takut kehilangan poin, maka diputuskan oleh teman-teman kelompok 3 untuk menggunakan strategi yang diutarakan David, yaitu dengan menggabungkan tongkat dan koran, kemudian dibakar. Dan di games ini kelompok 3 berhasil menyelesaikan permainan kurang dari 5 menit, sehingga mereka mendapatkan poin tambahan. Games ketiga yang dimainkan adalah moving ball. Karena keberhasilan di games kedua, dan mendapatkan poin tambahan, semangat teman-teman dalam menyusun strategi yang baik mulai meningkat. Di games ini ada keteledoran dari kelompok, yang mana mengakibatkan ada 1 alat bantu yang telah dipilih tertinggal di games kedua, yaitu sendok makan. Setelah alat bantu yang tertinggal diambil, teman-teman kelompok 3 mulai menjalankan strategi yang telah disusun dan didiskusikan dimana mereka menggabungkan tongkat dan sendok makan. Di permainan ini pun, kelompok 3 berhasil dengan baik, mereka pun juga mendapatkan poin tambahan karena berhasil kurang dari 3 menit, meskipun ketika memindahkan bola mereka sempat terkejut karena ada 1 bola yang nilainya tinggi ternyata menempel di mangkoknya. Permainan terakhir adalah save the water. Di permainan ini banyak terjadi diskusi yang sulit dalam menentukan strategi apa yang akan digunakan, sehingga di permainan ini memakan waktu yang sedikit lama dibandingkan dari permainan- permainan sebelumnya. Pada awalnya salah satu teman akan melompati zona bahaya untuk mencapai zona aman, tetapi karena untuk keselamatan, maka fasilitator mengintervensi strategi tersebut. Hingga akhirnya mereka mencari strategi lain yang lebih aman, yaitu dengan mengikat balon yang berisi air pada tongkat dan kemudian melubangi balon tersebut. Namun, mereka gagal dalam 2 kali kesempatan yang diberikan, karena balon mereka pecah sebelum mencapai gelas. Pada sesi WCS ini, kelompok 3 mendapatkan skor 215, dan menyelesaikan 2 dari 4 permainan yang ada. Kemudian lanjut ke sesi debrief untuk WCS, hasil pembelajaran yang diceritakan oleh teman-teman peserta adalah: 1. Ananta: harus memiliki strategi yang baik dalam menjalani suatu aktifitas. 2. Edo : harus bisa memprioritaskan mana yang harus dikerjakandiselesaikan terlebih dahulu. 3. David : harus membuat rencana dan memprediksikan hasilnya. 4. Amell : ketika kita sudah menjadwalkan sesuatu, jangan lupakan bahwa kita juga harus memikirkan rencana lain ketika jadwal kita melenceng. Hasil dari pembelajaran selama 2 hari tersebut, kemudian teman-teman mencoba mengimplementasikan dalam kehidupan yang sesungguhnya, hasil implementasi itu sendiri adalah:

1. Ananta : ketika kita sudah menentukan pilihan, jadikanlah itu sebagai