d. Neuroticism terdiri dari: 1. Anxiety kecemasan.
2. Self-consciousness kesadaran diri. 3. Depression depresi.
4. Vulnerability mudah tersinggung. 5. Impulsiveness menuruti kata hati.
6. Angry hostility amarah.
e. Openness to new experience terdiri dari: 1. Fantasy khayalan.
2. Aesthetics keindahan. 3. Feelings perasaan.
4. Ideas ide. 5. Actions tindakan.
6. Values nilai-nilai.
C. Komitmen Organisasi
C.1 Definisi Komitmen Organisasi
Steers 1988, berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran
organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan
untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.
Universita Sumatera Utara
Meyer Allen 1990 menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi akan bekerja penuh dedikasi. Karena, karyawan yang
memiliki komitmen tinggi menganggap bahwa hal paling penting yang harus dicapai adalah pencapaian tugas dalam organisasi. Karyawan yang memiliki
komitmen organisasi yang tinggi juga memiliki pandangan yang positif dan akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan organisasi. Hal ini membuat karyawan
memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.
Malthis dan Jackson 2001, mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi
dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi tersebut. Mowday, Steers Porter 1982, menyebutkan bahwa komitmen
organisasi adalah hubungan seseorang dengan organisasi yang memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. 2. Mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya.
3. Mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan organisasinya. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa
tokoh, dapat ditarik kesimpulan bahwa komitmen organisasi merupakan proses pada individu karyawan dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai,
aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Komitmen organisasi ini meliputi hubungan yang aktif antara karyawan dengan organisasi. Karyawan yang memiliki
komitmen organisasi tinggi akan bersedia memberikan sesuatu atas kemauan sendiri agar dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi, bekerja penuh
Universita Sumatera Utara
dedikasi, memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih untuk menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya
bekerja.
C.2 Karakteristik Individu yang memiliki Komitmen Organisasi
Mowday, Steers Porter 1983 mengemukakan bahwa komitmen organisasi lebih dikenal sebagai suatu pendekatan sikap terhadap organisasi.
Komitmen organisasi ini memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku. Sikap mencakup:
a. Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi
pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi
bagian dari organisasi. b. Keterlibatan sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di organisasi
tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan padanya.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Podsakoff McKenzie 1994 menunjukkan bahwa keterlibatan karyawan pada perusahaan
memperlihatkan signifikansi dengan OCB. c. Kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi
terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan
adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.
Universita Sumatera Utara
Sedangkan yang termasuk kehendak untuk bertingkah laku adalah: a. Keinginan tetap berada dalam organisasi. Pada karyawan yang
memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang
telah dipilihnya dalam waktu yang lama. Sehingga orang yang memiliki komitmen yang tinggi, akan memiliki identifikasi terhadap
organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaan, dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi.
b. Kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal ini terlihat melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat
lebih maju. Hal ini dapat digolongkan sebagai usaha-usaha ekstra dari karyawan yang tidak terdeskripsi secara formal dalam organisasi atau
perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam organisasi dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap
organisasi. Selain itu tampil tingkah laku berusaha kearah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama dan
juga adanya kesediaan untuk menampilkan usaha melebihi apa yang diharapkan oleh perusahaan, yang disebut juga sebagai usaha-usaha ekstra ataupun dapat juga
disebut dengan organizational citizenship behaviour OCB.
Universita Sumatera Utara
C.3 Tipe komitmen organisasi
Meyer Allen 1990 membedakan komitmen organisasi atas tiga tipe, yaitu : 1. Affective Commitment, menunjukkan adanya ketertarikan psikologis antara
individu dengan organisasinya. Ini berarti seseorang bertahan di suatu organisasi karena mereka memang menginginkannya. Komitmen ini
meliputi ikatan emosional karyawan, pengenalan, dan keterlibatan dalam organisasi.
2. Continuance Commitment, yaitu komitmen individu yang didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila meninggalkan
organisasi. Seseorang yang memiliki komitmen ini terikat dengan organisasinya dengan alasan ekonomi dan terlalu banyak hal yang harus
dikorbankan seperti waktu, dan usaha yang telah di investasikan, bila meninggalkan organisasi. Ini berarti bahwa mereka bertahan di suatu
organisasi karena mereka membutuhkan organisasi tersebut. Semakin lama karyawan berada pada organisasi, maka ia akan semakin tidak ingin
kehilangan apa yang sudah mereka invesatasikan pada organisasi selama mereka bekerja.
3. Normative Commitment, yaitu keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Sehingga komitmen ini didefinisikan sebagai suatu
bentuk komitmen yang terbentuk karena persepsi individu bahwa sebagai anggota organisasi mereka merasa ada kewajiban untuk tetap memiliki
komitmen terhadap organisasinya. Ini berarti bahwa individu tetap bertahan menjadi anggota organisasi karena ia merasa punya kewajiban.
Universita Sumatera Utara
Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Karyawan yang memiliki
komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda dengan karyawan yang memiliki komitmen yang berdasarkan continuance. Karyawan
yang ingin menjadi anggota akan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi
anggota akan menghindari kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal. Sementara itu, komponen
normatif yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normatif
menimbulkan perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi.
D. Perbedaan Organizational Citizenship Behavior OCB Ditinjau dari