1. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis KLT merupakan kromatografi planar yang berguna untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Fase diamnya
disiapkan dengan melapiskan penjerap ke permukaan lapisan kaca, gelas, atau aluminium. Fase diam untuk KLT biasanya merupakan serbuk yang
halus dengan ukuran partikel 10 – 50 μm. Silika, alumina, dan selulosa
merupakan fase diam yang paling banyak digunakan. Sampel di totolkan pada
lempeng KLT
menggunakan mikropipet
dan dikembangkandielusikan dengan menempatkan bagian bawah plat KLT
dalam pelarut yang cocok. Pelarut akan membasahi plat dengan gaya kapilaritas dan sampel yang ditotolkan pada plat akan bergerak naik
dengan kecepatan yang berbeda-beda, bergantung solubilitasnya, dan derajat retensi pada fase diam. Hasil totolan yang telah dielusi harus
ditandai dan dapat juga disemprot dengan reagen tertentu agar berwarna. Pada umumnya, totolan akan bergerak mengikuti fase gerak dengan
kecepatan yang berbeda dan dapat ditandai dengan nilai Retardation factor Rf.
Rf= Christian, 2004.
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu pelarut, suhu, ukuran bejana, dan sifat dari campuran Sastrohamidjojo, 2007.
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis
menggunakan peralatan yang sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat.
Fase gerak dalam KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar.
Sistem yang paling sederhana ialah campuran dua pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa
sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal Gandjar dan Rohman, 2007.
2. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang didasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu
senyawa. Dimana proses ini sangat tergantung pada eluen yang digunakan jika eluen yang digunakan sudah baik sehingga akan terjadi pemisahan
senyawa pada kandungan ekstrak yang sempurna. Dengan menggunakan 3 larutan yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda akan melarutkan
beberapa kandungan senyawa yang berbeda yang terkandung pada ekstrak.
Gambar 3. Kromatografi Kolom Khopkar, 2003
Dengan menggunakan kolom kromatografi ekstrak yang akan
diujikan untuk pemisahan senyawa dimasukkan kedalam kolom yang berisikan silica gel F 254 yang sudah homogen kemudian secara bertahap
dengan menggunakan eluen yang berbeda akan mengalirkan senyawa yang terkandung pada ekstrak sehingga akan didapatkan setiap fraksi
Gambar3 Khopkar, 2003. Prinsip utama dengan adanya perubahan gradien pada fase gerak
adalah untuk meningkatkan kekuatan elusi dari fase gerak, sehingga salah satu senyawa dari analit akan bercampur dengan fase gerak yang sesuai.
Metode step – gradient chromatography adalah suatu metode
kromatografi dengan perubahan secara langsung antara fase gerak satu dengan fase gerak lainnya yang memiliki kekuatan elusi yang lebih kuat
dibandingkan dengan fase gerak sebelumnya Wu, Liang, dan Berthod, 2012. Kelebihan menggunakan gradien fase gerak, yaitu: mengurangi
waktu pemisahan, meminimalisir penggunaan pelarut, meningkatkan pemisahan analit, dan memungkinkan sampel yang terelusi memiliki
kemurnian yang tinggi Stevens dan Hill, 2009.
H. LANDASAN TEORI