Ajaran Penciptaan Sumbangan katekese bagi warga Kebatinan Pangestu yang beragama Katolik.

32 Perasaan merupakan hasil saling mempengaruhi interaksi antara angan- angan dengan nafsu. Bila angan-angan dan nafsu selaras, maka perasaan menjadi positif, yaitu menerima senang dan puas. Bila tidak selaras, perasaan menjadi negatif, menolak, sedih. Fungsi tertinggi dari perasaan adalah taat kepada Tri Purusha. Diantara badan halus dan alam sejati ada pintu yang disebut Rasha Jati. Melalui pintu ini Tuhan memancarkan pepadang dan tuntunan-Nya. Rasha Jati adalah iklim jiwa bersih, murni, terang benderang. Jika angan-angan selalu ditunjukkan ke dunia luar, Rasha Jati akan selalu tertutup, dalam keadaan demikian hati manusia menjadi gelap dan tidak suci. Hendaknya manusia mengarahkan angan-angannya ke alam sejati agar pintu Rasha Jati terbuka. Alam Sejati tempat bertahta Tri Purusha adalah Kerajaan Allah yang berada di hati sanubari manusia suci. Keadaan Tri Purusha dalam hati sanubari tidak memerlukan tempat khusus, tidak terasa, tidak terlihat, tidak teraba. Di ibaratkan bayang-bayang matahari di dalam air yang tidak memerlukan tempat tersendiri seolah-olah bersatu dengan airnya. Demikian pula Tuhan meliputi alam semesta dan seisinya Soemantri, 2011: 19.

E. Ajaran keselamatan

Pada waktu menjadi manusia Roh Suci diselubungi oleh empat unsur badan jasmani. Dalam badan jasmani hubungan antara Roh Suci, Suksma Sejati, Suksma Kawekas tidak dapat dipisahkan. Tri Puruhsa memang benar-benar berada dalam jiwa manusia dan tidak terikat oleh badan jasmani. Hanya saja oleh karena dipengaruhi oleh segala kekuatan anasir yang menjadi pakaian Roh Suci 33 itu, maka suasana yang terang, penuh damai dan kebahagiaan, yang mula-mula dirasakan Roh Suci itu musnah. Perasaan manusia diliputi gelap gulita. Kesadaran Tri Purusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, Roh Suci dalam diri manusia menjadi terpendam. Manusia hidup dalam rasa ketidak damaian, namun Tuhan yang maha luhur memberikan jalan kebenaran melalui utusan-Nya, kepada manusia supaya menikmati kemuliaan sejati semasa di dunia sampai akhirat. Dengan kata lain agar manusia bersatu dengan Tuhan. Oleh karena itu arti dasar keselamatan hidup manusia di dunia harus dicari dalam hakikat arti “nunggal laras dengan sifat- sifat dan persatuan luluh hidup manusia dengan Tuhan” Soenarto, 2013: 12. Ajaran Kebatinan Pangestu mengajarkan keselamatankedamaian sejati adalah kepada Tuhan dan sarana mencapai keselamatan dengan menerima suksma sejati, mengatur angan-angan, nafsu, perasaan serta bersatu dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas.

1. Keselamatan Sejati kepada Tuhan

Tuhan yang bertahta dipusat hati manusia, bertahta di kerajaan kedamaian abadi. Di dalam kerajaan tersebut Tuhan hidup dalam kenikmatan sejati: damai yang tak berubah, bahagia, mulia, kudus. Kerajaan tersebut bukanlah keadaan suatu tempat dimana masih ada rasa suka duka, tetapi suatu keadaan yang tidak lagi oleh rasa-merasa, suka-duka, hidup-mati, yang tinggal hanyalah kedamaian abadi yang tak ada bandingannya. Jadi kedamaian sejati adalah nikmat rasa damai abadi dalam Tuhan. Menurut Pangestu manusia dapat merasakan nikmat 34 kedamaian abdi Tuhan, sejauh hidupnya suci di bawah pimpinan dan bimbingan Sang Guru Sejati Suksma Sejati tanpa itu tidak mungkin.

2. Sarana untuk Mencapai Keselamatan

Tidak begitu mudah bagi manusia untuk memperoleh keselamatan hidup di dunia. Manusia harus dapat manunggal-laras dengan sifat-sifat Tuhan. Kesulitan manusia dalam bertunggal dengan Tuhan karena manusia telah mengenakan selubung empat unsur udara, air, api, tanah yang memancarkan empat nafsu lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah bila tidak terarah akan menghambat jalan menuju kekudusan. Tiga nafsu lauwamah, amarah, sufiah yang tidak mudah diatur oleh sang “Aku” agar selaras dengan kehendak Tuhan. Juga karena roh jahat dalam diri manusia yang selalu menggoda manusia untuk berbuat kenikmatan dunia yang akhirnya membuahkan dosa. Tetapi bagaimanapun juga usaha dari manusia adalah yang paling menentukan, dalam Pangestu sarana dan jalan memperoleh kedamaian akan dijabarkan dibawah ini:

a. Keterbukaan pada Suksma Sejati

Agar mempermudah dalam mencapai kedamaian, manusia harus percaya, memahami dan memaknai akan syahadat dasar Tri Sila yang telah disanggupi sebagai pedoman hidup. Dan bunyi syahadat tersebut: Suksma Kawekas adalah tetap pujaan hamba yang sejati, dan Suksma Sejati adalah tetap utusan suksma kawekas yang sejati ialah pemimpin dan guru hamba yang sejati. Hanya suksma kawekas pribadi yang menguasai semua alam seisinya, hanya Suksma Sejati pribadi yang menuntun para 35 hamba semua. Semua kekuasaan ialah kekuasaan Suksma Kawekas, berada ditangan Suksma Sejati dan hamba semua berada di dalam kekuasaan Suksma Sejati Soenarto, 2014: 119. Demikian manusia harus percaya sadar dan menyembah kepada Tri Purusha. Percaya kepada-Nya merupakan sarana menerima daya kekuatan serta sarana menaati segala perintah dan petunjuk-Nya. Syahadat dasar ini dilakukan dengan sadar, percaya, taat yang dihayati dengan sungguh-sungguh. Sadar, akan menghasilkan kebikjaksanaan yang dapat dipergunakan manusia untuk membersihkan diri. Percaya, akan menghasilkan untuk mengendalikan angan- angan, guna menghilangkan rasa benci, iri, sakit hati, putus asa dan rasa negatif lainnya. Taat, akan menghasilkan keterarahan kehendak Suksma Kawekas dan Suksma Sejati sehingga cita-cita bersatu dengan Suksma Sejati tercapai. Bila manusia hatinya belum bersih dan masih diombang-ambingkan oleh nafsu-nafsunya, maka manusia tidak dapat merasakan pimpinan Suksma Sejati dalam dirinya. Hati manusia penuh dengan segala semak kedosaan yang mengotori hati dan memadamkan iman. Semak-semak kedosaan itu harus dibersihkan. Sebelum hati dibersihkan, manusia tidak akan mampu menerima pepadang dari Suksma Sejati, yang adalah sabda Tuhan Suksma Kawekas sendiri. Untuk tobat dan pembersihan hati dapat dipelajari dalam ajaran Suksma Sejati yang tercantum dalam serat Hasta Sila dan serat Paliwara. Sebagai pelaksanaanya adalah dalam ajaran Jalan Rahayu. Pada intinya disamping berprasetya pada Tuhan bahwa tidak akan berbuat dosa lagi, manusia harus dapat: 1 Narimo menerima segala percobaan hidup yang telah menimpanya dan berusaha mengatasi percobaan tersebut. 36 2 Melaksanakan budi darma, didasarkan pada rasa belas kasih tanpa pamrih. 3 Pasrah penuh kepercayaan kepada sang juru penebus dosa suksma sejati dengan melaksanakan panca sila rila, narimo, temen, sabar, budiluhur. 4 Mohon pengampunan dan kekuatan kepada Tuhan, baik kalau dijalani dengan tapa brata yang ikhlas. Dengan jalan yang dilandasi syahadat dasar dan sikap pertobatan dalam petunjuk serat Sasangka Jati tersebut, manusia akan mengalami kehadiran Suksma Sejati di pusat hatinya dalam kesatuan dengan Suksma Kawekas dan Roh Suci, manusia merasa dekat dan bersatu dengan Suksma Sejati di pusat hatinya. Bila hidup manusia telah berada dalam bimbingan Suksma Sejati maka manusia menerima pepadang dari Suksma Sejati yang menimbulkan rasa damai tentram, bahagia yang dapat menyapu segala kekhawatiran, kesusahan, dan hidup manusia menjadi terang, cipta nalar pangerti tidak sesat, kalau tertimpa penderitaan tidak mudah bingung dan berkeluh kesah. Dengan rasa bakti, rasa jatuh cinta, rasa dekat dan rasa bersatu dengan Suksma Sejati yang terlaksana dalam menyembah dengan sepenuh hati dan tindak cinta kasih kepada sesama didasari tapa brata secukupnya, manusia menemukan bersatunya dengan Suksma Sejati yang bertahta di Rasha Jati pusat hatinya Warnabinarja, 1977: 29.

b. Mengatur Angan-Angan, Nafsu-Nafsu dan Perasaan-Perasaan

Angan-angan, nafsu-nafsu dan perasaaan adalah tiga hal yang harus dikendalikan oleh manusia agar berjalan seimbang dan selaras. Yang dapat melaksanakan perimbangan adalah Suksma Sejati. Oleh karena itu manusia harus 37 selalu berhubungan dengan Suksma Sejati agar selalu menerima kekuasaan dan kebijaksanaan. Keseimbangan antara angan-angan dan perasaan menyebabkan jiwa manusia menjadi tenang dan tenteram, pikiran terang, hati menjadi ringan, lega dan bahagia, keinginan tidak timbul bagaikan cendana dimusim hujan. Kenyataan memang tidak mudah menyelaraskan angan-angan, nafsu-nafsu dan perasaan-perasaan. Hal ini disebabkan karena kekurangan kepercayaan kepada Suksma Kawekas melalui suksma sejati dalam hati manusia, juga karena manusia tunduk kepada nafsu duniawinya. Oleh karena itu sebagai keseimbangan, manusia harus melatih diri dengan melaksanakan pedoman Hasta Sila, yang pelaksanaannya melalui Jalan Rahayu, panembah dengan memperhatikan Paliwara. Setiap hari manusia harus sanggup melatih diri, jujur, melihat kekurangan diri apa yang dimaksud dalam Hasta Sila. Juga setiap hari manusia harus rajin menjalankan panembahan yang berati menggiatkan Tri Sila Warnabinarja, 1977: 30. Bagaimana ketiga faktor angan-angan, nafsu, perasaan bekerjasama, nafsu-nafsu adalah salah satu unsur dalam jiwa manusia. Nafsu yang dimaksudkan: lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah. Nafsu-nafsu ini dapat dikatakan sebagai pendorong kekuatan angan-angan dan perasaan. Lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut: misal ada keinginan dari sufiah, getaran keinginan itu dihubungkan dengan angan-angan sehingga manusia mempunyai gambaran tertentu tentang apa yang diinginkannya, kemudian getaran apa yang diinginkan sampai pada perasaan, sehingga manusia merasa senang dengan apa yang diinginkannya, selanjutnya getaran rasa senang akan