Preparasi Larutan Sampel Hidrolisis

Pada konsentrasi 0,08 mgmL trek 3 dan konsentrasi 0,1 mgmL trek 4 AUC yang terbaca menunjukkan angka yang kurang lebih sama. Padahal seharusnya dengan adanya perbedaan konsentrasi sebanyak 0,02 mgmL, AUC yang terbaca pada konsentrasi 0,08 mgmL seharusnya lebih kecil dibandingkan dengan AUC yang terbaca pada konsentrasi 0,1 mgmL. Penyebab kesalahan pengukuran ini karena pipet yang digunakan untuk membuat konsentrasi 0,08 mgmL dari larutan stok 1 mgmL adalah mikropipet sedangkan untuk konsentrasi 0,1 mgmL adalah makropipet sehingga pada pembuatan seri konsentrasi yang akan digunakan untuk pembuatan kurva baku, pipet yang digunakan hanya makropipet untuk seluruh seri konsentrasi. Seri konsentrasi yang kemudian digunakan untuk pembuatan kurva baku adalah 0,08, 0,13, 0,18, 0,23, dan 0,28 mgmL yang didasarkan pada respon analit di dalam sampel yang didapat saat orientasi.

C. Preparasi Larutan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil hidrolisis ekstrak air seduhan biji kopi arabika Coffea arabica L.. Ekstrak air seduhan tersebut diperoleh dengan dua cara ekstraksi antara lain dengan metode decoction dan infusi. Kedua jenis metode ekstraksi ini menggunakan aquabidest panas sebagai pelarut dengan tujuan agar hasil yang didapat semirip mungkin dengan metode pembuatan kopi yang biasa disajikan oleh masyarakat. Pemilihan aquabidest sebagai pelarut juga dikarenakan asam klorogenat yang merupakan bentuk ester dari asam kafeat Patra, 2012 dihasilkan cukup banyak di dalam air dibanding senyawa fenolik lain Ohno et al., 2012. Prinsip infusion pada penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi serbuk kopi menggunakan syphon coffee maker dimana serbuk kopi yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam syphon setelah suhu aquabidest mencapai ± 95 C dan dibiarkan selama satu menit dalam keadaan mendidih tersebut baru kemudian disaring dan ditunggu sampai dingin. Pada prinsip decoction, aquabidest dipanaskan di atas kompor sampai suhu ± 95 C kemudian kompor dimatikan. Serbuk kopi diekstraksi pada air panas tersebut sambil diaduk selama 30 menit kemudian dibiarkan mendingin.

D. Hidrolisis

Asam kafeat di dalam ekstrak biji kopi, tidak dapat langsung ditemukan, sehingga diperlukan proses hidrolisis dari bentuk ester asam kafeat yaitu asam klorogenat untuk mendapatkan asam kafeat dalam bentuk bebas. Hidrolisis yang digunakan pada penelitian ini adalah hidrolisis basa yang mengacu pada penelitian Wang et al. 2009 dengan modifikasi. Basa yang digunakan untuk proses hidrolisis adalah NaOH 1N dengan bantuan pemanasan menggunakan waterbath. Reaksi hidrolisis yang terjadi pada asam klorogenat untuk membentuk asam kafeat ditunjukkan pada gambar 10. Gambar 10. Reaksi hidrolisis asam klorogenat menjadi natrium kuinat dan asam kafeat Sebagai hasil dari reaksi hidrolisis tersebut, terbentuk garam-garam basa yang berikatan dengan gugus Na + dari NaOH yang terion di dalam air. Asam kafeat yang diinginkan dimungkinkan terbentuk setelah proses pengasaman yang terjadi pada saat elusi dengan bantuan asam format yang merupakan salah satu komponen fase gerak yang digunakan. Proses Hidrolisis basa dipilih karena beberapa asam fenolat tidak stabil pada kondisi asam kuat serta dapat menyebabkan senyawa seperti asam hidroksisinamat terdegradasi pada kondisi tersebut serta pada hidrolisis asam, perbedaan kondisi hidrolisis dapat menyebabkan perbedaan kandungan asam fenolat yang terdeteksi Xu and Howard, 2012.

E. Penentuan Panjang Elusi dan Lama Deteksi