Kategori Kebutuhan Fisik dan Kenyamanan Lingkungan Masyarakat menempati posisi ke lima. Sebanyak 8 berita dimuat di Jawa Pos atau 5,16, dan 22
berita atau 14,77 di Kompas. Sementara itu kategori yang menempati posisi terendah adalah kategori
Bencana, Ilmu Pengetahuan dan Penemuan, Kesehatan, Transportasi dan Perekonomian.
4.3.2 Pengukuran Space Surat Kabar
Setelah pengukuran kuantitas berdasarkan kategorisasi dan berdasarkan sifat pemberitaannya, salah satu pengukuran yang paling penting adalah berdasarkan space
pada surat kabar. Penetapan besarnya kolom pada suatu pemberitaan menunjukkan bagaimana kebijakan redaksional suatu surat kabar memandang tingkat pentingnya
nilai suatu berita. Ukuran kolom juga sangat terkait dengan aspek kedetailan dalam hal penulisan berita. Artinya, semakin besar alokasi kolom yang disediakan oleh surat
kabar menandakan semakin detail pula informasi yang disajikan. Hasil dari perhitungan berdasarkan space yang didapat ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 24 Pengukuran Berdasarkan Space di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas
Surat Kabar Total Space
dalam cm kolom Rata-Rata
Berita
Jawa Pos 42164 272
Kompas 30972 208
Gambar 3 Total Space yang diberikan pada surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas
Asumsinya, semakin besar pemberitaan pada media cetak, dalam hal ini Jawa Pos dan Kompas, menunjukkan tingginya perhatian media terhadap komunikasi
Organisasi. Berita yang dimuat dengan ukuran yang lebih besar akan lebih berarti dibandingkan pemberitaan yang dimuat dalam ukuran lebih kecil. Besar atau kecil
pemberitaan menunjukkan perhatian media terhadap perusahaan. Berdasarkan tabel diatas, informasi yang dapat kita peroleh adalah selain
secara kuantitas, Jawa Pos lebih banyak memberitakan tentang Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Pos juga memberikan space yang cukup besar untuk setiap berita,
yaitu rata-rata 272 cm per kolom. Sementara itu , space yang diberikan Kompas lebih sedikit, yaitu rata-rata 208 cm per kolom.
Dapat disimpulkan bahwa kedua surat kabar Jawa Pos dalam menyajikan berita seputar Pemerintah Kota Surabaya cukup detail dan proporsional. Berita-berita
seperti itu dapat merangsang perhatian dan masyarakat terhadap permasalahan yang terjadi di kota Surabaya. Apalagi berita tersebut dimuat dalam headline rubrik, maka
news value nya akan semakin tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Prakoso
1999:109 bahwa posisi headline atau halaman muka jelas menunjukkan nilai-nilai yang ingin lebih ditonjolkan dibandingkan dengan yang lainnya.
Selain itu, artikel pada headline rubrik Metropolis di Jawa Pos, dan Jawa Timur di Kompas ada beberapa diantaranya yang disertai dengan foto dengan ukuran
yang cukup besar. Foto jelas memiliki daya tarik visual yang akurat dan melukiskan peristiwa nyata , karena foto lebih bisa bercerita tentang kondisi sesungguhnya dari
suatu peristiwa Santana, 2005. Hal ini jelas menunjukkan bahwa wartawan ingin memberikan masukan apa adanya yang terjadi tentang suatu hal, dan ini merupakan
bagian dari fungsi kontrolnya. Penggunaan foto dibarengi dengan artikel tersebut akan dirasakan lebih baik guna membangun kesadaran dan pemahaman
masyarakatterhadap isu yg terjadi, sehingga dengan demikian mereka akan terdorong untuk berperan aktif dalam memberikan aspirasi.
Sedangkan surat kabar Kompas kurang detail dalam menyajikan berita seputar Pemerintah Kota Surabaya, terbukti dari besarnya kolom yang disediakan untuk tiap
berita, yaitu 208 cm per kolom. Berita berita seperti itu jelas tidak cukup untuk membangkitkan kesadaran dan menggerakkan masyarakat untuk memahami
permasalahan yang terjadi seputar pemerintahan. Dalam pandangan Downie dan Kaiser media telah melakukan Bad Journalism, dimana media memberitakan suatu
peristiwa secara dangkal, sembrono dan tidak lengkap Santana, 2005. Ketidaklengkapan informasi yang didapat masyarakat tentu akan mengakibatkan
kurangnya data bagi masyarakat yang akan mendatangkan kesulitan dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu pemberitaan yang komprehensif dan
proporsional penting sekali karena akan membantu khalayak dalam mengambil keputusan yang diperlukan. Misalnya upaya penertiban dan penegakan perda, dalam
rangka penataan kota dan mensejahterakan warganya, masih sering ditafsirkan seolah-
olah sebagai arogansi kekuasaan dan kesewenangan, bukan dipandang sebagai konsekuensi logis dari jalannya proses pembangunan dan jawaban terhadap masalah-
masalah yang dihadapi Surabaya. Akibatnya, masyarakat pun cenderung menyalahartikan kebijakan pemda
dalam upaya menata kota. Padahal pemkot hanya ingin mengemban misi dan visinya yaitu mensejahterakan warga. Ini juga merupakan tugas pokok jajaran pemerintah.
Untuk menyampaikan visi dan persepsi tentang tujuan pembangunan di Surabaya inilah peranan masyarakat pers sangat penting dan strategis. Bentuk kerjasama
tersebut adalah bagaimana pers mampu menjembatani dan menyelaraskan kepentingan masyarakat dengan kebujakan program pembangunan yang diterapkan
oleh pemerintah. Dengan kata lain, pers ikut menyukseskan program pembangunan di kota Surabaya.
Untuk itu, dibutuhkan kerjasama dengan pers untuk lebih memasyarakatkan berbagai kebijakan-kebijakan termasuk perda ke masyarakat luas, sehingga
masyarakat makin mengerti dan memahami kebijakan yang ditempuh pemerintah serta berharap aktif berperan serta dalam proses pembangunan.
Hal tersebut dapat secara konkret kita lihat pada halaman yang diberikan oleh masing-masing surat kabar. Halaman pada rubrik Metropolis Jawa Pos lebih banyak
daripada halaman Jawa Timur yang diberikan Kompas. Pada setiap terbitannya, Jawa Pos bisa memuat sebanyak 10-an halaman untuk rubrik Metropolis, sementara
Kompas dalam rubrik Jawa Timurnya hanya sekitar 5 halaman saja.
4.3.3 Arah PemberitaanOpini