4. Amel : berusaha semaksimal mungkin dari diri sendiri agar dapat mengatasi
gangguan lingkungan. Sesi ini dilakukan dari pukul 06.15 – 07.00 yang dilanjutkan dengan kegiatan rutin
pagi sampai pukul 08.00. Initiative Problem Solving Games :
Zeni Bridge
Sesi ini memiliki tujuan untuk dapat memunculkan insight peserta mengenai pentingnya menetapkan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dan
pentingnya mengenai pembuatan strategi untuk mencapai tujuan.
ZENI BRIDGE Pada aktivitas ini, peserta diminta untuk menyeberang dari garis start ke garis finish
dengan aturan anggota badan tidak boleh menyentuh tanah. Disediakan 3 alat bantu untuk menyeberang, yaitu ban, papan kayu, dan webbing. Aturan dalam aktivitas ini
adalah seluruh anggota harus menyeberang dari garis start ke garis finish, dengan aturan hanya ban yang boleh menyentuh tanah, hanya kayu yang yang boleh menjadi
tempat berpijak. Peserta diberikan waktu untuk berdiskusi dan merangkai alat bantu yang diberikan
untuk mempermudah perpindahan anggota kelompok. Dalam diskusi kelompok memiliki 3 buah rencana, yaitu: kedua papan diikatkan pada ban sehingga pergerakan
dari kelompok akan memindahkan kayu dan ban secara bersamaan; ban akan digunakan untuk membuat lintasan kayu dan kayu akan dipergunakan sebagai alas
melangkah dengan sistem seperti bakiak; dan rencana terakhir kelompok akan membuat jembatan kayu dengan menggunakan ban sebagai penambat atau tumpuan
dari kayu. Pada aktivitas ini, fasilitator memberhentikan aktivitas dan meminta kelompok untuk
mengulangi kembali dari awal karena alasan safety. Karena kehabisan waktu kelompok tidak berhasil menyeberangkan seluruh anggota tim, hanya ada Amel yang
bisa sampai finish, Bayu dan Sakti sedang dalam perjalanan kembali ke garis start untuk menjemput Leo, Eni, dan Esthy.
Setelah selesai, kami melakukan review dan de brief mengenai aktivitas kami, adapun hasil sharing sebagai berikut :
1. Leo
: tujuan kita sudah jelas, namun strategi yang dipilih menjadi kurang pas karena tidak mempertimbangkan jumlah orang yang bisa ditampung oleh instalasi
yang dibuat.
2. Amel : strategi setengah matang karena diskusi penetapan tujuan dan langkah
dalam mencapai tujuan tidak tersampaikan dengan baik dalam kelompok.
3. Bayu : perubahan strategi di tengah aktivitas membuat bingung dalam menentukan
langkah selanjutnya.
4. Sakti : memiliki banyak rencana namun masih belum bisa menentukan prioritas
pada setiap rencana, sehingga di tengah jalan ada banyak perubahan rencana yang membuat eksekutor menjadi bingung, ditambah dengan tidak tau resiko yang bisa
saja terjadi sehingga fasilitator harus memotong usaha kelompok yang sedang dilakukan.
Worst Case Scenario: Kick Out The Ball
Keep The Fire On Save The Water
Moving Ball
Sesi ini memiliki tujuan untuk memunculkan insight peserta mengenai time management dengan mengimplementasikan setiap pembelajaran yang didapatkan
oleh peserta selama pelatihan dan mengaplikasikan komitmen yang telah dibuat. Aktivitas WCS diawali dengan briefing yang dilakukan oleh Andhika dengan
mengirim perwakilan kelompok. Pada kelompok kami, Esthy dan Leo menawarkan diri untuk dapat menjadi perwakilan kelompok. Esthy dan Leo mendapatkan briefing
dan menjelaskan kembali kepada anggota kelompok kami. Hal yang menarik dalam kelompok kami adalah briefing dari Leo dan Esthy yang
tidak satu suara dan menyampaikan briefing dengan tergesa-gesa membuat kelompok kehilangan fokus dan langung membagi peran, sehingga kelompok kami tidak
membaca dengan cermat lembar manual WCS yang diberikan. Kelompok kami memilih peniti, tongkat, sendok, kertas koran, lakban, dan benang. Namun pada saat
pengambilan alat, Esthy merubah pengambilan alat. Esthy mengganti lakban dengan penggaris.
Kelompok tidak memiliki tujuan yang jelas akan memilih jadwal aktivitas tetapi cenderung menunggu, hingga Sakti mengarahkan kelompok untuk mengisi aktivitas
yang kosong terlebih dahulu. Aktivitas pertama kami adalah Keep the Fire On. Pada aktivitas ini kami tidak dapat melakukan hal apapun karena tidak membaca lembar
manual WCS dengan baik sehingga kami tidak memiliki korek api untuk menyalakan lilin. Kelompok sempat menjadi sangat putus asa, lalu mengusulkan untuk berpindah
namun Sakti mengajak kelompok untuk berdiskusi, dengan mengingatkan kembali mengenai formulasi “STOP DO” dan mereka membaca ulang lembar manual WCS.
Aktivitas kami yang kedua adalah Moving Ball, pada aktivitas ini kami berhasil memindahkan bola orange, tetapi gagal memindahkan bola putih karena masalah
waktu. Aktivitas ketiga kami yang kami lakukan adalah Kick Out the Ball. Pada aktivitas ini kelompok tidak tidak dapat menyelesaikan tugas karena kelompok tidak
memiliki strategi yang dilakukan kelompok hanyalah trial and eror. Aktivitas terakhir dalam WCS, kami melakukan aktivitas Save the Water. Pada aktivitas ini kelompok
berhasil mengisi ¾ gelas, namun karena balon kedua kelompok sobek karena tergesa- gesa mengikat, maka pada aktivitas ini pun kami masih belum berhasil
menyelesaikan tugas. Pada saat selesai aktivitas, kelompok kami berpindah ke ruang makan untuk review
dan debrief. Hal yang sangat menarik pada saat debrief adalah setiap orang memiliki rasa bersalah atas ketidak berhasilan kelompok menyelesaikan rangkaian kegiatan
WCS. Dalam aktivitas WCS merupakan implementasi dari seluruh rangkaian kegiatan
pelatihan, maka kelompok melakukan review dan debrief WCS yang dilanjutkan dengan review rangkaian kegiatan pelatihan, diantaranya :
1. Leo : pada awalnya merasa bersalah karena tidak menyampaikan informasi dengan