33
keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1Po + g. Investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi jika ks dipergunakan untuk
mensubstitusikan dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan dividend yield.
Sementara MM berpendapat bahwa investor merasa sama saja, apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gains di masa
datang. Sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan ks tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Sehingga pendapat Gordon – Lintner
oleh MM disebut sebagai the-bird-in-the hand fallacy, karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk
menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko
pendapatan mereka di masa datang ditentukan oleh tingkat resiko dari arus kas operasinya, dan bukan oleh kebijakan dividennya.
2.2.9. Tiga Aliran Dalam Teori Kebijakan Dividen
Dalam kebijakan dividen ada tiga aliran pandangan yang kontroversial yaitu pertama pandangan kanan yang mengharuskan
pembayaran dividen sebesar-besarnya, pandangan kedua tidak ada relevansinya pembayaran dividen dengan peningkatan kekayaan pemegang
saham, dan ketiga pandangan kiri yang mengharuskan dividen dibayar
34
sekecil-kecilnya kalau perlu tidak dibayarkan Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 40
Menurut aliran pertama yang berpandangan dividen dibayarkan sebesar-besarnya P
= D
1
: k
s
– g kenaikan pada D
1
dengan asumsi k
s
– g tetap maka P
akan meningkat, oleh karena itu semakin besar D
1
akan semakin tinggi P
. D
1
maksimum besarnya sama dengan laba yang diperoleh pada tahun itu. Bagi investor rupiah yang diterima dari
pembayaran dividen kurang beresiko dibandingkan dengan capital gain yaitu g pertumbuhan oleh laba ditahan, dividen dapat diperkirakan
kepastiannya, sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan. Aliran ini dikenal dengan Gordon-Lintner, ditentang oleh MM Modigliani –Miller
yang menyatakan bahwa resiko cash flow perusahaan dalam jangka panjang ditentukan oleh resiko cash flow asset atau resiko investasi, bukan
oleh kebijakan pembayaran dividen Brigham dan Gapenski, 1996: 43 Dalam kenyataannya kesulitan cash flow dalam jangka pendek tidak kalah
pentingnya terhadap dukungan jangka panjang. Pembayaran dividen yang tinggi oleh investor dianggap perusahaan
mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik, sebaliknya penurunan dividen atau lebih kecil dari normal dianggap mempunyai prospek
penghasilan yang kurang baik, sehingga harga saham cenderung meningkat atau menurun mengikuti besarnya dividen yang dibayarkan.
35
Ada dua kelompok investor yang berbeda yaitu kelompok yang menginginkan penghasilan sekarang dan kelompok lainnya yang
mengharapkan penghasilan akan penurunan dividen dapat berdampak banyak pemegang saham akan menjual saham yang dimilikinya, sehingga
harga saham menjadi turun. Dalam pandangan ketiga dimana dividen dibayarkan sekecil-kecilnya
kalau perlu tidak dibayarkan sehingga laba ditahan sebesar-besarnya. Aliran ini mendasarkan pada kenyataan tentang adanya floatation cost dan
tarif pajak capital gain. Kesempatan investasi yang menguntungkan kalau dibiayai dengan laba ditahan berarti ada penghematan floatation cost dan
tidak adanya beban bunga merupakan suatu efesiensi sehingga dalam periode berikutnya akan meningkatkan harga saham dan besarnya dividen
yang dapat dibayar oleh perusahaan. Perbedaan pajak dividen yang lebih tinggi dari pajak capital gains,
dapat mendorong pemegang saham akan lebih suka menginvestasikan keuntungan perusahaannya dari pada membagikan dalam bentuk dividen.
Sepanjang ada kesempatan investasi yang menguntungkan akan lebih menghemat pajak apabila membagikan dividen sekecil-kecilnya atau nol
sama sekali. Investasi yang menguntungkan akan meningkatkan harga saham, yang berarti pemegang saham akan mendapatkan capital gain yang
36
lebih tinggi. Oleh karena pajak akan dipungut bila saham dijual maka disini ada penundaan pembayaran pajak atas capital gain.
2.2.10. Bentuk Pembayaran Dividen