80
merupakan inti hidup rohani bagi orang kristen. Semakin orang bertumbuh dalam hidup rohani, ia pun semakin tumbuh dalam cinta kasih.
Teladan cinta dari Yesus banyak dikisahkan dalam kitab Suci. Cinta Yesus tertuju kepada manusia tanpa kecuali. Dia mengasihi anak-anak Luk 18:15-17.
Yesus membela yang lemah Luk 7:36-50. Bagi orang berdosa yang mau bertobat, Yesus belas kasih-Nya tanpa batas. Dia makan bersama pemungut cukai
dan orang berdosa Luk 19:1-10. Dia mengampuni semua saja dan bergaul tanpa sekat sosial dan budaya. Cinta Yesus yang sabar. Yesus menuntut kesabaran
untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat Mat 12:20; Yoh 12:47. Yesus tahu bagaimana menyesuaikan diri saat mendidik dan membentuk
murid-murid sesuai dengan kemampuan mereka. Yesus adalah pribadi yang menyerahkan nyawa bagi semua Yoh 15:13. Seluruh hidup dan waktu Yesus
tidak untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk melaksanakan kehendak Bapa. Yesus menuntut agar para murid bertindak sesuai kehendak Allah Bapa Luk 14: 26;
Mrk 3:31-35. Yesus memberi teladan hidup dengan sukarela Yoh 10: 17-18.
b. Ketabahan sebagai ketaatan iman
Tuhan menghendaki agar perjuangan dalam hidup dilakukan dalam kesadaran beriman, hanya Allah sendirilah yang mendatangkan pembebasan dan
penebusan. Pada saat manusia berjuang karena penyakit, bencana alam, peperangan, kita ikut juga berjuang bersama Kristus, menyerahkan diri ketangan
Bapa. Dengan berkeyakinan teguh bahwa bapa di surga mampu mengubah kegagalan, kematian menjadi kemenangan dan kehidupan sebagaimana yang
81
ditunjukkan Bapa dalam kebangkitan Yesus dari alam maut. Penderitaan merupakan tanda ketaatan iman kita kepada Alah. Seperti Kristus dalam
persekutuan dengan-Nya, kitapun memuliakan Allah dengan memikul salib beban kehidupan kita. Kita mengungkapkan keyakinan kita bahwa pada akhirnya kuasa
Allah yang mengalahkan kuasa iblis. Kuasa Allah yang datang dalam diri kita melalui Kristus Dister,1987: 89 .
c. Hidup dalam penuh pengharapan
Hidup penuh pengharapan mencakup orientasi ke masa depan yang lebih baik, meskipun banyak menghadapi banyak kesukaran. Dalam hal ini orang harus
mengandalkan harapan bantuan Allah. Semakin orang bersatu dengan Allah, orang sering dimampukan merindukan apa yang dikehendaki oleh Allah.
Sebagaimana percobaan dan kesukaran melahirkan suatu harapan, demikian pula percobaan dan kesukaran akan memurnikan harapan baik dalam hidup pribadi
maupun bersama. Permasalahan hidup semakin membuat orang semakin menyandarkan diri kepada rahmat. Harapan memurnikan seluruh hidup manusia,
sebab lewat kesukaran-kesukaran itu orang didorong untuk mengatasi dan mengahayati hidup secara baru sejalan dengan kekuatan rahmat. Sehingga orang
dimampukan untuk bersemangat, bersikap positif terhadap hidupnya dan terhindar dari keputusaan. Dengan kata lain orang semakin meyerahkan diri kepada rencana
Allah, sebab Allah sendirilah yang membuat harapan manusia semakin sempurna.
82
F. Ajaran Akhir Zaman
Manusia dan seluruh ciptaan dunia ini akan mati. Tujuan seluruh ciptaan yang telah mati adalah bersatunya dengan Allah, inilah yang disebut sebagai
akhir zaman KWI, 1996: 470. Dalam bahasa Teologi dikenal dengan eskatologi. Dalam masyarakat tradisional pada umumnya sering juga menyebut akhir zaman
dengan hari kiamat. “Tuhanlah tujuan sejarah manusia, titik sasaran segala dambaan sejarah
dan kebudayaan manusia, kita dihidupkan dan dihimpun dalam Roh-Nya, berziarah menuju pemenuhan sejarah manusia ” GS, art. 45. Sehingga manusia
harus mencari hidup yang terarah kepada Allah. Dalam kitab suci dikatakan “Akulah Alfa dan omega, yang pertama dan yang terkemudian, yang awal dan
yang akhir” Why 22: 13. Tradisi Kristiani banyak menggunakan lambang-lambang dan gambaran
kiasan untuk mengungkapkan kepenuhan harapan akhir zaman Kristiani, yang sebetulnya melampaui kemampuan manusia untuk dibayangkan Hentz, 2005:
59. Konsep-konsep eskatologis antara lain akan dibahas dibawah ini.
1. Kematian
Kematian sebagai pemisahan badan dan jiwa. Melalui waktu sejarah dalam hidupnya, seseorang membuat pilihan dasar. Didalam kematiannya seseorang
mengambil bentuk akhirnya pilihan itu, pilihan yang mendasar menjadi definitif. Dalam kematian, manusia merangkum sejarahnya dan mencapai puncaknya.
Itulah sebabnya bahwa kematian adalah akhir kehidupan sementara dan juga
83
kepenuhan hidup dalam permulaan menuju kehidupan abadi. Dengan kata lain kematian sebagai pilihan mendasar penyerahan diri kepada misteri Allah. Dalam
kematian badani, keputusan yang dibentuk sepanjang hidup mencapai akhir. Kematian menyempurnakan kehidupan manusia dalam penyerahan terhadap
misteri Allah Hentz, 2005: 77-78. Kematian merupakan suatu pintu yang memasuki suatu fase baru dari kehidupan kekal. Bagi orang beriman, hidup yang
berakhir dalam kematian hanyalah diubah, bukan dilenyapkan Kirchberger: 1986: 222.
Dalam kematiannya manusia akan berhadapan dengan Pengadilan Khusus, yaitu pengadilan pembalasan langsung pada setiap orang sejak kematiannya
dalam jiwanya yang abadi sesuai dengan iman dan perbuatannya. Pembalasan itu berupa masuk kedalam kebahagiaan surga atau menjalani pemurnian atau masuk
dalam neraka KKGK, 2011: 79.
2. Surga
lambang surga merupakan ungkapan eskatologi Kristiani yang sangat terkenal. Dalam Perjanjian Lama, surga berarti daerah diatas bumi dan menjadi
tempat kediaman Allah. Dalam perjanjian baru, surga menjadi tempat tinggal orang-orang Kristiani yang mendapat ganjaran. Sesungguhnya surga bukanlah
suatu tempat. Berada di surga adalah sepenuhnya berada di hadirat Allah Rausch, 2001: 310. Surga tidak lain daripada rumusan untuk kebahagiaan manusia dalam
kesatuannya dengan Allah. Bahwa surga dipandang suatu tempat, itu harus dipandang sebagai bahasa kiasan. Surga berarti mengambil bagian dalam
84
kebangkitan Kristus. Sebab Kristus memang telah bangkit dengan tubuh-Nya, tetapi tubuh surgawi lain dengan tubuh duniawi 1 Kor 15:40. Surga yang
dimengerti sebagai kesatuan dengan Allah yang terlaksana dalam Kristus. Kristus dipersatukan dengan Allah dalam kebangkitan-Nya. Maka akhirnya surga berarti
mengambil bagian dalam kebangkitan Kristus dan penekanannya adalah kepenuhan hidup. Sehingga surga akan mencakup alam semesta seluruhnya.
Sebab segala makluk akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk dalam kemuliaan anak-anak Allah Jacobs, 2007: 168.
3. Neraka
Karena surga merupakan kesatuan sempurna dengan Allah, maka neraka berarti keterpisahan dari Allah, penolakan total terhadap Allah, keterpisahan
secara definitif dengan Allah. Semua hal lain mengenai api dan siksaan badan bersifat sebagai bahasa kiasan saja Jacobs, 2007: 169. Tanpa Allah orang tidak
dapat hidup bahagia, di dunia ini mungkin ada yang merasa tidak membutuhkan Allah, tetapi bila manusia telah mengenal dirinya sendiri dengan baik, manusia
dapat merasakan bahwa hidup tanpa Allah adalah maut. Maka jelaslah bahwa keterpisahan dari Allah adalah maut, tidak dapat dibayangkan namun kata itulah
yang tepat untuk menggambarkan neraka.
4. Api Penyucian
Karena ada jiwa-jiwa yang kurang baik untuk surga dan juga tidak mau masuk neraka, maka api penyucian dipandang sebagai persiapan untuk masuk
85
surga. Maka dimengerti bahwa yang masuk api penyucian itu orang yang mati dengan rahmat, namun dosanya belum sepenuhnya tertebus. Dimana merupakan
tahap terakhir dalam proses pemurnian perjalanan kepada Allah. Kiranya bahwa proses pemurnian itu belum selesai pada saat kematian. Karena kematian
merupakan penyerahan total kepada Allah, manusia pada saat kematian melihat dirinya sendiri dalam keadaan yang sesungguhnya KWI, 1996: 468. Dalam api
penyucian proses penyempurnaan ini justru terjadi dalam konfrontasi dengan Allah. Dalam rangka proses api penyucian barangkali bisa dilihat sebagai
gambaran atau metafor lambang kemuliaan Allah sebagai kiasan bagi menyala- nyalanya kerinduan, bagi berkobarnya hati manusia yang mendambakan Allah
Dister, 2004b: 600.
5. Penghakiman Terakhir
Ajaran Kristen berbicara tentang penghakiman dalam konteks kasih Allah yang mendamaikan. Penghakiman Allah tidak ada kaitannya dengan keinginan
untuk mencari kesalahan dan membalas dendam. Allah tidak dapat mengambil tindakan balasan. Cara berpikir ini sungguh menarik karena memperhatikan
keadilan Allah dan kebebasan manusia secara sungguh-sungguh. Cara berpikir itu menghormati Allah dan manusia tanpa mengubah Allah yang berbelas kasih dan
Allah menyerahkan kejahatan pada logikanya sendiri, yaitu logika kehidupan yang akan menjadi hakim, hakim yang menghukum orang-orang jahat ada dalam
hukumanya Rausch, 2001: 317.
86
Penghakiman terakhir dinyatakan dalam kedatangan Yesus yang kedua dikenal dengan parousia pada akhir zaman. Penghakiman terakhir merupakan
keputusan untuk masuk kedalam kebahagiaan atau hukuman abadi. Sesudah penghakiman terakhir badan akan dibangkitkan menuju kemuliaan bersama
Kristus KKGK, 2011: 80.
6. Harapan akan Langit Baru dan Bumi yang baru
Setelah pengadilan terakhir, seluruh ciptaan akan dibebaskan dari belenggu kehancuran dan akan mengambil dalam kemuliaan Kristus dengan
dimulainya “ciptaan yang baru” 2Kor 5: 17, “langit yang baru” dan “bumi yang
baru ” 2Ptr 3: 13. Yerusalem baru yang turun dari surga, dari Allah. Demikian
akan tercapai kegenapan Kerajaan Allah, yakni definitif keselamatan Allah “untuk mempersatukan segala sesuatu dalam Kristus sebagai kepala, baik di surga
maupun di bumi” Ef 1: 10. Dalam gambaran yang pasti kita hanya diberi pernyataan paulus bahwa “yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah
didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul dari hati manusia: semua akan disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” 1Kor 2: 9.
Maka Allah akan menjadi “semua di dalam semua” 1kor 15: 28 dalam kehidupan kekal yang
sesungguhnya dan tanpa batas.
G. Rangkuman Ajaran Kristiani Katolik
Wahyu pada hakekatnya merupakan penganugrahan Diri dari Allah kepada manusia. Sejarah pewahyuan Allah dimulai dari Abraham Kej 12: 1, ke
87
Musa, dari Musa ke zaman para Raja dan nabi, memuncak dalam diri Yesus. Yesus adalah wahyu Allahsabda yang menjelma menjadi manusia. Sampai
sekarangpun Tuhan tetap mewahyukan dengan Roh yang sama agar tetap hadir dalam ruang dan waktu yakni Gereja. Iman berarti penyerahan pribadi total
manusia seluruhnya kepada Allah sang pewahyu secara bebas. Allah Perjanjian Lama digambarkan dalam berbagai pengalaman hidup
Israel, seperti Allah yang menuntun,membebaskan Israel. Allah dikenal dengan sebutan Yahwe. Allah Perjanjian Baru dinyatakan oleh Yesus sebagai Bapa yang
maha kasih. Wafat serta kemuliaan Kristus menjadikan kepercayaan jemaat perdana bahwa Yesus, Dialah pernyataan Allah Yoh 1: 18. Yesus Tuhan bahwa
sesungguh-Nya Dia itu Yahwe sendiri, hidup karya serta sengsaran-Nya menyelamatkan semua orang. Sebutan Allah Tritunggal merangkuman seluruh
karya keselamatan Allah bagi manusia, dari mulai Allah Bapa sebagai pencipta dunia, menyelamatkan manusia melalui Kristus Sang Putra dan sampai saat ini
dalam Roh Kudus yang aktif dalam diri manusia. Allah telah menciptakan dunia dengan firman-Nya dan Allah menjadikan
segala sesuatu ex nihilo, tanpa memakai bahan. Allah menjadikan langit dan bumi dengan sabda-Nya Kej 1:3.6.9.14.20.24.26. Allah menciptakan manusia untuk
mengenal, melayani dan mencintai Allah, serta untuk mempersembahkan kepada- Nya di dunia ini semua ciptaan sebagai ucapan syukur dan untuk diangkat
kedalam hidup bersama Allah. Hakekat manusia sebagai gambar Allah berarti manusia harus menampakkan persamaan ilahi didalam hidupnya dengan hidup
kasih.