Organizational Citizenship Behavior LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

A. Organizational Citizenship Behavior

A.1 Definisi organizational citizenship behavior Bateman dan Organ merupakan tokoh yang pertama kali menggunakan istilah Organizational Citizenship Behavior OCB, yaitu pada tahun 1983. Adapun definisi dari OCB adalah perilaku bermanfaat yang dilakukan oleh karyawan, secara bebas dari ketentuan atau kewajibannya dengan tujuan untuk membantu orang lain dalam mencapai tujuan organisasi Bateman Organ, 1998; Garg Rastogi, 2006. OCB juga diartikan sebagai minat terhadap organisasi, hal ini ditampilkan tidak hanya melalui pelaksanaan kewajiban mereka saja, tapi juga termasuk upaya untuk membantu rekan kerja, melindungi sumber daya organisasi serta melakukan segala upaya yang telah melampaui standar minimum yang harus dipenuhi seorang karyawan. Ketika seorang karyawan melakukan hal ini, organisasi tidak memberikan imbalan finansial tertentu buat mereka, akan tetapi perilaku ini menjadi rekomendasi bagi perusahaan untuk melaksanakan kenaikan jabatan dan promosi buat karyawan tersebut. Oleh karena itu, OCB tidak dikaitkan langsung dengan reward tertentu seperti pemberian bonus atau semacamnya Organ, Dennis, Philip, M, Podsakoff Scott, 2006. Organizational citizenship behavior OCB juga mengacu pada perilaku- perilaku yang melampui kewajiban-kewajiban normal dari yang seharusnya dikerjakan oleh pegawai. Hal ini mencakup dalam menghindari konflik yang tidak penting, membantu orang lain tanpa bermaksud sombong, melakukan pekerjaan Universita Sumatera Utara yang berat dengan sabar, ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi, dan melakukan kinerja yang melebihi tugas normal dari yang diperintahkan McShane Von Glinow, 2003. Selain itu, organizational citizenship behavior OCB mempunyai pokok pikiran seperti tindakan sukarela yang dapat meningkatkan kesuksesan organisasi. OCB ini sering ditandai dengan spontanitas, sifatnya yang alami, menghasilkan pengaruh yang berguna bagi organisasi, pertolongan yang tanpa pamrih kepada pegawai yang lain dan merupakan suatu pilihan Davis Newstroom, 2002. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa organizational citizenship behavior adalah perilaku yang bersifat sukarela dan dipilih sendiri oleh karyawan dan bukan suatu paksaan atau keharusan yang diwajibkan oleh organisasi, perilaku ini di luar dari deskripsi jabatan yang menjadi kewajiban karyawan dan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi, namun tidak terkait dengan reward secara langsung oleh perusahaan, akan tetapi dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja oleh atasan. A.2 Faktor yang Mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior OCB Ada beberapa faktor yang melandasi seorang karyawan melakukan OCB, diantaranya : a. Kepuasan Kerja Seorang karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaan serta komitmennya kepada organisasi tempatnya bekerja akan cenderung menunjukkan performa kerja yang lebih baik dibandingkan karyawan yang merasa tidak puas terhadap pekerjaan dan organisasinya. Dennis Organ Universita Sumatera Utara sebagai tokoh penting yang mengemukakan OCB, menyatakan bahwa karyawan yang merasa puas akan membalas kenyamanan bekerja yang dirasakannya kepada organisasi yang telah memperlakukan dirinya dengan baik dan memenuhi kebutuhannya selama ini dengan cara melaksanakan tugasnya secara ekstra melebihi standar yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan kesediaan karyawan dalam berbagai bentuk perilaku OCB secara sukarela demi kemajuan perusahaannya George Jones, 1992. b. Keadilan Karyawan harus merasa diperlakukan secara adil oleh organisasi baru ia akan menunjukkan perilaku OCB. Hal ini termasuk juga bahwa karyawan dapat merasakan prosedur kerja dan hasil kerja yang diperolehnya adalah sesuatu yang adil. Sejumlah studi juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara keadilan dengan OCB. Keadilan sangat berpengaruh terhadap karyawan, yaitu mempengaruhi dukungan organisasi yang mereka rasakan dan selanjutnya mendorong mereka untuk membalas dengan OCB, yakni melakukan tugas di luar persyaratan kerja tertentu Luthans, 2006. c. Motivasi Intrinsik OCB muncul sebagai perwujudan dari motivasi intrinsik yang ada dalam diri seseorang, misalnya kepribadian serta minat tertentu. Lebih lanjut, motivasi didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, mulai dari dorongan dalam diri drive dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah Universita Sumatera Utara untuk mencapai tujuan organisasi tujuan kerja. Dengan demikian, motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatankegiatan, yang berlangsung secara sadar Robbins, 2001. d. Gaya Kepemimpinan Dukungan dan gaya kepemimpinan atasan sangat mempengaruhi munculnya OCB pada karyawan, hal ini dapat dipahami melalui proses modeling yang dilakukan oleh atasan yang kemudian menginspirasi para karyawan untuk melakukan juga OCB, sehingga atasan dapat menjadi agen model OCB. Namun hal ini harus didukung juga dengan kualitas interaksi yang baik antara atasan dan bawahannya. Dengan begitu, atasan akan berpandangan positif terhadap bawahan, sebaliknya bawahan pun akan merasa bahwa atasannya memberi dukungan dan motivasi sehingga mereka akan menunjukkan rasa hormat dan berusaha berbuat lebih bagi organisasinya Graham dalam Gibson, 2003. e. Iklim dan Budaya Organisasi Iklim dan budaya organisasi dapat menjadi penyebab kuat atas berkembangnya OCB dalam suatu organisasi. Di dalam iklim organisasi yang positif, karyawan merasa lebih ingin melakukan pekerjaanya melebihi apa yang telah diisyaratkan dalam uraian pekerjaaan, dan akan selalu mendukung tujuan organisasi jika me reka diperlakukan oleh para atasan dengan sportif Universita Sumatera Utara dan dengan penuh kesadaran serta percaya bahwa mereka diperlakukan secara adil oleh organisasinya Novliadi, 2007. f. Jenis Kelamin Studi terbaru menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap kinerja OCB. Perilaku kerja seperti menolong orang lain, bersahabat dan bekerja sama lebih menonjol dilakukan oleh wanita daripada pria. Oleh karena itu, perilaku OCB lebih menonjol dilakukan oleh wanita dibanding pria karena mereka merasa bahwa OCB merupakan bagian dari kewajiban pekerjaan dan bukanlah suatu tugas ekstranya Lovell dalam Luthans, 2006. g. Masa Kerja Karyawan yang telah lama bekerja di suatu organisasi akan memiliki keterikatan yang lebih mendalam, baik dengan organisasi maupun dengan rekan kerjanya sehingga individu memiliki orientasi kolektif dalam bekerja. Dengan kata lain, mereka akan lebih mengutamakan kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadinya sehingga mereka lebih cenderung bersedia menolong rekan kerjanya dan berbuat lebih terhadap pencapaian organisasi Konovsky Organ, 1995. Selain faktor-faktor yang disebut diatas masih ada faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi OCB seperti yang dikemukakan oleh Podsakoff, MacKenzie, Moorman 2006 yaitu: Universita Sumatera Utara a. Karakteristik individual para pegawai Penelitian menunjukkan jenis kelamin mempengaruhi OCB yaitu bahwa perempuan lebih perhatian dan terkait dengan perilaku menolong orang lain dibanding pria. Konovsky Organ 1995 mengatakan bahwa faktor bawaan arau karakteristik psikologis individu seperti kepribadian, kebutuhan psikologis, dan sikap merupakan prediktor OCB. Diketahui bahwa karyawan yang sadar, optimis, ekstrovert, empatik, dan berorientasi pada tim lebih cenderung menunjukkan perilaku OCB. b. Karakteristik tugaspekerjaan Podsakoff, Mackenzie Bommer 2006 melakukan studi-studi yang berfokus pada karakteristik tugaspekerjaan membedakan berdasarkan lima area, yaitu : 1 Task feedback, 2 Task rutinization, 3 Intinsically satisfying task, 4 Task interdependence, dan 5 Employee involvement. Hasil dari penelitianpenelitian tersebut ditemukan bahwa employee involvement memperlihatkan signifikansi dengan OCB, dimana ketika karyawan mendapatkan tugas yang menarik yang mampu membuat karyawan terserap dalam pekerjaannya, maka karyawan akan cenderung untuk melakukan tugas ekstra. Sedangkan task rutinization menjadi satu-satunya variabel yang memiliki hubungan yang negatif dengan OCB. Kemudian ditemukan juga bahwa task interdependence tidak langsung berhubungan dengan OCB, melainkan melalui variabel lain seperti perasaan tanggung jawab terhadap rekan kerja dan suatu pekerjaan. Universita Sumatera Utara c. Karakteristik organisasi Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa organization formalization, organization flexibility, dan advisorystaff support tidak menunjukkan signifikansi yang konsisten terhadap OCB. d. Karakteristik kepemimpinan Secara keseluruhan, perilaku kepemimpinan memiliki hubungan yang signifikan dengan OCB. Transformational leadership, leader-member exchange, super leadership, traditional path goal leadership dan substitutes for leadership memiliki hubungan dengan OCB. Namun super leadership tidak memiliki hubungan dalam menampilkan OCB dalam organisasi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa karyawan bersedia melakukan pekerjaantugas tambahan jika mereka bekerja pada manager atasan yang inspirational dan suportif. A.3 Aspek – Aspek Organizational Citizenship Behavior Organ dkk 2006 mengemukakan bahwa aspek-aspek organizational citizenship behavior adalah sebagai berikut: a. Altruism Altruism merupakan perilaku karyawan dalam menolong rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi baik mengenai tugas dalam organisasi maupun masalah pribadi orang lain. Aspek ini mengarah kepada memberi pertolongan yang bukan merupakan kewajiban yang ditanggungnya. Universita Sumatera Utara b. Conscientiousness Conscientiousness merupakan perilaku yang ditunjukkan dengan berusaha melebihi yang diharapkan perusahaan. Perilaku sukarela yang bukan merupakan kewajiban atau tugas karyawan. Aspek ini menjangkau jauh diatas dan jauh ke depan dari panggilan tugas seorang karyawan. c. Sportmanship Sportmanship merupakan perilaku yang memberikan toleransi terhadap keadaan yang kurang ideal dalam organisasi tanpa mengajukan keberatan- keberatan. Seseorang yang mempunyai sportmanship yang tinggi maka akan meningkatkan iklim yang positif diantara karyawan, karyawan akan lebih sopan dan bekerja sama dengan yang lain sehingga akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan. d. Courtesy Courtesy adalah menjaga hubungan baik dengan rekan kerja agar terhindar dari masalah-masalah interpersonal. Seseorang yang memiliki aspek ini adalah orang yang menghargai dan memperhatikan orang lain, yaitu membantu teman kerja, mencegah timbulnya masalah sehubungan dengan pekerjannya dengan cara memberi konsultasi dan informasi serta menghargai kebutuhan mereka. e. Civic Virtue Civic Virtue merupakan perilaku yang mengindikasikan tanggung jawab pada kehidupan organisasi mengikuti perubahan dalam organisasi, mengambil Universita Sumatera Utara inisiatif untuk merekomendasikan bagaimana operasi atau prosedur-prosedur organisasi dapat diperbaiki, dan melindungi sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi. Aspek ini mengarah pada tanggung jawab yang diberikan organisasi kepada seorang untuk meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang ditekuni. A.4 Manfaat Organizational Citizenship Behavior OCB terhadap Organisasi Melalui sejumlah riset, OCB diyakini dan terbukti dapat memberikan manfaat yang besar terhadap organisasi, diantaranya adalah berikut ini, yaitu Organ dkk, 2006 : 1. OCB dapat meningkatkan produktivitas rekan kerja 2. OCB juga mampu meningkatkan produktivitas manajer 3. OCB dapat menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan organisasi secara keseluruhan 4. OCB menjadi sarana yang efektif untuk mengkordinasi kegiatan tim kerja secara efektif 5. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk merekrut dan mempertahankan karyawan dengan kualitas performa yang baik 6. OCB dapat mempertahankan stabilitas kinerja organisasi 7. OCB membantu kemampuan organisasi untuk bertahan dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Universita Sumatera Utara

B. Big Five Personality