produk individual wartawan, melainkan juga merupakan bagian dari proses organisasi dan interaksi antara wartawannya.
Dalam pandangan paradigma konstruktivisme, fenomena “realitas”
adalah penciptaan kognitif manusia. Dengan demikian, pemikiran konstruktivisme
sangat meragukan
kemampuan jurnalis
untuk “mencerminkan” realitas murni di lapangan seperti apa adanya. Sebab,
berita yang disajikan wartawan adalah salah satu versi dari realitas di lapangan Hanitzsch, 2001.
2.8. Profesionalisme Wartawan
Profesi profession adalah penghargaan atas karya etika profesi berarti suatu cabang ilmu yang secara sistematis merefleksikan moral yang
melekat pada suatu profesi. Etika profesi juga dipahami sebagai nilai-nilai dan asas moral yang melekat pada pelaksanaan fungsi profesional tertentu
dan wajib dilaksanakan oleh pemegang profesi itu Masduki, 2004:35. Di Indonesia, wartawan adalah sebuah profesi dan menjadi wartawan adalah
pilihan profesional. Bagaimana wartawan mendefinisikan pekerjaannya akan mempengaruhi isi media yang ia produksi.
Ukuran profesionalisme wartawan terletak pada ketaatan terhadap Kode Etik Jurnalistik KEJ. Selagi berpegang teguh pada KEJ, tidak satu
pihakpun bisa menggugat hasil karya jurnalistik yang dibuat wartawan. selain itu, wartawan secara profesi juga sudah semestinya berpegang pada
undang-undang yang secara khusus berlaku untuknya, yaitu Undang- Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Wartawan juga perlu
bergabung dengan organisasi formal terkait profesinya, seperti PWI dan
Universitas Sumatera Utara
AJI, untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam profesi kewartawanan Ershad, Srimulyani, H., Supriadi, D., 2012:9.
Dalam Undang-Undang Pers No. 401999 Bab I pasal 1 Ayat 1 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik KEJ Persatuan Wartawan
Indonesia PWI beserta penjelasannya, Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Ada
delapan atribut professional wartawan, diantaranya: 1
Menunjukkan identitas diri kepada narasumber; 2
Menghormati hak privasi; 3
Tidak menyuap; 4
Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; 5
Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan
ditampilkan secara berimbang; 6
Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
7 Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan
wartawan lain sebagai karya sendiri; 8
Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
Menurut Yasak 2010:21, wartawan dituntut profesional semata- mata bukan hanya karena idealisme yang ada pada profesi tersebut, namun
keprofesionalan itu mempengaruhi media yang mempunyai efek cukup besar terhadap publik. Suatu profesi memerlukan semangat dan
kesungguhan terentu. Disiplin profesi mengikat setiap anggota yang telah bergabung ke dalam lingkaran profesi tersebut, sekaligus menolak
hadirnya orang-orang yang tidak dapat memenuhi disiplin tersebut. Masyarakat melihat wartawan sebagai alat untuk menegakkan keadilan.
Menurut Shoemaker dalam Yasak 2010:21, ada tiga pengaruh penting atas isi media yang bersumber pada faktor personalitas wartawan.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, latar belakang pendidikan. Kedua, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianutnya. Ketiga, orientasi profesional atau tujuan ketika seseorang
memilih pekerjaannya sebagai wartawan. Jadi, berita yang dihasilkan oleh wartawan baik itu berita foto maupun berita tulis tidak benar-benar
obyektif. Namun subyektifitas wartawan dalam melaporkan suatu kejadian dapat dilihat dari latar belakang pribadi wartawan tersebut.
Dalam melaksanakan tugas sebagai wartawan, penting kiranya bagi wartawan untuk turut memperhatikan nilai-nilai lokal yang berlaku di
masyarakat sekitarnya. Menurut Popples dan Bailey dalam Samovar, L. A., Porter, R. E. McDaniel, E. R. 2010:30, nilai merupakan fitur lain
dari suatu budaya. Nilai merupakan kritik atas pemeliharaan secara keseluruhan karena hal ini mewakili kualitas yang dipercayai orang yang
penting untuk kelanjutan hidup mereka. Nilai adalah standar keinginan, kebaikan dan keindahan yang diartikan dari udaya yang berfungsi sebagai
petunjuk dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, nilai-nilai berguna untuk menentukan bagaimana seseorang seharusnya bertingkah laku.
Sementara Ade M. Kartawinata 2011 dalam sebuah buku berjudul “Merentas Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi dan Tantangan
Pelestarian” menulis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah kearifan lokal sebagai sebuah konsepsi eksplisit dan implisit yang khas
milik seseorang, suatu kelompok atau masyarakat. Suatu nilai yang diinginkan yang dapat mempengaruhi pilihan yang tersedia dari bentuk-
bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan tindakan secara berkelanjutan. Nilai yang hanya dapat disimpulkan dan ditafsirkan dari ucapan, perbuatan dan
Universitas Sumatera Utara
materi yang dibuat manusia yang diturunkan melalui suatu aktivitas ritual atau pendidikan. Karena itu, fungsi langsung nilai adalah untuk
mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dasar
yang berupa motivasional. Lebih jauh, makna dari sebuah nilai dapat mengikat setiap individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu,
memberi arah dan intensitas emosional terhadap tingkah laku secara terus menerus dan berkelanjutan. Itu artinya, dengan nilai setiap pelaku
merepresentasikan tuntutan termasuk secara biologis dan keinginan- keinginannya, selain tuntutan sosial tentunya.
Masih berkaitan dengan profesionalisme wartawan, rutinitas yang dijalankan oleh sebuah media berhubungan dengan mekanisme dan proses
penentuan berita. Silaban 2012:322 menulis bahwa setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita,
apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung setiap hari dan menjadi
prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita
dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses dan tangan
siapa saja sebuah tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya. Rutinitas media ini
mempengaruhi wujud akhir sebuah berita.
Universitas Sumatera Utara
Agar sebuah perusahaanorganisasi media dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan untuk mencapai suatu sasaran yang
diinginkan, baik sasaran jangka pendek maupun jangka panjang, maka perlu adanya sebuah pedoman, metode, dasar atau aturan yang harus
dijalankan secara benar oleh semua bagian di organisasiperusahaan. Standar kinerja ini sekaligus untuk menilai organisasiperusahaan baik
secara internal maupun eksternal. Standar internal yang bersifat prosedural inilah yang disebut dengan Standard Operating Procedures SOP atau
Prosedur Operasi Standar. Menurut Jones 2001:49 dalam bukunya Organizational Theory dinyatakan bahwa istilah SOP ini merupakan
bagian dari peraturan tertulis yang membantu untuk mengontrol perilaku anggota organisasi. SOP mengatur cara pekerja untuk melakukan peran
keorganisasiannya secara terus-menerus dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab organisasi.
Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja sistem, mekanisme dan tata kerja internal yang diperlukan dalam
pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai organisasi. Standard Operating Procedure SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja organisasi yang bersangkutan berdasarkan indikator teknis, administrasif dan prosedural.
Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikejarkan oleh satuan unit kerja sebuah organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Berpikir