sebanding dengan sensitivitas bakteri uji dengan senyawa antimikroba tersebut
Agbor, Ma’ori, dan Opajobi, 2011. 2
Ditch Method. Metode ini dilakukan dengan cara menghilangkan potongan agar
dari cawan petri dan mengisi lubang yang terbentuk dengan agar yang telah mengandung senyawa antibakteri yang akan diuji. Medium dapat
diatur sedemikian rupa, sehingga beberapa bakteri dapat diinokulasikan secara streak plate tegak lurus pada agar yang telah mengandung senyawa
antibakteri tersebut. Metode ini cocok jika sejumlah besar bakteri harus diuji terhadap satu senyawa antibakteri. Kelemahan dari metode ini yaitu,
pelat yang digunakan harus selalu baru setiap hari. Metode ini tidak lagi digunakan dalam laboratorium
Agbor, Ma’ori, dan Opajobi, 2011. 3
Punched Hole Diffusion Method. Metode ini dilakukan dengan membuat sumuran atau meletakkan
satu tabung dengan lubang di kedua sisinya pada cawan agar. Agar tersebut sebelumnya telah diinokulasikan bakteri uji. Sumuran yang sudah
terbentuk akan diisi dengan senyawa uji yang memiliki berbagai macam konsentrasi konsentrasi yang berbeda pada masing-masing lubang
sumuran Agbor, Ma’ori, dan Opajobi, 2011.
b. Metode dilusi
Prinsip metode dilusi adalah obat atau senyawa antimikroba diencerkan sehingga diperoleh beberapa konsentrasi. Prosedur uji dilusi
digunakan untuk mencari KHM atau konsentrasi terendah yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dan Kadar Bunuh Minimum KBM, yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh mikroba. Pada uji dilusi masing-
masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi mikroba dalam media cair kemudian diamati pertumbuhan mikroba uji yang tampak berdasarkan
kekeruhan media Brooks dkk, 2004. Terdapat 2 metode yang dapat digunakan dalam metode dilusi ini, yaitu
1 Broth dilution.
Mueller Hinton Broth MHB merupakan media yang paling sering digunakan. Todd-Hewit broth dapat digunakan untuk organisme yang
tidak dapat tumbuh baik pada MHB, misalnya Streptococcus. 2
Agar dilution. Metode ini mirip dengan broth dilution, hanya saja konsentrasi senyawa
antibiotik yang akan diuji harus dicampurkan dalam media agar dimana sudah diinokulasikan suspensi bakteri uji. Setelah inkubasi, konsentrasi
terendah yang menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri disebut KHM Agbor dkk, 2011. Kemampuan antibakteri dikatakan kuat apabila
memiliki nilai KHM antara 0,05 – 0,050 mgmL, sedang apabila nilai
KHM antara 0,6 – 1,50 mgmL, dan lemah apabila diatas 1,50 mgmL
Diaz dkk, 2010.
c. Metode bioautografi
Bioautografi adalah suatu metode pendeteksian untuk menemukan suatu senyawa antimikroba yang belum teridentifikasi dengan cara melokalisir
aktivitas antimikroba tersebut pada suatu kromatogram. Metode ini
memanfaatkan pengerjaan KLT. Ciri khas dari prosedur bioautografi adalah didasarkan atas teknik difusi agar yaitu dengan memindahkan senyawa
antibakteri dari lapisan kromatografi ke lempeng agar perbenihan melalui proses difusi. Prinsip pengujian sebagai berikut : suspensi mikroorganisme
didispersikan pada lempeng hasil KLT. Lempeng KLT diinkubasikan pada kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri. Zona inhibisi
kemudian ditampakan oleh aktivitas dehidrogenase dari pereaksi pendeteksian seperti garam tetrazolium. Bakteri yang aktif bermetabolisme merubah garam
tetrazolium menjadi formazon berwana. Sedangkan senyawa antibakteri tampak sebagai bercak yang jernih terhadap latar belakang berwarna
Hamburger dan Cordell, 1987. Merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada
kromatogram hasil KLT yang mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus. Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang efisien untuk
mendeteksi senyawa antimikroba karena letak bercak dapat ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks sehingga memungkinkan
untuk mengisolasi senyawa aktif tersebut. Kerugiannya adalah metode ini tidak dapat digunakan untuk menentukan KHM dan KBM Pratiwi, 2008.
D. Ultra Violet Protection