Tabel II. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal DPPH ekstrak rimpang temugiring
Fase gerak Rf
Hasil n-heksan : etil asetat
2:3 vv 0,42
Putih + Kloroform : metanol
9:1 vv 0,52
Putih ++ Kloroform : metanol
95:5 vv 0,36
Kuning + 0,62
Putih ++
Keterangan ketebalan bercak : +
= tipis ++
= sedang +++
= tebal
Prinsip dari kromatografi lapis tipis sendiri adalah analit bermigrasi ke atas melewati suatu lapisan pada fase diam dibawah pengaruh dari suatu fase gerak
yang mana fase gerak tersebut bergerak diatas fase diam berdasarkan kapilaritas. Fase gerak yang dipilih menggunakan sistem yang sederhana yaitu campuran
antara 2 pelarut organik karena daya elusi kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Metode ini
digunakan karena pemisahannya lebih cepat, tidak perlu instrument yang rumit, hasil dapat langsung dilihat, tidak perlu preparasi sampel karena pelat KLT hanya
sekali pakai. Proses pemisahan dilakukan dengan menotolkan sampel ekstrak rimpang
temugiring yang telah dilarutkan sebelumnya ke dalam etanol p.a dengan menggunakan pipa kapiler. Menurut Gandjar dan Rohman 2007, pemisahan
pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh jika hanya menotolkan
E. Identifikasi golongan senyawa dengan reagen semprot pada ekstrak
kental rimpang temugiring
sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Bercak yang melebar akan menghasilkan pemisahan yang tidak sempurna, oleh sebab itu
peneliti menotolkan sampel secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan. Selanjutnya pelat KLT tersebut diletakkan ke dalam bejana kromatografi
yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap fase gerak. Untuk melakukan penjenuhan biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring, jika fase gerak telah
mencapai ujung atas kertas saring maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh. Selama proses elusi, bejana kromatografi harus ditutup rapat. Proses
penjenuhan chamber bertujuan untuk memperkecil kemungkinan penguapan yang terjadi pada eluen sehingga proses elusi dapat berjalan dengan baik.
Hasil pelat KLT yang telah di elusi kemudian dikeringkan dalam suhu ruang dan kemudian dilakukan deteksi dengan penyemprotan dengan peraksi
tertentu. Bercak pemisahan pada KLT umumnya menunjukkan bercak yang tidak berwarna, oleh karena itu uji identifikasi senyawa kimia dengan reagen semprot
perlu dilakukan dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak akan terlihat jelas. Ada beberapa cara-cara
kimiawi untuk mendeteksi bercak, antara lain : Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi
secara kimia dengan seluruh solut yang mengandung gugus fungsional tertentu sehingga bercak menjadi berwarna.
Mengamati lempeng dibawah lampu ultra violet yang dipasang panjang gelombang emisi 254 nm atau 366 nm untuk menampakkan solut sebagai
bercak yang gelap atau berfluoresensi terang pada dasar yang berfluoresensi seragam.
Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu dipanaskan untuk mengoksidasi solut-solut organik yang akan nampak sebagai
bercak hitam sampai kecoklat-coklatan Gandjar dan Rohman, 2007. Pelat KLT hasil elusi disemprot dengan peraksi FeCl
3
, AlCl
3
, Dragendorf, DPPH, vanillin sulfat dan sitroborat. Hasil uji kualitatif identitas golongan
senyawa ekstrak temugiring tersaji pada tabel III.
Tabel III. Hasil identifikasi golongan senyawa pada ekstrak Rimpang Temugiring
Pereaksi golongan
Rf Tampak visual UV 254 nm
UV 366 nm Ket.
Dragendorf alkaloid
0,44 Orange tua
Meredam -
- Vanillin
sulfat terpenoid
0,2 Biru
Meredam -
+ 0,32
Ungu muda -
- +
0,42 Ungu tua
Meredam -
+ 0,58
Ungu tua Meredam
- +
0,68 Abu-abu
Meredam -
+ AlCl
3
flavonoid 0,42
Kuning Meredam
- +
FeCl
3
fenolik 0,34
Orange Meredam
Ungu -
Sitroborat flavonoid
0,36 Orange
Meredam Kuning
+ Dari hasil ini didapati bahwa ekstrak rimpang temugiring aktif mengandung
senyawa golongan flavonoid dan terpenoid. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya bercak kuning di bawah sinar UV 254 nm pada deteksi dengan AlCl
3
dan muncul warna ungu kehitaman pada deteksi dengan vanillin sulfat setelah di panaskan di oven dengan suhu 105ºC.
1. Uji aktivitas penangkap radikal bebas
Pengujian antioksidan ekstrak rimpang temugiring ini dilakukan dengan metode penangkap radikal bebas DPPH. Pereaksi DPPH merupakan radikal sintetik yang
stabil yang ditandai oleh delokalisasi cadangan elektron di sekeliling molekulnya secara keseluruhan dengan baik sehingga tidak akan membentuk dimer seperti
yang terjadi pada kebanyakan radikal bebas lainnya Pisoschi, 2009. Uji ini dilakukan pada pelat KLT hasil elusi yang telah kering dan kemudian disemprot
dengan pereaksi DPPH 0,2.
Tabel IV. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal DPPH ekstrak rimpang temugiring
Ekstrak Fase gerak
Rf Hasil
Rimpang temugiring
Kloroform : metanol 95:5 vv 0,38
Kuning +++
0,76 Kuning ++
Keterangan ketebalan bercak : +
= tipis ++
= sedang +++
= tebal
Gambar 7. Hasil deteksi dengan UV 254 nm elusi dengan fase gerak kloroform:metanol 95:5 vv
F. Uji aktivitas Penangkap Radikal Bebas DPPH, Antibakteri dan UV