Ada peningkatan kemampuan pada kelompok eksperimen sesudah mengikuti pelatihan manajemen waktu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pelatihan manajemen waktu ini efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu bagi mahasiswa.
E. Pembahasan
Berdasarkan analisis uji hipotesis diperoleh hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pelatihan manajemen waktu terhadap
kemampuan manajemen waktu mahasiswa. Adanya peningkatan kemampuan dalam hal manajemen waktu menandakan bahwa training
efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu pada mahasiswa awal yang notabene sedang berada pada masa transisi dari
SMA ke perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Orphen 1994 mengungkapkan bahwa pelatihan manajemen waktu efektif meningkatkan
kemampuan subjek dalam hal mengatur waktu. Eerde 2003 juga mengungkapkan hal yang sama bahwa pelatihan manajemen waktu sangat
efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu dan juga membantu individu mengurangi kebiasaan mereka menunda-nunda
pekerjaan atau prokrastinasi sehingga pekerjaan mereka selesai tepat waktu. Macan 1994 mengemukakan bahwa dengan pelatihan manajemen
waktu, seseorang dapat mengorganisasikan waktu dengan baik untuk mencapai tujuan dan prioritas serta selalu menata area kerjanya dengan
rapi dan membuat planning atau jadwal kegiatan untuk mendukung
tercapainya tujuan individu. Kirby 1997 juga mengungkapkan hal yang sama dengan beberapa tokoh diatas, yakni bahwa pelatihan manajemen
waktu sangat efektif bagi mahasiswa yang sedang berada dalam masa peralihan dari sekolah menuju dunia perkuliahan. Hal ini bertujuan agar
para mahasiswa baru lebih tertata dalam hal manajemen waktu. Kolb 1984 mengemukakan bahwa metode pembelajaran eksperensial adalah
salah satu metode yang representatif. Pembelajaran eksperensial merupakan metode yang sering digunakan dalam proses pelatihan dan
banyak menstimulasi individu untuk sungguh-sungguh mengikuti pelatihan dan terlibat aktif. Dalam pelatihan manajemen waktu ini terlihat
masing-masing peserta cukup aktif dalam setiap aktivitas. Noyé dan Pivetan dalam Fragoulis, 2008 mengemukakan bahwa ketika peserta
pelatihan terlibat aktif dalam pelatihan menandakan bahwa pengetahuan dan kemampuan mereka bertambah dan itu akan mendukung mereka
dalam mengaplikasikan hal-hal yang didapat dari pelatihan dalam kehidupan mereka. Tracey dan Tews 1995 juga mengungkapkan bahwa
sikap dan motivasi para peserta pelatihan dapat terlihat dari keaktifan para peserta pelatihan manajemen waktu ketika mengikuti pelatihan, misalnya
saat sharing di kelompok kecil maupun besar, mengemukakan pendapat di kelompok besar dan aktif bertanya pada fasilitator. Mereka pun bersikap
kooperatif pada saat pelatihan manajemen waktu diadakan. Pelatihan manajemen waktu yang dilakukan bagi mahasiswa awal
angkatan 2012, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
menggunakan metode pembelajaran eksperensial experiential learning. Metode ini merupakan metode dimana subjek menjadi agen atau pusat
pembelajaran, subjek juga mengalami sendiri suatu pengalaman, merefleksikan pengalaman tersebut, kemudian mempelajarinya dan
menerapkan dalam kehidupan. Dengan metode pembelajaran eksperensial
ini, individu secara langsung dapat merasakan dan akhirnya bisa
mengaplikasikan dalam kegiatan mereka sehari-hari. Fragoulis dan Phillips
2008 mengemukakan bahwa metode pembelajaran eksperensial sangat cocok digunakan bagi subjek pelatihan yang masih berada pada usia
remaja yakni mahasiswa. Hal ini disebabkan karena fisik mereka sangat mendukung untuk melakukan banyak aktivitas dalam pelatihan, dari segi
kognitif mereka pun sudah sangat berkembang dan kreatif. Peserta pelatihan juga mampu mengeksplorasi diri mereka sehingga metode
pembelajaran eksperensial efektif bagi para peserta pelatihan manajemen waktu yang merupakan mahasiswa awal.
Setelah pelatihan ini selesai, diukur beberapa aspek dalam pelatihan. Pengukuran tersebut mencakup aspek materi dan metode,
fasilitator, sarana prasarana dan pelatihan secara keseluruhan. Dari hasil perhitungan, didapatkan kesimpulan bahwa peserta memiliki penilaian
yang sangat positif pada pelatihan manajemen waktu ini. Selain itu, aspek fasilitator memiliki nilai yang paling tinggi diantara dua aspek lainnya.
Sesuai dengan hasil yang di dapat dari respon peserta, fasilitator memiliki kemampuan dalam performa. Fecteau dalam Chiaburu dan Tekleab,
2005; Afsar, et al 2010; Soemarman 2010; Kirkpatrick 2009 dan King 1964 mengemukakan bahwa seorang trainer merupakan hal
penting yang menentukan efektivitas pelatihan. Afsar, et al 2010 mengatakan bahwa trainer yang mampu berkomunikasi yang baik dengan
peserta, memiliki attitude yang baik, percaya diri, menjadi salah satu faktor yang mendukung peserta dapat memahami isi training yang
diberikan. Fecteau, et al dalam Chiaburu 2005 mengatakan bahwa trainer sangat berpengaruh karena mereka menjadi model atau contoh bagi
peserta sehingga peserta tentu akan mengaplikasikan apa yang diberikan oleh trainer terutama jika trainer memiliki sikap yang bisa menjadi
panutan bagi mereka. Hal ini akan memunculkan motivasi bagi masing-
masing peserta.
Dari analisis data didapatkan kesimpulan bahwa kemampuan manajemen waktu pada kedua kelompok yakni kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen sudah baik. Hal ini disebabkan karena subjek penelitian sudah pernah mengikuti sebuah pelatihan yaitu PPKM
Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa. Akan tetapi, dari hasil
survei yang dilakukan kepada 40 mahasiswa psikologi angkatan 2011 dan angkatan 2012, PPKM dinilai sebagai rutinitas tahunan yang wajib diikuti
oleh mahasiswa awal. Selain itu, dengan banyaknya materi yang ada pada PPKM dan waktu yang terbatas membat subjek terkesan hanya mengikuti
sebuah prasyarat dari universitas. Dengan hasil tersebut, peneliti muncul untuk memberikan sebuah pemikiran dasar yaitu membuat sebuah
pelatihan dengan metode experential learning, sesuai dengan kebutuhan mahasiswa awal yakni manajemen waktu.
Pada akhir pelatihan, peserta juga diminta untuk mengisi Personal Action Plan PAP. PAP ini terdiri dari empat aitem pertanyaan terbuka,
yakni mengenai aktivitas paling mengesankan dalam training, hal yang dapat dipelajari dari training ini, target setelah mengikuti training dan
saran bagi training ini. Dari PAP pada aitem pertama, didapatkan bahwa sepuluh orang memilih games worst case scenario sebagai kegiatan yang
paling menarik. Dalam games ini, peserta diminta untuk melakukan berbagai aktivitas, misalnya mengambil bola dari dalam lingkaran dan lain
sebagainya untuk mengumpulkan poin dalam jangka waktu tertentu. kemudian lima peserta menyukai aktivitas memasak. Lima orang lagi
menyukai kegiatan sharing dalam kelompok, tiga orang menyukai kegiatan menonton film “Kiwi” dan dua orang menganggap bahwa semua aktivitas
dalam pelatihan sangat mengesankan. Pada aitem kedua, yang paling banyak peserta dapatkan dari
training ini yaitu sebelas orang menjawab bahwa perencanaan matang sangat diperlukan sebelum melakukan kegiatan, kemudian lima peserta
juga belajar bahwa ketika bertindak harus berdasarkan prioritas utama. Lalu, lima peserta juga belajar berjuang untuk mencapai tujuan, dan
mempelajari cara mengatur waktu atau memiliki estimasi waktu lebih baik. Empat peserta juga mempelajari bahwa area kerja yang bersih lebih dapat
mendukung dalam melakukan serta menyelesaikan tugas dengan baik.
Target yang diinginkan mereka setelah pelatihan yaitu tiga belas peserta menjawab ingin dapat mengatur waktu dengan baik agar dapat
mencapai tujuan, empat peserta juga menjawab bahwa mereka ingin merealisasikan hal-hal yang didapatkan dari training. Sebanyak tiga orang
menjawab target yang mereka inginkan yaitu dapat membuat prioritas serta lebih menghargai waktu dan lebih disiplin lagi. Tiga orang juga
mengatakan bahwa dari pelatihan ini mereka lebih menghargai waktu dan dua orang lagi ingin lebih disiplin dalam hal waktu.
Selain itu, saran paling banyak dari peserta yaitu sebanyak delapan peserta menyarankan agar pelatihan diperlama lagi. Lima orang juga
menyarankan agar games dalam pelatihan diperbanyak. Selain itu, lima peserta juga memberikan saran agar masih ada orang-orang yang terus
peduli dengan mahasiswa baru yang notabene sedang mencari jati diri dengan cara membuat pelatihan yang serupa dengan pelatihan manajemen
waktu ini. Empat peserta menyarankan agar peserta lebih banyak lagi dan tiga orang mengatakan agar fasilitas lebih baik lagi.
Dari hasil di atas disimpulkan bahwa banyak peserta yang merasakan bahwa waktu pelatihan kurang lama hal ini disebabkan karena
pelatihan ini terpaksa dimulai pada sore hari karena hampir setengah dari peserta mengikuti weekend moral dan acara tersebut baru selesai pada
pukul 13.30 WIB sehingga waktu pelatihan diundur dari rencana semula yang direncanakan mulai pukul 08.00 WIB
71
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data penelitian dan pembahasan dari data
penelitian, diperoleh skor signifikansi sebesar 0.000 syarat p 0.01.
Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dalam hal kemampuan
manajemen waktu. Selain itu, pelatihan manajemen waktu efektif karena peserta pelatihan memberikan penilaian yang sangat positif terhadap
pelatihan ini. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pelatihan manajemen waktu pada kemampuan manajemen waktu bagi
mahasiswa.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini yaitu tidak memakai metode random assignment dalam pemilihan subjek. Keterbatasan lain yaitu waktu
pelaksanaan pelatihan yang pendek, dilakukan hanya satu hari.