Persiapan Hidup Berkeluarga LANDASAN TEORI

C. Peranan Faktor Psikologis dalam Hidup Berkeluarga

Dalam hidup berkeluargaperkawinan faktor psikologis adalah salah satu hal yang penting. Relasi suami istri memberi landasan dan menentukan warna begi keseluruhan relasi di dalam keluarga. Banyak keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam relasi suami istri. Kunci dari kelanggengan perkawianan adalah dalam keberhasilan melakukan penyesuaian di antara pasangan. Penyesuaian ini bersifat dinamis dan memerlukan sikap dan cara berpikir yang luwes Lestari, 2012:9. Dalam hal ini, komunikasi yang baik ikut berperan untuk membangun harmonis. Menjalin komunikasi yang baik dalam berkeluarga meliputi:

1. Kematangan Emosi

Orang yang matang secara emosi mempunyai persepsi obyektif dan mampu memberi respon positif. Menurut Walgito 1984 mengenai peranan psikologis dalam perkawinan ada beberapa, diantaranya menjelaskan kematangan emosi. Kematangan emosi meliputi, yaitu persepsi obyektif dan respon positif. Orang yang matang emosinya biasanya mampu mengelola emosi, sehingga dalam keadaan emosi yang seperti apapun, baik emosi positif seperti senang, bahagia, rindu, maupun negatif seperti marah, kecewa, ia tetap dapat menempatkan diri. Orang yang dapat menempatkan diri biasanya memiliki persepsi yang obyektif, sehingga dapat mengambil kebutusan dengan tepat. Dalam hidup berkeluarga tentu kematangan emosi juga sangat penting untuk mecapai keluarga yang harmonis. Emosi yang matang didalamnya ada persepsi obyektif artinya melihat lebih dalam sebab dan akibat sebuah kejadian, keadaan yang terjadi dalam diri atau pasangan. Dengan lebih melihat kejadian, keadaan secara obyektif orang dapat memberi respon secara positif. Respon positif berarti dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik tanpa meledak-ledak sehingga berdampak pada diri sendiri maupun orang lain. Jadi persepsi obyektif dan respon positif saling mempengaruhi. Orang yang memiliki persepsi obyektif maka seharusnya juga dapat memberi respon positif begitu juga sebaliknya, orang yang mampu merespon positif biasanya juga mempunyai persepsi obyektif. Sebelum hidup berkeluarga calon suamiistri akan jauh lebih baik jika mempersiapkan dirinya terlebih dahulu, salah satunya dengan mengelola emosi agar emosinya benar-benar matang. Dengan emosi yang matang maka orang akan disiapkan pula untuk mampu menghadapi kemungkinan-kemungkinnya yang tidak terduga dalam hidup berkeluarga. Dalam hubungan tentu tidak akan selalu baik seperti apa yang diinginkan. Maka calon suamiistri perlu belajar dalam mmengelola emosi dengan membentuk persepsi secara obyektif dan memberikan respon positif sehingga mampu menghadapi setiap tantangan dalam hidup berkeluarga. Jadi di dalam emosi yang matang terdapat persepsi yang obyektif dan respon yang positif.

2. Menerima Pasangan

Selain kematangan emosi, menerima pasangan juga salah satu hal yang sangat penting untuk membina hidup berkeluarga. Orang yang menerima pasangan karena mengenal dapat mengerti tentang pasangan. Untuk itu sebelum hidup berkeluarga calon suamiistri perlu mengenal pasangan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya mengenal pasangan, yakni perbedaan-perbedaan yang dimiliki masing-masing Gunarsa, 2002:5. Mengenal pasangan tidak hanya sekedar tahu siapa namanya, tetapi mengenal pasangan berarti tahu bahwa pasangan dari keluarga yang seperti apa, memahami pola asuh kedua orangtuanya, mengetahui lingkungan sekitarnya dan lain sebagainya. Mengetahui banyak tentang pasangan, membuat calon suamiistri dapat lebih mengerti, sehingga calon suamiistri tidaklah merasa kaget, heran dengan sifat pasangannya. Dengan mengenal calon suamiistri dapat saling memberikan pengertian pula. Dengan adanya saling pengertian ini masing-masing pihak saling mengerti akan kebutuhan-kebutuhannya, saling mengerti akan kedudukan dan perannya masing-masing, sehingga dengan demikian diharapkan keadaan keluarga dapat berlangsung dengan tenteram dan aman