30
saling bertentangan. Agar kedua kepentingan itu dapat terpenuhi secara optimal, manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati
dan teliti kebijakan dividen yang harus dipilih. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dividen yang optimal yang mampu memenuhi harapan
pemegang saham atau investor akan dividen dan tidak menghambat pertumbuhan perusahaan demi tercapainya peningkatan nilai perusahaan
melalui peningkatan harga saham perusahaan.
2.2.7. Kebijakan Dividen yang Optimal
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang bisa menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa mendatang yang bisa memaksimumkan harga saham perusahaan Weston Copeland, 1992: 67. Pada saat perusahaan memutuskan berapa
banyak laba yang harus dibagikan kepada para pemegang saham, perusahaan dalam hal ini adalah manajer keuangan, harus selalu mengingat
bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham ini dapat meningkat apabila harga
saham yang dimiliknya meningkat, sehingga penentuan besarnya laba yang harus dibayarkan dalam bentuk dividen harus didasarkan pada preferensi
investor atau dividen maupun capital gain. Apakah investor lebih suka
31
perusahaan membagikan laba sebagai dividen ataukah investor lebih suka perusahaan menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali.
Jika perusahaan menaikkan ratio pembayaran maka jumlah dividen yang diterima akan naik, dan ini akan mengakibatkan harga saham ikut
naik. Tetapi hal ini akan mengakibatkan laba yang tersedia untuk investasi semakin sedikit, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk
masa mendatang semakin rendah yang pada akhirnya juga akan menurunkan harga saham perusahaan. Jadi setiap perusahaan dalam
kebijakan pembayaran dividen akan mempunyai pengaruh yang saling bertentangan, sehingga kebijakan dividen menjadi sangat penting dan
menjadi tugas manajer keuangan untuk bisa menetapkan kebijakan dividen yang optimal bagi perusahaan.
2.2.8. Teori Kebijakan Dividen
Pada dasarnya teori tentang kebijakan dividen merupakan interaksi dari beberapa faktor, diantaranya adalah ketersediaan dana, kesempatan
investasi yang dimiliki oleh perusahaan, dan preferensi investor terhadap dividen ataupun capital gains. Pendapatan yang bisa diperoleh investor dari
penanaman modal saham di bursa efek adalah berupa dividen ataupun capital gain. Dividen merupakan pendapatan yang diterima investor atas
saham yang mereka miliki jika perusahaan menyisihkan sebagian laba
32
bersihnya. Sedangkan capital gain merupakan pendapatan yang diterima investor jika terdapat kelebihan harga jual di atas harga beli pada saat
saham tersebut mereka jual. Dari adanya perbedaan preferensi investor atas dividen maupun capital gain, muncullah beberapa teori tentang kebijakan
dividen, Teori – teori tersebut adalah : 1 Dividend Irrelevance, 2 Bird in – the – hand , 3 Tax Preference, 4 Information Content or Signaling
Hypothesis, dan 5 Clientele Effect Sartono, 2001: 45
2.2.8.1. Teori Bird-in-the Hand
Teori Ketidakrelevanan Dividen Dividend Irrelevance dari MM banyak mendapat kritik, terutama asumsi tentang preferensi investor yang
tidak berbeda antara dividen dan capital gains, dengan kata lain bahwa investor tidak akan mempedulikan apakah akan menerima dividen ataukah
capital gains dari saham yang mereka miliki. Salah satu penentangnya adalah Myron Gordon dan John Lintner Sartono, 2001:45. Mereka
berpendapat bahwa tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor ks akan meningkat sebagai akibat penurunan
pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gains
karena unsur dividen yield D1Po resikonya lebih kecil dibandingkan unsur pertumbuhan yang diharapkan g dalam persamaan tingkat
33
keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1Po + g. Investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi jika ks dipergunakan untuk
mensubstitusikan dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan dividend yield.
Sementara MM berpendapat bahwa investor merasa sama saja, apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gains di masa
datang. Sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan ks tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Sehingga pendapat Gordon – Lintner
oleh MM disebut sebagai the-bird-in-the hand fallacy, karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk
menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko
pendapatan mereka di masa datang ditentukan oleh tingkat resiko dari arus kas operasinya, dan bukan oleh kebijakan dividennya.
2.2.9. Tiga Aliran Dalam Teori Kebijakan Dividen