Dalam hidup berkeluarga tentu perlu sikap kemandirian yang diimbangi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab berarti berani
menanggung segala kosekuensi yang telah dipilih atau diputuskan. Maka dalam mengambil keputusan perlu dipikirkan secara matang
agar tidak terjadi penyesalan. Bertanggungjawab pada calon suami istri adalah mampu menjaga diri, menjaga pasangan dan mempunyai
target menikah, memiliki anak dan lain sebagainya. Hal ini perlu dimiliki calon suamiistri agar dapat melihat jauh dalam berhubungan
agar mempunyai gambaran untuk dapat semakin belajar dan mempersiapkan psikologisnya kembali.
Hal-hal tersebut tidaklah bisa dilakukan sendiri, tetapi setiap individu terlebih yang ingin menikahberkeluarga perlu memiliki
kesadaran untuk tergerak dan melakukannya. Dalam kehidupan berkeluarga melibatkan suami dan istri, jadi berhasil dan tidaknya
menjalankan hidup berkeluarga tergantung pada keduanya. Dengan ini calon suamiistri diharapkan semakin belajar sebelum memutuskan untuk
hidup berumah tangga karena hidup berkeluarga adalah perjalanan hidup yang panjang. Perjalanan hidup yang panjang tersebut akan menyenangkan
apabila jalannya dipersiapkan secara matang, tetapi sebaliknya akan terasa menyebalkan, membuat stres atau tekanan batin apabila tidak ada
persiapan.
D. Topik Bimbingan Persiapan Hidup Berkeluarga
Topik Bimbingan Persiapan Hidup Berkeluarga adalah topik yang
diajukan kepada calon suamiistri yang akan berkeluarga, agar memiliki gambaran lebih luas dan dapat mempersiapkan lebih matang sebelum
mengambil keputusan untuk hidup berkeluarga. Persiapan ini berfokus
pada persiapan psikologis, yang meliputi kematangan emosi, menerima
pasangan, memelihara hubungan dan menjaga komitmen. Calon suamiistri yang mengikuti program Persiapan Hidup Berkeluarga akan
dibimbing dalam mempersiapkan lebih matang untuk hidup berkeluarga.
23
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitia, antara lain jenis penelitian, subyek penelitian, instrumen pengumpulan,
reliabilitas angket, teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan objek sesuai dengan keadaan yang terjadi didalamnya secara nyataapa adanyatidak dibuat-buat
Azwar, 2012. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif karena dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat
kesiapan psikologis calon suamiisteri dengan cara mengambil sampel.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah calon suamiistri yang dipilih secara acak, dijumpaibertempat tinggal di Yogyakarta. Subyek penelitian adalah
individu yang memiliki pasanganpacartunangan, minimal usia hubungan 2 tahun. Subyek penelitian memiliki usia hubungan antara 2 tahun sampai
8 tahun. Subyek penelitian berjumlah 38 orang. Berbandingan subyek penelitian antara laki-laki dan perempuan yaitu 1:3, dan dilihat dari segi
ekonomi termasuk dalam kemampuan menengah keatas.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang disusun sendiri. Pertama-tama kisi-kisi dibuat dengan menentukan aspek
dan indikator kesiapan psikologis calon suamiistri untuk hidup
berkeluarga. Kemudian membuat item pernyataan berdasarkan indikator setiap aspek.
Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan angket: 1. Pengertian Angket Kesiapan Psikologis Calon SuamiIstri
Angket ini memuat pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan tingkat kesiapan psikologis calon suamiistri untuk hidup berkeluarga.
Angket ini bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban sudah disediakan sehingga calon suamiistri tinggal memilih alternatif
jawaban yang sesuai. 2. Skala Pengukuran dan Penentuan Skor
a. Skala pengukuran Angket ini memiliki 4 alternatif jawaban yaitu Sangat
Sesuai SS, Sesuai S, Tidak Sesuai TS, dan Sangat Tidak Sesuai STS. Alternatif jawaban dibuat hanya empat dengan
maksud untuk menghilangkan kelemahan yang ada dalam skala lima tingkat, yaitu alternatif yang di tengah alternative ketiga
mempunyai arti belum dapat memutuskan atau ragu-ragu. Tersedianya
jawaban netral
menimbulkan kecenderungan
responden untuk memilih central tendency effect, terutama bagi responden yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.