1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang muncul adalah:
1. Dapatkah dilakukan perbandingan efektifitas ekstraksi asam kafeat hasil
hidrolisis ekstrak air seduhan biji kopi arabika Coffea arabica L. melalui metode ekstraksi syphon dan seduh?
2. Bagaimana kondisi yang optimum untuk melakukan pemisahan asam
kafeat hasil hidrolisis ekstrak air seduhan biji kopi arabika Coffea arabica L. dari senyawa-senyawa fenolik lain agar dapat ditetapkan kadarnya menggunakan
metode KLTKT-Densitometri?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan studi literatur mengenai penelitian sebelumnya, penelitian penetapan kadar asam kafeat di dalam hasil hidrolisis ekstrak air seduhan biji kopi
arabika Coffea arabica L. dengan metode KLTKT belum pernah dilakukan. Penelitian terkait analisis asam kafeat yang pernah dilakukan antara lain,
identifikasi asam kafeat di dalam roasted coffee menggunakan KCKT Fase Terbalik dengan detektor UV 324 nm Bennat et al., 1994. Kreicbergs et al.
2011 meneliti senyawa polifenol total di dalam roasted coffee menggunakan KCKT dengan detektor DAD SPD M20A dan kolom C18 dan Rivelli et al. 2007
menggunakan KCKT dengan detektor UV dan kolom C18 untuk mendeteksi asam klorogenat, asam kafeat dan kafein di dalam ekstrak hidroalkoholik dan ekstrak air
dari Ilex paraguariensis. Pada penelitian tersebut, diketahui bahwa panjang gelombang maksimum asam kafeat adalah 330 nm.
Determinasi asam kafeat oleh Janisak and Mathe 1997 menggunakan KLT Densitometri pada lima spesies tanaman Saliva. Faktor retensi R
f
yang didapat pada penelitian tersebut untuk asam kafeat adalah 0,50 dengan fase gerak
toluen : etil asetat : asam format 5 : 4 : 1 dan dideteksi dengan metode densitometri pada panjang gelombang antara 290-330 nm.
Rastogi et al. 2008 pada penelitiannya melakukan determinasi asam fenolat asam galat, asam kafeat, dan asam siringat pada tanaman Syzygium
aromaticum dengan menggunakan metode KLTKT dan dideteksi menggunakan
metode densitometri pada panjang gelombang 280 nm. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan asam kafeat dalam penelitian tersebut adalah metanol sebanyak
25 mL. Hasil yang didapatkan adalah koefisien variansi asam kafeat yaitu 0,64. Penelitian lain terkait asam kafeat adalah penelitian Bojic et al. 2013
yaitu determinasi senyawa flavonoid, asam fenolat dan ksantin di dalam Ilex paraguariensis
dengan menggunakan metode KLTKT-densitometri. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan tanaman Ilex paraguariensis adalah metanol dan
diketahui R
f
asam kafeat yaitu 0,30 dengan panjang gelombang maksimal 330 nm.
3. Manfaat Penelitian