70
Lama, keselamatan menjadi sasaran pengaharapan akan datangnya Mesias Dister, 2004b: 141.
Secara singkat paham keselamatan dalam Perjanjian Lama diartikan dengan suatu keadaan yang dianugrahkan oleh Allah di mana hubungan manusia
dalam kebersamaan dari semua seginya baik dan beres, yang meliputi: hubungan dengan anggota masyarakat segi sosial, politis, dengan dunia sekitar segi
kosmis, dan dengan Allah segi religius. Yang menjadi dasar adalah relasi dengan Allah. Dimensi relasi dengan Allah melandaskan dan meresap kedalam
dimensi relasi yang lainnya Groonen, 1989: 52.
2. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru sehubungan apa yang maksudkan dengan keselamatan ialah kata sooteria. Dalam Perjanjaian Lama keselamatan ditekankan
dalam dimensi sosial, material namun dalam Perjanjian Baru lebih menekankan yang bersifat rohani Dister, 2004b: 142.
Allah sebagai sumber keselamatan, keselamatan Allah menjadi semacam ucapan tetap pada awal dan akhir beberapa surat di Perjanjian Baru 1 Tes 1:2;
Gal 1:3; 1 Kor 1:3. Keselamatan kerap kali digabungkan dengan kasih karunia dari Allah yang diamalkan berupa keselamatan. Dengan demikian keselamatan
adalah pemberian dari Allah. Yang baru dalam Perjanjian Baru ialah Yesus Kristus sebagai asal usul keselamatan Kol 3:15. Yesus Kristus memerintah dan
menguasai keselamatan itu. Yesus Kristus juga menjadi pengantara keselamatan dari Allah. Yesus Kristus seoalah-olah mempribadikan keselamatan Ef 2:14.
71
Injil Lukas melihat Yesus sebagai pelaksana keselamatan. Keselamatan yang telah dinubuatkan dalam perjanjian Lama ada dalam diri Yesus Kristus yang bangkit
sudah menjadi kenyataan. Yesus adalah keselamatan bagi manusia Groenen, 1989: 57. Yesus adalah Juru Selamat Dunia Yoh 4:42, sebagai pintu yang harus
dilalui untuk menemukan Keselamatan Yoh 10:9. Keselamatan yang diberitakan dan ditawarkan Yesus tidak terbatas pada bangsa manapun Luk 13:29.
Keselamatan yang ditawarkan Yesus Kristus sering disebut-Nya Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah pewartaan kerahiman Allah yang berarti Allah sendiri
turun tangan ke dunia untuk menyelamatkan, membebaskan dunia secara total dari kuasa jahat. Tuntutan Kerajaan Allah terdapat dalam perikop Sabda Bahagia
Luk 6: 20b-21.
3. Dosa sebagai Penghalang Keselamatan
Hubungan antar manusia dalam masyarakat dan hubungan antar manusia dengan Allah saling kait-mengkait, maka dosa menyangkut seluruh keselarasan.
Hal ini berarti menyangkut seluruh keselamatan syaloom manusia. Dengan demikian
“dosa” menjadi lawannya “kebenaran”. Sebab “kebenaran” merupakan tindakan yang melayani relasi keselamatan. Kebenaran tsedeqah itu berperan
dalam rangka perjanjian dari Allah. Perjanjian yang merupakan relasi yang ditetapkan Tuhan dengan manusia. Adapun kebenaran Allah ialah agar manusia
bertindak sesuai kebenaran. Perjanjian mencakup hubungan manusia satu sama lain masyarakat. Maka dosa ialah tindakan yang justru mengganggu kebenaran
dan merusakkan hubungan yang dikehendaki Allah. Oleh karena relasi dengan
72
Tuhan dan hubungan manusia kait mengkait maka tindakan dosa akan merusak hubungan antar manusia, serentak mengganggu hubungan manusia dengan Tuhan
dan menghalangi keselamatan Groonen, 1989: 99. Karena rencana keselamatan menyangkut semua orang , “Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan
orang-orang bukan satu persatu, tanpa hubungan satu dengan yang lainnya. Tetapi Ia hendak membe
ntuk mereka umat” LG 9.
4. Penebusan sebagai Pemulihan Keselamatan
Kalau Alkitab berbicara tentang penebusan manusia, maka Allahlah ditunjuk sebagai sebagai pelaku penebusnya. Seperti yang dirumuskan Yes 43: 11
sebagai berikut “Aku, Aku-lah Tuhan Yahwe dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku
”. Sepanjang sejarah Allah menebus manusia dari keadaan buruk, bahaya,
ancaman. Misalnya penebusan Israel dari perbudakan Mesir Kel 14:13. Pembebasan dari Mesir merupakan tindakan pertama Allah dari peristiwa
penyelamatan. Dalam Perjanjian Lama Allah menyelamatkan dari kemalangan politik, sosial, ekonomi. Namun demikian dalam Perjanjian Lama ada kaitannya
kemalangan di dunia dengan dosa. Maka penebusan mengimplikasikan penebusan dari dosa Yeh 36:25-28.
Allah mengutus anak-Nya dalam daging karena dosa Rm 8:3. Hal ini dihubungkan dengan kelahiran Yesus ke dunia. Dengan mengutus anak-Nya
dalam daging yang serupa dengan manusia dan mengalami nasib orang berdosa walaupun sebenarnya Dia tidak mengenal dosa. Buktinya senasib manusia
73
adalah dengan kematian Yesus. Sebab upah dosa adalah maut Rm 6:23. Kristuspun karena menjadi manusia juga dikenai maut. Kristus mengalami maut
karena mau senasib dengan manusia berdosa. Dalam arti inilah wafat Yesus “karena dosa-dosa kita” demi menebus dosa manusia, yakni karena senasib
dengan orang-orang yang harus mati karena dosa-dosa Gal 2:20. Maka Tuhan Yesus telah menyerahkan diri karena dosa-dosa kita, guna melepaskan kita dari
dunia jahat Gal 1:4. Sebab Kristus telah memberi gambaran, karena senasib dengan kematian kita maka kita juga akan menjadi sehidup dengan Dia dalam
kebangkitan. Jadi kita dibenarkan oleh kasih karunia penebusan Yesus kristus Rm 3:24. Tentunya manusia menanggapi dengan jalan mengikuti jejak Kristus,
yaitu dengan taat pada perintah- Nya “supaya kita saling mengasihi” 1Yoh 3: 23.
Kedudukan dan peranan Yesus dalam penyelamatanpenebusan terungkap dalam gelar-
gelar Yesus. Gelar “Juruselamat dunia, semua manusia” Luk 2:11; Yoh 4:42; Kis 13:23, dsb. Dengan memberi gelar itu, Yesus Kristus menjadi
“pengantara” Allah dan manusia, yang berdiri diantara Allah disatu pihak dan manusia dipihak lain. Yesuslah yang menjadi titik sambung Allah dengan
manusia. Dengan sikap dan tindakan-Nya sendiri, Yesus menyatakan sikap dan tindakan Allah. Dengan pemberitaan dan karya-Nya, segala firman-Nya yang
dilakukan Yesus sebenarnya adalah firman dan karya Allah Bapa sendiri Groonen, 1989: 147-149.