Ajaran tentang Allah Sumbangan katekese bagi warga Kebatinan Pangestu yang beragama Katolik.
30
dasar kasar dan halus. Manusia mempunya empat anasir yang sama seperti dunia besar makrokosmos, maka manusia dapat disebut dunia kecil mikrokosmos.
Dunia besar dan kecil dapat saling menguasai dan mempengaruhi Soenarto, 2014: 44.
Susunan manusia adalah sebagai berikut, manusia mempunyai badan rangkap. Pertama: badan jasmani kasar atau tubuh yang dapat dilihat dengan
mata, yang terjadi dari keempat anasir. Kedua: badan halusbadan Rohani atau suksma yang tidak kelihatan, yang terjadinya dari cahaya kesatuan Tri Purusha:
Suksma Kawekas, Suksma Sejati dan Roh Suci. Badan kasar dapat hidup bergerak dan bekerja karena dihidupkan oleh Roh yang memakai pakaian badan kasar.
Badan jasmani dan badan halus tersebut diperlengkapi dengan perkakas hidup sendiri-sendiri. Perkakas badan jasmani adalah alat-alat badan jasmani, yaitu
panca indera: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa. Perkakas badan halus adalah alat-alat badan rohani jiwa, ialah angen-
angen, nafsu dan perasaan. Tugas angen-angen ialah menangkap segala sesuatu yang ada dalam dunia besar ini kedalam otak, melalui pintu gerbang panca indera.
Angen-angen terjadi dari bayangan Tri Purusha. Kerja angen-angen terdiri dari tiga segi: pikir cipta, kekutannya disebut Pangaribawa. Nalar pikiran,
kekutannya disebut Prabawa. Pangerti atau akal budi kekuatannya disebut Kemayan. Bayangan Tri Purusha dalam angen-angen sebagai berikut: pikir cipta
adalah sebagai pantulan Roh Suci. Nalar pikiran adalah sebagai pantulan Suksma Sejati yang menghubungkan semua gambaran di otak. Pangerti paham
31
adalah sebagai pantulan suksma kawekas, yang mempunyai fungsi merangkum, mengerti, mengawasi dan menyadari Harun, 1970: 64.
Nafsu: terdiri dari empat macam: lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah, yang terjadi dari cahaya empat anasir. Nafsu empat macam itu adalah
daya yang timbul oleh gerak nafsu keinginan yang mendorong untuk berbuat, yang menjelma menjadi kehendak untuk mencapai keinginan atau mencapai
kebutuhan. Nafsu Lauwamah, terjadi dari unsur tanahbumi, dan berada dalam daging manusia. Lauwamah merupakan dorongan egoisme, keselamatan diri dan
enggan memulai gerak-gerik, mencari enaknya saja, puas diri, nafsu syahwat. Wataknya: nista, tamak, loba, malas, tidak tau membalas budi dan sebagainya.
Namun jika sudah mau tunduk, dapat menjadi dasar keteguhan. Nafsu Amarah, terjadi dari unsur api, dan bertempat merata di dalam darah diseluruh tubuh
manusia. Wataknya: keras, lekas naik darah, pemarah, suka uring-uringan. Amarah menjadi saudara nafsu yang lain untuk berbuat buruk atau baik. Sebab
itu ia berpengaruh bagi kekuatan saudara-saudara yang lain, untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Nafsu Sufiah kehendak, terjadi dari unsur air, wujud
kasarnya berada dalam sumsung. Wujud halusnya menjadi kehendak. Sufiah itu menimbulkan keinginan, cinta asmara atau rasa tertarik kepada yang indah. Nafsu
Mutmainah, terjadi unsur hawa, berada dalam nafas udara. Wataknya: terang suci, bakti, belas kasihan. Nafsu mutmainah adalah dorongan kearah
perikemanusiaan, sosial, suprasosial dan cinta kepada sesama makluk Suwarno, 2005: 314-316.
32
Perasaan merupakan hasil saling mempengaruhi interaksi antara angan- angan dengan nafsu. Bila angan-angan dan nafsu selaras, maka perasaan menjadi
positif, yaitu menerima senang dan puas. Bila tidak selaras, perasaan menjadi negatif, menolak, sedih. Fungsi tertinggi dari perasaan adalah taat kepada Tri
Purusha. Diantara badan halus dan alam sejati ada pintu yang disebut Rasha Jati. Melalui pintu ini Tuhan memancarkan pepadang dan tuntunan-Nya. Rasha Jati
adalah iklim jiwa bersih, murni, terang benderang. Jika angan-angan selalu ditunjukkan ke dunia luar, Rasha Jati akan selalu tertutup, dalam keadaan
demikian hati manusia menjadi gelap dan tidak suci. Hendaknya manusia mengarahkan angan-angannya ke alam sejati agar pintu Rasha Jati terbuka. Alam
Sejati tempat bertahta Tri Purusha adalah Kerajaan Allah yang berada di hati sanubari manusia suci. Keadaan Tri Purusha dalam hati sanubari tidak
memerlukan tempat khusus, tidak terasa, tidak terlihat, tidak teraba. Di ibaratkan bayang-bayang matahari di dalam air yang tidak memerlukan tempat tersendiri
seolah-olah bersatu dengan airnya. Demikian pula Tuhan meliputi alam semesta dan seisinya Soemantri, 2011: 19.