4. Menjaga Komitmen
Tidak cukup dengan memelihara saja, dalam hidup berkeluarga juga perlu menjaga komitmen. Perlu disadari dalam hidup berkeluarga
tentu sedikit atau banyak akan mempengaruhi sikap seseorang. Perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap relasi dalam
berhubungan. Relasi-relasi pasangan tidak statis, tetapi tak terelakan berubah sebagai konsekuensi dari tahap perkembangan relasi
Geldard, 2009:358. Jadi dengan berjalannya waktu, perubahan dari sikap seseorang itu pasti ada. Sehingga jika terjadi perubahan sikap
pada pasangan atau diri sendiri adalah hal yang wajar. Orang perlu menyadari perubahan yang terjadi pada dirinya juga berdampak pada
pasangan. Perubahan sikap yang terjadi pada seseorang dipengaruhi antara
lain karena kesibukan, lingkungan sekitar, perkembangan diri, cita- cita atau keinginan diri dan masih banyak lagi. Saat pasangan terlihat
berbeda atau berubah sikap, sering kali orang menuntut pasangan untuk seperti dulu atau yang diinginkan. Tetapi, jika itu berbalik maka
orang pun akan marah pada pasangan karena merasa dituntut. Perubahan yang terjadi pada pasangan sering kali tidak dipahami dan
perubahan diri sendiri sering kali tidak disadari, sehingga orang dikuasai oleh ego dan melupakan komitmen awal dalam menjalani
hubungan.
Penting bagi calon suamiistri menyadari perubahan yang terjadi pada diri sendiri atau pasangan, dan berusaha untuk dapat
menyikapinya dengan baik atas perubahan-perubahan tersebut. Menurut
Goldenberg Keggua
pasangan harus
menunjukan kemampuan untuk mengubah aturan-aturan untuk berelasi satu sama
lain saat relasi mereka berkembang, sambil memepertahankan beberapa atauran agar dapat mempertahankan suatu tingkat stabilitas
dalam relasi mereka Geldard, 2011:359. Setiap perubahan yang mempengaruhi relasi dalam hubungan, dapat disikapi dengan baik
apabila memahami dan mengingat kembali komitmen yang sudah disepati bersama.
Menjaga komitmen dalam hidup berkeluarga perlu kemandirian dan tanggung jawab. Kemandirian berarti dapat menghadapi segala
tantangan hidup dengan sebisa dan sebaik mungkin tanpa ketergantungan dengan orang lain, apalagi lari dari masalah. Dapat
menghadapi tantangan hidup yang dimaksut adalah tahu akan batasan- batasan dalam bergaul, tidak tergantung pada orang lain, dapat
menjaga nama baik pasangan dan mampu menyelesaikan masalah bersama pasangan dengan penuh bijaksana dan tanggung jawab.
Apabila kita memiliki masalah alangkah baik jika kita membicarakan bersama untuk mendapatkan solusinya, hal tersebut membuat individu
merasa dihargai daripada marah atau pertengkaran Indra. S, 1980:38.
Dalam hidup berkeluarga tentu perlu sikap kemandirian yang diimbangi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab berarti berani
menanggung segala kosekuensi yang telah dipilih atau diputuskan. Maka dalam mengambil keputusan perlu dipikirkan secara matang
agar tidak terjadi penyesalan. Bertanggungjawab pada calon suami istri adalah mampu menjaga diri, menjaga pasangan dan mempunyai
target menikah, memiliki anak dan lain sebagainya. Hal ini perlu dimiliki calon suamiistri agar dapat melihat jauh dalam berhubungan
agar mempunyai gambaran untuk dapat semakin belajar dan mempersiapkan psikologisnya kembali.
Hal-hal tersebut tidaklah bisa dilakukan sendiri, tetapi setiap individu terlebih yang ingin menikahberkeluarga perlu memiliki
kesadaran untuk tergerak dan melakukannya. Dalam kehidupan berkeluarga melibatkan suami dan istri, jadi berhasil dan tidaknya
menjalankan hidup berkeluarga tergantung pada keduanya. Dengan ini calon suamiistri diharapkan semakin belajar sebelum memutuskan untuk
hidup berumah tangga karena hidup berkeluarga adalah perjalanan hidup yang panjang. Perjalanan hidup yang panjang tersebut akan menyenangkan
apabila jalannya dipersiapkan secara matang, tetapi sebaliknya akan terasa menyebalkan, membuat stres atau tekanan batin apabila tidak ada
persiapan.