coli HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel ekstrak temugiring ditotolkan pada pelat KLT dengan masing-masing volume 15 µL, 20 µL, 30 µL hingga didapatkan bobot uji 75 µg, 100 µg, dan 150 µg kemudian dielusi dengan fase gerak kloroform:metanol 95:5 vv dan dibiarkan mengering secara aseptis. Lempeng KLT yang telah dikering dikontakkan pada media agar yang telah di inokulasikan 100 µL bakteri uji masing-masing Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Setelah 40 menit, lempeng KLT tersebut diangkat dari media agar dan media tersebut diinkubasi selama 18 jam yang kemudian diamati dimana bercak yang mengandung daya anti bakteri. Didapatkan hasil bahwa pada media dengan pertumbuhan bakteri E. coli tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan tidak adanya zona hambat maka digunakan media yang telah ditumbuhi S. aureus karena terdapat aktivitas antibakteri yang sangat nampak ditunjukkan dengan munculnya zona hambat yang semakin besarnya penotolan maka makin besar zona hambatnya. Tabel V. Hasil uji kualitatif antibakteri secara bioautografi pada bakteri S. aureus Faktor retardasi Rf Bobot uji ekstrak 75 µg 100 µg 150 µg 0,2 - 0,8 Muncul zona hambat Muncul zona hambat Muncul zona hambat Tabel VI. Hasil uji kualitatif antibakteri secara bioautografi pada bakteri

E. coli

Faktor retardasi Rf Bobot uji ekstrak 75 µg 100 µg 150 µg - Tidak muncul zona hambat Tidak muncul zona hambat Tidak muncul zona hambat Pada uji aktivitas antibakteri didapati bahwa ekstrak rimpang temugiring tidak memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri gram negatif E. coli namun memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri gram positif S. aureus dengan munculnya zona jernih pada Rf 0,2 – 0,8. 3. Uji aktivitas UV protection dengan beta karoten 1. Optimasi intensitas cahaya ultra violet Lempeng KLT kosong dicelupkan dalam pereaksi beta karoten dan warna pelat KLT tersebut diukur dengan menggunakan indikator warna. Pelat KLT tersebut kemudian disinari dengan lampu UV dalam kotak inkubasi dengan posisi lampu UV diatur yaitu 100 cm dari dasar tinggi, 50 m dari dasar sedang, dan 35cm dari dasar rendah. Dari hasil optimasi terlihat bahwa semakin pendek jarak lampu dari dasar maka semakin tinggi pula intensitas cahayanya. Pada intensitas cahaya rendah dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memudarnya warna pelat, sedangkan pada intensitas cahaya tinggi proses memudarnya warna pelat sangat cepat yaitu sekitar 6 menit, oleh karena itu dipilihlah intensitas cahaya sedang pada posisi lampu UV 50 cm dari dasar. Perubahan warna dapat terlihat dan waktu yang dibutuhkan beta karoten untuk memudar masih dimungkinkan untuk dilakukan pengamatan, selain itu dari data standar deviasi yang menunjukkan nilai presisi keterulangan data tiap replikasinya data pada intensitas sedang menunjukkan presisi yang baik, oleh sebab itu digunakan intensitas cahaya sedang untuk uji kualitatif anti UV. Tabel VII. Hasil optimasi intensitas sinar UV Intensitas Sinar Waktu menit Warna plat KLT sesuai indikator no - SD Rata- rata Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 4 Rep 5 Rendah 100 cm Max: 5,97 Lux Min : 5,82 Lux Rata-rata : 5,895 Lux 7 6 6 6 6 0,44 6,2 1 5 3 3 3 3 0,89 3,4 3 3 3 2 2 2 0,54 2,4 6 3 2 2 2 3 0,54 2,4 9 2 2 2 2 3 0,44 2,2 12 2 2 2 2 1 0,44 1,8 15 2 2 1 1 1 0,54 1,4 Sedang 50 cm Max: 15,14 Lux Min : 14,88 Lux Rata-rata : 15,01 Lux 6 6 6 6 6 6 1 3 2 3 3 2 0,54 2,6 3 2 2 3 2 2 0,44 2,2 6 2 1 3 1 2 0,83 1,8 9 2 1 1 1 1 0,44 1,2 12 1 1 1 1 1 1 15 1 1 1 1 1 1 Tinggi 35 cm Max: 30,36 Lux Min : 30,0 Lux Rata-rata : 30,48 Lux 6 6 6 6 6 6 1 2 2 1 2 1 0,54 1,6 3 1 1 1 1 1 1 6 9 12 15 Gambar 12. Grafik hasil rata-rata perubahan warna pada optimasi lampu UV 2 4 6 8 5 10 15 20 n o m o r in d ikat o r war n a menit Grafik rata-rata perubahan warna optimasi lampu UV intensitas cahaya sedang intensitas rendah intensitas sedang intensitas tinggi 2. Uji aktivitas UV protection sampel ekstrak rimpang temugiring Larutan ekstrak kental rimpang temugiring ditotolkan pada pelat KLT untuk dielusikan dengan jarak elusi 5 cm dengan fase gerak kloroform:metanol 95:5 vv. Pelat KLT yang telah dielusi kemudian dikeringkan lalu dicelupkan pada pereaksi beta karoten dan warna pada pelat KLT tersebut diukur dengan menggunakan indikator warna. Setelah itu pelat KLT tersebut disinari dengan lampu UV pada kotak fluorescent dengan jarak lampu 50 cm dari dasar dan intensitas cahaya telah diukur dengan light meter, kemudian perubahan warna yang terjadi pada bercak diamati pada menit ke 0,1,3,6,9,12,15. Setelah dilakukan replikasi 5 kali, didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel VIII. Hasil uji kualitatif UV protection ekstrak rimpang temugiring Waktu menit Warna latar plat KLT sesuai indikator no - Rata –rata SD Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 4 Rep 5 5 5 5 5 5 5 1 2 3 2 2 2 2,2 0,44 3 1 2 1 2 2 1,6 0,54 6 1 1 1 2 1 1,2 0,44 9 1 1 0,4 0,54 12 15 Faktor retardasi Rf 0,6 = positif kuning 2 0,72 = positif kuning 1 0,56 = positif 2 0,62 = positif 1 0,59 = positif kuning 2 0,70 = positif kuning 1 0,56 = positif kuning 1 0,63= positif kuning 1 0,58 = positif kuning 2 0,76 = positif kuning 1 Waktu muncul bercak 9 menit 6 menit 9 menit 6 menit 9 menit Gambar 13. Hasil tampak visual profil KLT dengan pereaksi semprot beta karoten. Dari hasil uji kualitatif ini disimpulkan bahwa sampel memiliki aktivitas sebagai UV protection ketika terdapat bercak yang tetap berwarna kuning walaupun warna background pelat yang telah disemprot dengan beta karoten telah memudar. Hal ini ditunjukkan pada Rf 0,50 – 0,79 dengan warna kisaran nomor 1-2 sesuai dengan indikator warna yang digunakan. 1. Triturasi Proses penyiapan sampel untuk isolasi yang pertama dilakukan adalah triturasi. Triturasi pada proses ini digunakan sebagai clean up. Proses triturasi ini menggunakan pelarut heksan dan kloroform:metanol 95:5 vv.

G. Isolasi senyawa yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas